Lihat ke Halaman Asli

Dina Faelasufa

UIN Walisongo Semarang

Kehadiran Film Dokumenter Dirty Vote Dijadikan Kasus Propaganda Politik untuk Menjatuhkan Citra Salah Satu Paslon?

Diperbarui: 8 Mei 2024   11:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kehadiran film dirty vote ini sangat ramai diperbincangkan oleh publik sejak pertama kali ditayangkannya di situs youtube pada tanggal 11 Februari yang lalu, dengan durasi yang kurang lebih sekitar 117 menit dan dengan tujuan untuk mengedukasi agar masyarakat melek terhadap masalah yang dihadapi pemilu 2024 . Film tersebut berisikan terdapat beberapa pakar hukum ahli tata negara yang menjelaskan dalam proses pemilihan pemilu tahun 2024 ini terdapat adanya banyak praktik kecurangan-kecurangan didalamnya seperti manipulasi suara, manipulasi hasil, serta intimidasi terhadap pemilih sehingga dapat merusak prinsip demokrasi di Indonesia. Dirty Vote, ditayangkan dengan sengaja selama masa tenang kampanye, hal tersebut menimbulkan beberapa reaksi pandangan dan perdebatan masyarakat maupun para politikus sehingga dinilai sebagai taktik propaganda politik untuk menjatuhkan elektabilitas pada kandidat tertentu demi suatu kepentingan elektoral dalam pilpres 2024.

Film dokumenter dirty vote dirancang sebagai taktik propaganda politik?

Film ini merangkum serta menggambarkan dugaan kecurangan pemilu secara baik dan mudah dicerna, bukan tergolong kampanye ataupun upaya untuk menjatuhkan elektabilitas tiap pasangan calon. Film ini menjadikan sebuah gambaran atas keresahan-keresahan mengenai pemilu terhadap penyelenggaraan yang diwarnai dengan konflik kepentingan semata, serta pelanggaran terhadap aturan hukum pemilu, yang sebenarnya sudah lama menjadi perhatian kelompok masyarakat. Dalam opini terkait film dirty vote menurut saya adalah berlebihan jika dinilai sebagai propaganda dengan apa yang disampaikan dari beberapa pakar hukum karena film tersebut merupakan informasi publik terbuka yang dihasilkan dari praktik jurnalistik sehingga yang seharusnya dinilai sebagai pencerahan terhadap isu-isu yang relevan, namun justru masih ada beberapa tokoh politik yang memanfaatkan isu tersebut untuk menggiring opini publik.

Jadi setiap tokoh politik itu yang seharusnya menyikapi kemunculan film dokumenter tersebut dengan sikap yang lebih transparan tanpa ada upaya konfrontasi dalam produksinya di masa tenang pemilu. Namun sayangnya, sebagian besar politikus menggunakan kesempatan ini untuk menggiring dan memanipulasi opini publik di saat menjelang pemilu yang seharusnya hari itu menjadi masa tenang pemilu, sehingga kemunculan film dokumenter tersebut biarkan saja masyarakat yang menilai. Mengapa kemunculan film tersebut justru menjadi sebuah kontroversial? Karena kemunculan film tersebut dengan sengaja dirilis di hari masa tenang pemilu sehingga banyak kalangan yang memanas terhadap film ini dan juga menuai aksi pro dan kontra. Menurut saya solusinya adalah jika film dokumenter tersebut tidak menayangkan di hari masa tenang pemilu, karena dapat menuai banyak pandangan dan kritikan terutama pada tokoh politik kalau hal tersebut sebuah taktik semata untuk dijadikan propaganda politik.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline