Lihat ke Halaman Asli

Dimyat Aa Dym

Bergabung mulai tahun 2012 dan Buku Perdananya tahun 2020 berjudul "Pendidikan Berbasis Al-Qur'an & Pancasila"

Kiat Merubah "Derita" Menjadi "Rahmat"

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14098707261858118615

[caption id="attachment_357340" align="aligncenter" width="448" caption="Sehat Jasmani, Sehat Rohani, Sehat Sosial di Masjid Al-Ihsan VMG 2 (Dok. Pribadi)"][/caption]

Kalau kiat atau Cara merubah sengsara menjadi nikmat itu sudah ada sinetronnya di televisi dengan tokoh laki-lakinya yaitu si Midun (Sandi Nayoan) dan tokoh perempuannya si Uni (Desi Ratnasari), tetapi bagaimana cara merubah derita (sakit) menjadinikmat (rahmat)? Inilah tantangan tersendiri untuk kita temukan solusinya.

Berawal dari pengalaman pribadi, berupa kejadian atau musibah yang menimpa saya sendiri diperjalanan, dan dalam catatan saya pribadi musibah ini adalah musibah yang paling hebat selama perjalanan hidup ini, sehingga pada saat ini saya berdoa semoga musibah seperti ini jangan sampai terjadi yang kedua kalinya atau seterusnya.

Kejadian yang menimpa saya itu tergolong agak sedikit misterius, maklum yang namanya musibah atau aqdir hanya Allah SWT sebagai Tuhan Yang Maha Tahu, Dia saja yang mengetahui karena dari sisi latar belakangnya atau tanda-tanda sebelum kejadiannya, saya tidak melihat tanda-tanda atau isyarat-isyarat tertentu, kecuali sebelum berangkat saat itu dalah hati ada sedikit keraguan untuk berangkat.

Apakah sedikit keraguan itu yang menyebebkan saya terkena musibah? Wallahu a’lam. Yang jelas jika kita merujuk kepada petunjuk nabi Muhammad SAW ada hadits yang menjelaskan agar kita meninggalkan keragu-raguan menuju kepada keyakinan atau ketidak raguan. Hadits itu berbunyi “Da’ ma yaribua ila ma la yaribuka”.

Keraguan sebelum berangkat bersama rombongan dua mobi tetangga yang akan menengok salah satu tetangga yang sakit lalu meninggal di RS. Darmais Jakarta sudah berupaya untuk saya kubur dalam-dalam dengan keyakinan dan minta pendapat orang lain. Saat itu saya dihadapkan dua pilihan yaitu berniat untuk datang sesuai rencana bersama rombongan atau nitip uang ta’ziah saja.

Akhirnya setelah SMS-an dengan rekan atau tetangga yang sudah ada di mobil rombongan saya putuskan untuk berangkat bersama. Saya pun menitipkan motor di lokasi parkir pasar Sinpasa Summarecon Bekasi, seharusnya waktu itu saya diantar oleh anak dari rumah kakek-neneknya di Kampung nangka, tetapi karena sudah pulang naik angkot berusaha menunggu rombongan disana.

Saat kejadian juga pada waktu itu saya merasakan ada sesuatu yang misterius, makanya saya berazzam jika sudah sehat betul saya akan mencari tahu kepada saksi mata atau satpam Summarecon yang ada disitu seperti apa kejadian yang sesungguhnya terjadi. Sesaat sebelum kejadian saya dihadapkan pada sebongkah “batu” yang tidak terlalu besar, saya berusaha menghindar tapi batu tersebut terkena terkena juga oleh ban motor depan dan belakang saya.

Disitulah saya jatuh, lalu saya tidak sadar siapa saksi mata yang pertama kali melihat, dan siapa orang yang pertama kali menolong saya. Saya baru sadar saat saya berada di Klinik yang lokasinya tidak jauh dari tempat kejadian. Sehari sebelum kejadian sebagai Pembina DKM saya pernah memberikan arahan kepada ketua DKM agar senantiasa menjaga 3 hal dalam menjaga soliditas DKM.

Pertama agar senantiasa meningkatkan ta’liful qulub diantara pengurus, kedua senantiasa meningkatkan komunikasi yang sehat dan silaturahim yang kuat dan yang ketiga adalah agar senantiasa menjalin amal jama’I (kerjasama , kekompaka tim) yang kokoh. Dengan tiga hal tadi maka saya yakin soliditas DKM dan soliditas jamaahnya akan tetap terjaga.

Adanya teman, saudara atau tetangga yang terkena musibah, atau ada yang sakit atau bahkan meninggal sekalipun maka kejadian itu selain menjadi sebagai ujian bagi yang terkena musibah juga menjadi ujian dan sekaligus terapi bagi sehatnya hubungan sosial diantara kita, jika sehat hubungan sosial diantara kita maka bisa jadi kejadian atau derita itu berubah menjadi rahmat, sebaliknya jika hubungan sosial tidak sehat maka tidak akan ada pengaruh apa-apa.

Agar derita itu menjadi rahmat maka ada baiknya jika kita ingat sabda Rosuulah SAW terkait dengan keutamaan menjenguk orang yang sakit, dalam salah satu haditsnya beliau bersabda :

"Apabila seorang laku-laki berkunjung kepada saudaranya yang muslim, maka seakan-akan dia berjalan di kebun surga hingga duduk. Apabila sudah duduk, maka diruruni rahmat dengan deras. Apabila berkunjung di pagi hari, maka tujuh puluh ribu malaikat akan mendoakannya, agar mendapat rahmat hingga sore. Apabila berkunjung di sore hari, maka tujuh puluh ribu malaikat akan mendoakannya agar diberi rahmat hingga pagi" (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad). Wallahu a'lam.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline