Filsafat Progresivisme
Filsafat progresivisme adalah aliran filsafat yang lahir di Amerika pada abad ke-20. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar pada masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Jadi, pada aliran ini penganut diharuskan untuk maju dan bertindak secara inovatif dan reformatif.
Teori filsafat progresivisme memiliki prinsip, yakni :
Proses pendidikan berawal dan berpikir pada peserta didik, peserta didik harusnya aktif bukan pasif, guru menjadi pengarah dan fasilitator, sekolah menjadi sekolah yang kooperatif, serta aktivitas belajar lebih fokus pada pemecahan masalahnya.
Baca juga : Pendidikan Progresivisme
Tokoh aliran filsafat progresivisme seperti
George Axtelle, Wilian O. Stanley, Frederick C. Neff, Ernest Bayley, Lawrence B.
Thomas. Akan tetapi pada tokoh-tokoh ini tidak menonjol pemikirannya. Dan beberapa tokoh yang lain beserta pemikirannya, yaitu :
1. William James (11 Januari 1842 – 26 Agustus. 1910)
Ia menegaskan agar fungsi otak atau pikiran itu dipelajari sebagai bagian dari mata pelajaran pokok dari ilmu pengetahuan alam.
2. John Dewey (1859 – 1952)
Teori Dewey berpandangan tentang sekolah adalah “Progressivisme” yang lebih menekakan pada anak didik dan minatnya daripada mata pelajarannya sendiri.
3. Hans Vaihinger (1852 – 1933)
Pemikiran Hans Vaihinger berpendapat bahwa tahu atau mengetahui itu hanya mempunyai arti praktis. Dalam berpikir atau berfikir ialah seharusnya dapat berguna untuk mempengaruhi kejadian-kejadian yang ada di dunia. Jika pengertian itu berguna maka akan memperoleh suatu kebenaran.
Baca juga : Progresivisme dan Pemikiranya
Jadi, segala pengertian itu sebenarnya buatan semata-mata; jika pengertian itu berguna. untuk menguasai dunia, bolehlah dianggap benar, asal orang tahu saja bahwa kebenaran ini tidak lain kecuali kekeliruan yang berguna.
Filsafat Progresivisme memiliki dampak negatif dan positif.