Lihat ke Halaman Asli

Dina Finiel Habeahan

be do the best

Belajar dari Setangkai Ranting

Diperbarui: 12 Mei 2021   21:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Budaya resto (Dokpri)

Hari ini menjadi hari istimewa untukku. Seluruh waktuku hari ini kuhabiskan untuk menikmati alam. Sepanjang hari saya dan teman-teman bermain di salah satu taman di kota Medan. Kalian yang sudah pernah kesini pasti tau keadaan disana. 

Aneka kgiatan bisa kita lakukan karena lingkungannya yang luas. Setelah menghabiskan sebagian waktu untuk bermain saya berteduh dibawah sebuah pohon ditepi kolam. Panas terik mulai menerpa sekujur tubuh. 

Akan tetapi panas terik itu tidak terasa karena ranting-ranting pohon itu serasa bersatu untuk melindungi diriku. Mereka se-olah-olah tidak membiarkan sengatan matahari menembus dan hinggap di sekujur tubuhku. 

Maka saya pun duduk santai sambil melihat-lihat orang disekitarku yang asyik main sepeda. Meski situasi mengalihkan perhatianku,tapi  tidak ingin rasanya mengabaikan pengorbanan sebuah ranting yang telah melindungiku, sejenak kumemandang ranting-ranting pohon diatas kepalaku dan seolah ranting-rantig itu memandangku juga. Itu Nampak dari "bahasa tubuh" ranting berdaun itu yang tunduk dan melihat ke bawah. 

Pemandangan yang tak seberapa itu menghantarku pada sebuah refleksi. Ketika saya mengamati ranting-ranting itu,ranting-ranting itu membiarkan dirinya dihembus bahkan dibolak-balik oleh angin. Ketika angin mulai reda dan berhenti maka ranting-ranting itu akan kembali pada posisi semula. 

Menarik bukan ? Ranting itu mengajarkanku akan sebuah pendirian yang tetap. Tak satupun dari ranting itu yang melawan angin,ranting-ranting itu hanya mengikuti arah atau jalur kemana ia hendak ditiup oleh angin. Barangkali ketika rating tersebut melawan bisa jadi ranting itu akan patah. 

Ranting-ranting itu menjadi kuat dan kokoh dikarenakan penopangnya juga kuat yakni akar dan batangnya. Setangkai ranting tidak akan pernah kokoh tanpa batang dan akar. Akan tetapi karena kekuatan akar dan batang serta ranting lainnya membuat ranting-ranting itu menjadi bermanfaat. 

Bermanfaat karena ranting-ranting itu bersatu dan saling mengisi sehingga memberi keteduhan bagi setiap orang yang bernaung  dibawahnya. Dan paling utama ranting itu tidak bisa hidup bila terpisah dari pokoknya. Ia tetap memasrahkan diri kepada sang SUMBER HIDUP. 

Apa yang baru saya lihat dan alami adalah ilustrasi perjalanan realita kehidupan. Belajar dari sebuah ranting tentu saja tidak mudah karena membutuhkan pengorbanan dan keteguhan iman. 

Dalam permenungan saya,bahwa saya atau kita adalah ibarat ranting yang hidup. Saya tercipta untuk sesama dan bukan seorang diri. Setiap hari atau setiap saat saya berjumpa dan bberaktifitas dengan orang lain. Saya tidak akan prnah terpisah dariorang lain melainkan saya sangat membutuhkan mereka untuk mendukung,menjaga dan melindungi hidupku. 

Ketika saya mampu hidup bersama orang lain dan mengikuti aturan main hidup bersama maka pada saat itulah saya menjadi ranting yang bermanfaat bagi sesama. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline