Lihat ke Halaman Asli

Predictors Dims

Predicting by history

Yang Penting Yakin, Rio Haryanto

Diperbarui: 17 Maret 2016   20:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Otomotif. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Pada hari Jum’at besok 18 Maret 2016, Rio Haryanto pembalap F1 pertama dari Indonesia akan memulai ‘petualangan’ pertamanya di ajang balapan jet darat paling bergengsi di dunia Formula One untuk Sesi Practice Test Seri Australian Grand Prix Formula One Musim 2016.  Sayangnya di tengah-tengah keberhasilan Rio Haryanto menjadi pembalap F1, aturan baru Kualifikasi F1 2016 dengan sistem Knock-Out yang mulai diterapkan pada seri pertama,di Australian Grand Prix dianggap dapat menjadi kendala bagi Rio Haryanto. 

Banyak pihak seperti, Pundit F1 Robert Doornbos dan Media-media asing yang meragukan Rio Haryanto dapat mencukupi batasan waktu 107% dari catatan waktu pembalap tercepat dalam Kualifikasi nanti.  Berdasarkan peraturan baru Kualifikasi, pembalap yang catatan waktunya melebihi 107% dari catatan waktu pembalap tercepat dalam sesi Kualifikasi tidak dapat mengikuti perlombaan.

Keraguan beberapa pihak terhadap kemampuan Rio Haryanto mengendarai ‘jet darat’ Formula One memang bukan tanpa alasan.  Argumen pertama, adalah dari kejadian dua kali Rio Haryanto keluar lintasan dalam dalam Sesi Pre-Season Test I di Katalunya.  Argumen selanjutnya, adalah catatan waktu Rio Haryanto secara keseluruhan pada Pre-Season Test yang berada pada posisi juru kunci.  Argumen terakhir, tentu melihat dari historis catatan pembalap F1 dari Asia Tenggara sebelum Rio Haryanto, yaitu Alex Yoong (Malaysia).

Pada musim pertamanya  sebagai pembalap F1 pada 3 seri terakhir Musim 2001, Alex Yoong sama sekali tidak mampu mencapai posisi Finish point, bahkan 2 kali gagal menyelesaikan balapan.  Pada musim berikutnya, Yoong bahkan 3 kali tidak lolos Kualifikasi.  Catatan-catatan tersebut yang akhirnya seperti mendukung keraguan pihak-pihak yang meragukan kemampuan pembalap Indonesia pertama pada ajang Formula One, namun bukan berarti tidak ada sama sekali catatan yang bisa membuat  para pendukung Rio Haryanto untuk percaya akan kemampuan Pembalap muda tersebut.

Catatan pertama, adalah dari prestasi tertinggi Rio Haryanto pada ajang GP2 Series yang merupakan Feeder  Internasional bagi ajang Formula One.  Pada Musim 2015 kemaren, Rio Haryanto berhasil menjadi Peringkat Ke-4 dalam GP2 Series.  Hal yang mungkin belum banyak diketahui, prestasi tersebut merupakan prestasi dari Pembalap dari Asia pada ajang Feeder Series Internasional untuk Formula One (International Formula 3000 dan GP2 Series).  Satoru Nakajima (Jepang) hanya mampu meraih peringkat 11 pada International Formula 3000 musim, sebelum naik kelas ke Formula One. Kazuki Nakajima (Jepang) yang juga merupakan putra dari Satoru Nakajima hanya mampu meraih peringkat 6 pada GP2 Series Musim 2007, sebelum naik ke Formula One pada musim berikutnya.  Karun Chandhok (India), hanya mampu mencapai peringkat 10 di GP2 Series sebagai prestasi terbaiknya pada ajang tersebut, sebelum naik ke Formula One di musim.

Kobayashi (Jepang) bahkan hanya mampu meraih peringkat 16 di GP2 Series, sebelum menjadi Rookie di Formula One.  Sementara pembalap-pembalap lain dari Asia yang juga sempat mengikuti Feeder Series Internasional untuk Formula One (International Formula 3000 dan GP2 Series) sebelum menjalani debutnya di ajang balap Jet darat paling bergengsi, tidak mampu meraih posisi finish point satu kali pun.  Catatan keberhasilan Rio Haryanto di GP2 Series Musim 2015, memang lebih banyak berasal dari Seri Sprint Race daripada Feature Race, namun tidak bisa dipungkiri: Rio Haryanto merupakan pembalap terbaik asal Asia di Feeder Series Internasional Formula One (International Formula 3000 dan GP2 Series).

Catatan lain bagi Rio Haryanto masih berasal dari ‘petualangannya’ di GP2 Series, tepatnya pada musim perdananya dan musim ketiga Rio Haryanto di ajang tersebut.  Pada musim perdananya di GP2 Series, Rio Haryanto memang hanya 9 kali meraih finish point (6 kali Feature Race; 3 kali Sprint Race) dari 24 Sesi Race yang dilaksanakan di musim 2012, namun ada achievement menarik yang dicapai Rio saat itu.  Sebagai pembalap Rookie di GP2 Series, Rio Haryanto hanya sekali tidak berhasil menyelesaikan perlombaan. 

Catatan tersebut mirip dengan yang dicapai Nico Rosberg (Jerman) di musim 2005, Lewis Hamilton (Inggris) pada musim 2006, dan Nico Hulkenberg (Jerman) di musim 2009 saat ketiganya sebagai Rookie di GP2 Series.  Hal yang membedakan,Nico Rosberg saat itu 20 kali meraih finish point , Lewis Hamilton 17 kali meraih finish point, sementara Hulkenberg 15 kali meraih finish point dan ketiganya mampu meraih finish podium.  Achievement yang diraih Rio Haryanto sebagai Rookie di GP2 Series 2012 semakin menarik karena pada saat itu Rio bergabung dengan Carlin Motorsport yang di musim sebelumnya menjadi juru kunci pada klasemen konstruktor.

Pada musim ketiganya di GP2 Series, Rio Haryanto berhasil meraih finish podium keduanya selama mengikuti ajang tersebut.  Pada saat itu, Rio Haryanto meraih podium di Monaco Grand Prix di sesi Sprint Race.  Dengan podium yang berhasil dicapainya,  Rio Haryanto menjadi pembalap Asia  kedua setelah Karun Chandok (India) yang berhasil meraih finish podium di Monaco Grand Prix pada GP2 Series .

Catatan terakhir untuk lebih mendukung Rio Haryanto, adalah pada catatan waktu selama Tes Pre-Season.  Rio Haryanto secara keseluruhan memang hanya berada pada posisi juru kunci dari hasil selama Pre-Season, namun catatan waktu Rio selalu di bawah 107% dari catatan waktu pembalap tercepat pada keempat tes yang diikutinya.  Catatan-catatan tersebut sebenarnya menunjukkan bahwa Rio Haryanto memang memiliki potensi yang dibtuhkan untuk dapat bersaing di Formula One.  Apalagi walaupun Rio Haryanto bisa disebut bergabung dengan ‘Tim Gurem’ di musim perdananya di Formula One, namun Teknisi Tim MRT dipimpin oleh Dave Ryan yang dikenal sangat berpengalaman di ajang Formula One.  Jadi hasil yang akan dicapai oleh Rio Haryanto, sebenarnya bergantung pada dirinya sendiri untuk dapat memaksimalkan potensi dan modal yang sebenarnya telah dimilikinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline