Kenapa kali ini saya ingin kembali menulis tentang Anis Matta? tentunya bukan karena Milad PKS Ke-15 yang baru saja digelar di Jawa Tengah, bukan juga karena ingin pencitraan atau dompleng diri ke PKS, bukan, bukan sekali lagi bukan, tidak karena itu tulisn ini dibuat, tulisan dan judul ini ditulis karena ada kepentngan yang lebih besar buat kita, buat bangsa kita, buat masyarakat kita, yakni momentum HARI KARTINI (1879-1904) tepatnya pada hari ini, 21 April tahun 2013.
Momen ini tidak hanya penting bagi mereka yang mengaku nasionalis tulen, nasionalis religious, atau skuleris seklipun, atau dengan kata lain ISLAM ABANGAN, SANTRI dan PRIYAYI, tapi momen ini penting bagi kita semua sebagai sebuah entitas bangsa Indonesia, bagian dari masyarakat dunia yang oleh Anis Matta dalam orasinya di Milad PKS ke-15 disebut sebagai sepenggal FIRDAUD yang ada di alam dunia.
Lebih lanjut Anis Matta Mantan Wakil Ketua DPR RI, Presiden PKS KE-5 pasca Prahara KPK vs LHI, sebagai salah seorang tokoh bangsa yang sedang naik daun ini, yang juga menjadi salah seorang ideology dan creator PKS dari kalangan muda ini memberikan makna tersendiri tentang bangsa kita ini (NKRI) sebuah bangsa yang besar tentunya membutuhkan pemimpin yang berfikiran besar, ilustrasi kepada kita, jika kita atau semua manusia ini sebeum lahir ke alam dunia atau planet dunia disuruh milih di negeri manakah kita atau mereka akan tinggal?
Mereka pasti akan menjawab kami ingin tinggal di negeri yang merupakan sepenggal FIRDAUS seperti tersebut di atas. Luar biasa memang Anis Matta ini sebagai seorang tokoh yang menyandang gelar SOEKARNO MUDA dari para penggemarnya, sangat menarik perhatian saya untuk menuliskan kembali tentang kiprah dan ketokohannya.
Diantara gaya orasinya yang khas sehingga menyandang gelar Soekarno Muda dari para penggemarnya adalah gimik, gaya, pilihan kata/diksi dalam setiap orasi atau pidatonya. Satu diantaranya adalah dia sering mengulang-ngulang kata atau kalimat tertentu yang menjadi focus dan perlu perhatian dari pidatonya, selain itu dari sisi intonasi tinggi dan rendahnya suara serta dari bahasa tubuhnya.
Orasi terbaru beliau yang dapat kita saksikan adalah pada link di bawah ini :
http://www.youtube.com/watch?v=Dr2R5bzoBw
Pada pidato kali ini seperti dapat kita saksikan pada tauta di atas kembali Anis Matta mengutip alah soerang tokoh seminal yaitu Iwan Fals dengan kata-katanya “Jika cinta telah dibuang, jangan harap keadilan akan datang”. Bagi saya sebagai orang dan bukan orang yang ahli dalam komunikasi politik, pidato-pidato Anis Matta sarat dengan inspirasi dan memiliki ruh tersendiri dalam pidatonya. Dalam tulisan saya sebelumnya di kompasiana saya menulis judul “Anis Matta, Emha Ainun Nadjib dan Chairil Anwar” banyak yang komentar saya hanya ingin mendompleng populritas.
Bukankah memang demikian adanya karena beliau kadang atau sering mengutip kata-kata para pujangga atau tokoh-tokoh bangsa tapi konten dan momentum yang terkadang tidak terlalu berjauhan alias hamper tepat bahkan mungkin sangat tept dengan kondisi realitas yang ada, seperti kita tahu bahwa perjuangan RA KARTINI dalam mendapatkan keadilan demi hak-hak sipil dan politiknya tidak terlepas dari tema keadilan dan kesejahteraan masyarakat pada saat itu. Maka saya yakin bukanlah suatu kebetulan jika pada saat ini Anis Matta dan PKS-nya mengangkat tema “Cinta, Kerja dan Harmoni”. Setelah tema sebelumnya berhasil dimasyarakatkan yaitu “Bersih, Peduli dan Profesional”.
Semoga kehadiran PKS yang sudah memasuki tahun ke-15 alias sudah masuk masa “aqil dan baligh” dalam bahasa ilmu fiqihnya atau remaja/pemuda dalam kamus sosialnya di tanah air ini menjadi penerus substansi perjuangan hakiki RA KARTINI dalam rangka membangun masyarakat yang berkeadilan. Menjadi pelopor dalam membangun Indonesia secara JIWA (Rohani) dan secara RAGA (FISIK) sebagaimana dalam lagu kebangsaan kita INDONESIA RAYA disebutkan “Banunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya”.
Saya berharap semoga pada orasi berikutnya Anis Matta juga akan mengutip tokoh bangsa pengarang lagu Indonesia Raya WR. Supratman, coba kita tunggu saja….!!!, Salam ukhuwah dari kami penghuni taman besar “Rumah Ukhuwah Indonesia”.
Wallahu a’lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H