Mengapa orang suka mengoleksi buku? Pertanyaan yang kerap muncul, bahkan ketika orang lain sudah mengetahui jawabannya.
Tak sedikit pula yang kebingungan, mengapa ketika saat ini dunia sudah jatuh kepelukan budaya digital, di mana seseorang dapat lebih mudah menelusuri berbagai informasi, tetapi masih mau mengoleksi buku?
Memang, seiring melekatnya teknologi di kehidupan kita, segala informasi dan berbagai hal yang kita inginkan jadi semakin mudah terpenuhi, termasuk buku yang kerap tergeser ke versi digital alias e-book.
Namun tetap saja, hal tersebut tidak mampu mengalahkan minat dan favorit pencinta buku untuk tetap membaca melalui buku fisik hingga mengoleksinya.
Buku fisik tetap digandrungi dan menjadi barang koleksi, karena menjadi salah satu saksi sejarah perjalanan tokoh bangsa yang akan 'langka' di masa mendatang.
Koleksi bukan sekadar koleksi, rupanya kegemaran dalam mengoleksi buku juga diungkap dalam kacamata psikologis.
Sisi Psikologis Mengoleksi Buku
Mengoleksi buku bukan hanya sebatas menata lembaran-lembaran kata yang disampul rapi. Bagi sebagian individu khususnya kolektor, koleksi buku menjadi pintu gerbang ke dunia mereka, yang mencerminkan kepribadian dan minat mereka.
Berikut alasan mengoleksi buku diungkap dari sisi psikologis yang diolah dari beberapa sumber:
1. Kebutuhan emosi dan fungsional
Sisi psikologis pertama, yakni diungkap oleh Psikolog Anastasia Satriyo melalui lifestyle binis.com, bahwa kegemaran mengoleksi bisa lahir karena adanya kebutuhan emosi dan fungsional.
Emosi bisa dipahami sebagai scope atau spektrum, seperti bagaikan 'warna', di mana seluruh perilaku individu butuh dipandang baik dari sisi frekuensi maupun intensitasnya.