Lihat ke Halaman Asli

Dina Faelasufa

UIN Walisongo Semarang

Opini Pemasaran Politik Digital pada Paslon Prabowo-Gibran melalui Buzzer Marketing di Pilpres 2024

Diperbarui: 2 April 2024   04:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Saat menjelang pemilu, semua paslon pasti akan berlomba-lomba untuk merancang strategi pemasaran politiknya. Dalam belakangan ini paslon 02 yaitu Prabowo-Gibran telah menjadi pusat perhatian karena beberapa pemasaran politiknya terutama pada Buzzer Marketing. Buzzer Marketing merupakan suatu metode atau cara yang efektif bagi paslon 02 dengan cara memanfaatkan platform media sosial sehingga kandidat dapat menggapai para audiens yang seluas-luasnya. Sebelumnya, dalam pemasaran politik pada tim paslon 02 ini sudah dirancang dari awal yang target utamanya adalah generasi Z, oleh karena itu tim paslon tersebut merancang untuk memfokuskan pada digital yaitu media sosial dengan cara memperbanyak buzzer yang tujuannya untuk rebranding paslon dan mempengaruhi Generasi Z. Banyak generasi khususnya generasi Z yang tertarik untuk memilih paslon 02 yang kini sudah terpengaruh dengan buzzer-buzzer di media sosial terutama platform medsos yang besar pengaruhnya yaitu Tiktok dan Instagram karena generasi sekarang ini dapat dikatakan baperan yang dalam artian menerima informasi dengan dalih belas kasihan terhadap kandidat tersebut sehingga hal ini dapat menyentuh target audiencenya.

Namun yang menjadi sorotan utama adalah peran buzzer yang dimana perannya ini mempengaruhi publik walaupun sebenernya rebranding yang dilakukan oleh tim paslon prabowo-gibran ini ya sah-sah saja. Banyak peran buzzer yang tidak melakukan riset terlebih dahulu sehingga dampak yang ditimbulkan oleh publik adalah menyerap informasi-informasi yang tidak valid atau hoax. Tim paslon melakukan rebranding terhadap buzzer-buzzer itu tidak masalah, tetapi yang menjadi masalah hanya peran buzzernya saja yang tanpa melihat track record paslon yang asal-asalan untuk rebranding kandidat. Seharusnya peran buzzer itu memaparkan visi misi kandidat dan memaparkan program yang dibuat oleh kandidat sehingga peran buzzer itu perlu dibenahi dengan cara memberikan pendidikan politik terkait paslon agar bisa memilih dan memilah mana paslon yang baik dan mana paslon yang buruk. Dalam opini ini menurut saya pemasaran politik pada kandidat 02 ini kurang karena lebih mengutamakan pada pemasaran politik digital daripada pemasaran politik melalui berdialog langsung tanya jawab kepada pemilihnya. Jika tim paslon 02 melakukan rebranding terhadap kandidat sebaiknya jangan hanya berfokus pada pemasaran politik digital saja tetapi juga melalui berdialog langsung kepada pemilih agar publik tahu kemampuan kandidat dalam menghadapi sikap terhadap pertanyaan-pertanyaan publik (demokrasi).

Pemasaran politik yang dilakukan tim kandidat 02 ini justru berhasil memikat hati publik, hal ini dibuktikan bahwa paslon prabowo telah unggul menurut survei Litbang Kompas, dari berbagai kalangan usia pemilih, Kandidat Prabowo-Gibran mendapatkan dukungan sebesar 32,7 % dari kalangan anak muda atau generasi Z (17-26 tahun), Ganjar-Mahfud mendapatkan sebesar 24,5% dari kalangan anak muda atau generasi Z (17-26 tahun), dan Anies-Muhaimin mendapatkan sebesar 10% dari kalangan anak muda atau generasi Z (17-26 tahun). 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline