Setelah 24 tahun, Argentina akhirnya kembali ‘menapakkan kaki’ di pertandingan final Piala Dunia, sementara Jerman setelah menunggu 12 tahun akhirnya kembali juga ke pertandingan final Piala Dunia.Alejandro Sabella dengan ‘prestasi’ ini menjadi pelatih keempat yang membawa Argentina ke final Piala Dunia.Ketiga pelatih sebelumnya adalah: Francisco Olazar & Juan Jose Tramutola (1930), Cesar Luis Menotti (1978), dan Carlos Bilardo (1986,1990).Sabella selanjutnya menargetkan untuk menjadi pelatih ketiga setelah Menotti dan Bilardo yang membawa Argentina menjadi juara Piala Dunia, walaupun lawan yang dihadapi cukup kuat.Argentina akan berhadapan dengan Jerman yang lolos ke final setelah ‘mengkoyak’ tuan rumah Brasil 7-1.Joachim Low menjadi pelatih keenam yang mampu membawa Jerman ke final Piala Dunia setelah Sepp Herberger (1954), Helmut Schon (1966 &1974), Jupp Derwall (1982), Franz Beckenbauer (1986 & 1990), dan Rudi Voller (2002).Dengan hasil yang diraih tim asuhannya di semi final, Joachim Low sangat diunggulkan untuk membawa Jerman menjadi wakil UEFA pertama yang menjuarai Piala Dunia di benua Amerika.
Prediksi tersebut tentu wajar melihat bagaimana performa Jerman ketika ‘mengkoyak’ Brasil di semifinal, namun terkadang ada faktor-faktor non teknis yang juga perlu diperhitungkan.Faktor-faktor tersebut memungkinkan Argentina menjadi juara Piala Dunia 2014, dan ‘menjungkirbalikkan’ prediksi yang ada namun bisa juga sebaliknya.Apa saja faktor-faktor tersebut?
1.Lokasi penyelenggaraan Piala Dunia.Sejak awal diselenggarakannya Piala Dunia, tidak pernah sekalipun wakil UEFA menjuarai Piala Dunia ketika diselenggarakan di benua Amerika (CONCACAF & CONMEBOL).Prestasi terbaik wakil UEFA ketika Piala Dunia diselenggarakan di benua Amerika hanya sebatas runner-up.Cekoslovakia, Italia, Belanda, dan Jerman merupakan wakil-wakil UEFA yang pernah menjadi runner-up Piala Dunia yang diselenggarakan di benua Amerika.Satu-satunya wakil UEFA yang hampir saja menjadi juara Piala Dunia di benua Amerika, mungkin hanya Italia yang hanya kalah adu penalti melawan Brasil di Piala Dunia 1994.
2.Juara Piala Dunia berdasarkan Konfederasi.Dalam sejarah penyelenggaraan Piala Dunia, ada kecenderungan bahwa baik wakil dari UEFA maupun CONMEBOL maksimum hanya menjadi juara Piala Dunia 2 kali secara beruntun.Hal ini bisa diperhatikan dalam data sejarah juara Piala Dunia, ketika Italia (UEFA) menjadi juara 1934 dan 1938, pada penyelenggaraan selanjutnya Uruguay (CONMEBOL) yang menjadi juara.Hal yang sama berlaku pada Brasil, setelah menjadi juara tahun 1958 dan 1962, maka tahun 1966 menjadi giliran wakil UEFA Inggris yang menjadi juara.Pada 2 penyelenggaraan sebelumnya 2006 dan 2010, keduanya dimenangkan oleh wakil UEFA (Italia 2006, dan Spanyol 2010),jadi kemungkinan pada Piala Dunia 2014 wakil CONMEBOL yang menjadi juara.
3.Juara Piala Dunia periode sebelumnya.Dalam sejarah Piala Dunia, ketika tim dari UEFA pertama kali menjadi juara, maka pada penyelenggaraan berikutnya wakil CONMEBOL yang menjadi juara.Perhatikan saja, ketika Jerman (Barat) pertama kali menjadi juara tahun 1954, maka periode berikutnya wakil CONMEBOL Brasil yang menjadi juara. Hal yang sama juga berlaku pada Inggris dan Prancis, ketika pertama kali menjadi juara tahun 1966 dan 1998, periode berikutnya kembali wakil CONMEBOL (Brasil) menjadi juara.Pada Piala Dunia 2010, Spanyol pertama kali menjadi juara Piala Dunia, walaupun Brasil gagal lolos ke final, namun Argentina mungkin akan menggantikan ‘peran’ tersebut.Satu-satunya kejadian dimana wakil UEFA pertama kali menjadi juara Piala Dunia,dan periode berikutnya tetap dimenangkan oleh wakil UEFA adalah pada Piala Dunia 1934 dan 1938, saat Italia pertama kali menjadi juara dan menjadi tim pertama yang mampu mempertahankan gelar juara.
4.‘Lulusan’ Juara Piala Dunia Remaja (U-17 atau U-20).Sejak Piala Dunia 1986, setiap kali Piala Dunia diselenggarakan di luar benua Eropa, selalu terdapat pemain yang pernah juara Piala Dunia Remaja (U-17 atau U-20) dalam skuad yang menjadi juara Piala Dunia. Pada Piala Dunia 1986 di Meksiko, Diego Maradona (juara Piala Dunia U-20 1979); Piala Dunia 1994 di AS, Bebeto, Dunga, dan Claudio Taffarel (juara Piala Dunia U-20 1983 & 1985); Piala Dunia 2002 di Korea Selatan & Jepang, Ronaldinho (juara Piala Dunia U-17 1997); dan terakhir Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, Xavi dan Iker Casillas (Juara Piala Dunia U-20 1999).Dalam final Piala Dunia 2014, hanya Argentina yang mempunyai pemain-pemain yang pernah menjadi juara Piala Dunia Remaja (U-20).
5.Hasil di Semi Final. Sejak Piala Dunia 1954, setiap tim yang menang di babak semi final dengan margin gol yang lebih besar dari kemenangan lawannya di final akan menjadi juara.Pada Piala Dunia 1954, Jerman (Barat) yang menjadi juara mengalahkan Austria 6-1 di semi final, sementara Hungaria hanya mengalahkan Uruguay 4-2 di semi final.Empat tahun berikutnya, Brasil yang menaklukan Prancis 5-2 di semi final menjadi juara setelah mengalahkan Swedia yang hanya menang 3-1 atas Jerman.Pada Piala Dunia 1970, Brasil menjadi juara,setelah mengalahkan Uruguay 3-1 di semi final, dan menaklukan Italia yang hanya menang 4-3 atas Jerman di semi final.Pada Piala Dunia 1982, Italia yang mengalahkan Polandia 2-0 di semi final, menjadi juara setelah mengalahkan Jerman yang hanya menang adu penalti atas Prancis di semi final.Pada Piala Dunia 2006, Italia yang mengalahkan Jerman 2-0 di semi final, menjadi juara setelah menaklukan Prancis yang hanya menang 1-0 atas Portugal di semi final.Pada Piala Dunia kali ini, Jerman ‘mengkoyak’ Brasil 7-1 di semi final, sementara Argentina hanya menang adu penalti atas Belanda.
6. Kemiripan dengan Piala Dunia di Masa Lalu. Pada Piala Dunia 1978 saat Argentina pertama kali merebut gelar juara Piala Dunia, Argentina sama sekali tidak kebobolan setelah lolos dari penyisihan grup putaran pertama hingga mencapai pertandingan final. Hal ini hampir sama dengan yang terjadi pada Argentina di Piala Dunia 2014, setelah lolos dari Grup F selama fase knock-out Argentina sama sekali tidak kebobolan. Apabila dikaitkan dengan stadion, Stadion Maracana yang juga menjadi venue 'Final' Piala Dunia 1950 juga menimbulkan suatu kemiripan. Pada 'Final' Piala Dunia 1950, Brasil yang lebih diunggulkan dan mempunyai produktivitas gol yang tinggi bertemu dengan Uruguay yang kurang diunggulkan, dan akhirnya Brasil harus kalah dan menjadi peristiwa Maracaazao. Pada Final Piala dunia 2014 ini, Jerman sebagai tim yang lebih diunggulkan dan memiliki prodoktivitas gol yang tinggi akan berhadapan dengan Argentina yang kurang diunggulkan. Apakah Final Piala Dunia 2014, akan menjadi Maracanazao part 2? Hal itu mungkin saja terjadi.
7.Faktor Pelatih.Faktor terakhir adalah dari pelatih kedua tim.Kedua pelatih, baik Joachim Low maupun Alejandro Sabella merupakan pelatih tim nasionalnya di Piala Dunia dengan prestasi di tingkat klub yang paling bagus dibandingkan pendahulunya.Joachim Low merupakan satu-satunya pelatih tim nasional Jerman di Piala Dunia, yang pernah meraih gelar juara di kompetisi domestik sebagai pelatih klub, sebelum menjadi pelatih tim nasional.Sementara itu, Alejandro Sabella sebelum melatih Argentina sempat melatih klub Estudiantes dan membawa klub tersebut menjadi juara Copa Libertadores.Diantara pelatih-pelatih tim nasional Argentina sebelumnya di Piala Dunia, prestasi Sabella sebagai pelatih di tingkat klub sebelum melatih tim nasional adalah yang paling bagus.Hal yang sama juga berlaku bagi Joachim Low, namun ada kecenderungan tertentu baik pada tim nasional Jerman maupun Argentina untuk pelatih-pelatih yang membawa mereka menjadi juara Piala Dunia.Dari tim nasional Jerman, ketiga pelatih yang membawa Jerman menjadi juara Piala Dunia (Sepp Herberger, Helmut Schon, dan Franz Beckenbauer), ketiganya merupakan mantan pemain tim nasional Jerman dan sebagai pemain sempat meraih gelar juara pada sebuah kompetisi di tingkat klub.Sepp Herberger menjadi juara Kompetisi Jerman Selatan bersama klub VfR Mannheim tahun 1925; Helmut Schon meraih gelar juara Bundesliga bersama Dredsner SC; sementara Franz Beckenbauer meraih gelar juara Bundesliga bersama Bayern Munich.Joachim Low hanya pernah menjadi pemain tim nasional Jerman U-21 sedangkan di tingkat klub Low belum pernah meraih gelar juara sebagai pemain.Bagaimana dengan Argentina? Kedua pelatih yang membawa Argentina juara Piala Dunia (Cesar Luis Menotti dan Carlos Bilardo) keduanya sebelum melatih tim nasional, sempat melatih klub di Liga Primer Argentina dan membawanya menjadi juara di kompetisi domestik. Menotti membawa Huracan menjadi juara Metropolitano Liga Primer Argentina tahun 1973, sementara Bilardo melakukannya bersama Estudiantes pada tahun 1982.Alejandro Sabella sebelum melatih Argentina sempat membawa Estudiantes sebagai juara Arpetura Liga Primer Argentina tahun 2010.Hal yang menarik dari Cesar Luis Menotti, Carlos Bilardo, dan Alejandro Sabella adalah prestasi mereka bertiga di ajang Copa Libertadores sebagai pelatih klub sebelum menjadi pelatih tim nasional.Menotti bersama Huracan mencapai semi final Copa Libertadores 1973, Bilardo membawa klub Kolombia Deportivo Cali menjadi runner-up Copa Libertadores 1978, dan Sabella membawa Estudiantes sebagai juara Copa Libertadores 2009.Apakah ini menjadi sinyal bahwa Alejandro Sabella kan menjadi pelatih ketiga Argentina yang mengantarkan gelar juara Piala Dunia untuk Argentina atau Joachim Low akan menjadi pelatih Jerman pertama yang bukan mantan pemain nasional Jerman namun mampu membawa Jerman menjadi juara Piala Dunia?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H