Lihat ke Halaman Asli

Predictors Dims

Predicting by history

Timnas U-19 ,Timnas U-19B, dan Keputusan PSSI

Diperbarui: 18 Juni 2015   03:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Beberapa minggu yang lalu, PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) membuat keputusan yang tidak hanya mengejutkan namun juga dapat dikatakan ‘mengecewakan’.Sebagai induk organisasi sepak bola Indonesia, PSSI membuat keputusan untuk menukar turnamen yang diikuti oleh timnas U-19 dengan timnas “U-21”. Sebagaimana yang kita ketahui, timnas U-19 yang diasuh oleh Indra Sjafrie justru ditempatkan sebagai peserta turnamen Hassanah Bolkiah Trophy (HBT) yang sebenarnya diperuntukkan untuk tim U-21.Timnas “U-21” sendiri akhirnya ‘ditempatkan’ untuk mengikuti Turnamen COTIF yang sebelumnya ‘dipersiapkan’ untuk timnas U-19.Berbagai alasan dikemukakan pihak PSSI mengenai keputusan tersebut, dari lawan yang akan dihadapi di Turnamen COTIF yang sebagian besar hanya klub sepak bola sehingga kurang memadai, sampai waktu pertandingan yang bukan hanya 2x35 menit sehingga dianggap tidak cocok sebagai ajang uji coba bagi timnas U-19.Keputusan PSSI ini memang dapat dikatakan memberikan ‘kekecewaan’ tidak hanya kepada para punggawa timnas U-19 yang selama beberapa bulan mempersiapkan diri untuk mengikuti Turnamen COTIF namun juga para pecinta sepak bola di Indonesia yang mengharapkan menyaksikan aksi “Garuda Jaya” berhadapan dengan tim sekelas Argentina maupun Juara Liga Champions UEFA U-19 Barcelona.

PSSI sebelumnya memang menyatakan bahwa Turnamen HBT lebih cocok sebagai persiapan timnas U-19 untuk menghadapi ajang AFC U-19 dari sisi teknis dan juga mental, namun sepertinya ada yang luput atau sengaja tidak diperhitungkan oleh PSSI dalam keputusan ini.Faktor yang kurang diperhitungkan atau sengaja tidak dipedulikan oleh pihak PSSI berkaitan dengan masalah mental dan psikologis para pemain timnas U-19.Para pemain timnas U-19 mungkin memang mempunyai ‘mental’ yang cukup tangguh dalam menyikapi kekalahan hal ini terbukti saat mereka kalah dari Vietnam pada ajang AFF U-19 tahun lalu, maupun saat mereka kalah dari dari Yaman U-19 pada Tur Timur Tengah.Hal ini berbeda jika mereka harus ‘berhadapan’ dengan perasaan kecewa yang ditimbulkan oleh keputusan PSSI.Dalam sebuah penelitian mengenai faktor psikologis pada pemain sepak bola yang dilakukan Universitas Groningen (Belanda), perasaan dikecewakan ternyata mempunyai pengaruh yang tidak bisa dianggap remeh.Perasaan kecewa itulah yang mungkin sekarang ini ada pada para pemain timnas U-19. Setelah beberapa bulan melakukan persiapan untuk mengikuti Turnamen tingkat Internasional, ternyata mereka harus ‘dijegal’ oleh PSSI yang mendadak membatalkan keikutsertaan mereka pada turnamen tersebut.Pembatalan tersebut mungkin tidak akan menjadi masalah jika diputuskan misalkan 3-4 bulan sebelumnya , bukan 2-3 minggu sebelum mereka berangkat.Padahal para pemain asuhan Indra Sjafrie tidak hanya mempersiapkan diri secara mental, dan teknis, namun juga dalam hal administratif.Dampak dari rasa kecewa tersebut tentu tidak bisa dihilangkan begitu saja dalam waktu hanya 1-2 minggu, dan efeknya bisa kita lihat dari penampilan mereka di HBT 2014.Pelatih Indra Sjafrie sendiri sepertinya tersirat secara ‘terpaksa’ membuat pernyataan yang terkesan mendukung keputusan PSSI tersebut, karena mungkin khawatir jika memberikan pernyataan yang menolak keputusan tersebut akan menimbulkan konflik yang akhirnya bisa menimbulkan dampak psikologis yang jauh lebih besar.Indra Sjafrie sepertinya tidak ingin dampak psikologis yang dialami oleh timnas senior pada masa konflik di PSSI terjadi pada tim asuhannya, sehingga memberikan pernyataan kepada media bahwa keputusan PSSI tersebut tidak ada masalah bagi tim asuhannya.

Dalam sebuah tulisan di media online detik.com memang sempat dikemukakan bahwa faktor penyebab menurunnya performa para pemain timnas U-19 karena rasa jenuh dari para pemainnya. Hal ini mungkin ada benarnya jika membaca dari argumen dalam tulisan tersebut yang dikemukakan oleh Ferril Hattu mengenai Tur timnas U-19 ke berbagai Provinsi yang terkesan tidak memberikan efek positif, namun kejenuhan karena para pemain terlalu lama diasuh Indra Sjafrie hal ini kurang tepat.Sebagai catatan Juan Santisteban juga sempat melatih timnas Spanyol U-17 dan U-19 dalam kurun waktu 2003-2007 namun tidak ada kejenuhan yang terjadi bahkan Santisteban membawa tim asuhannya menjadi runner-up Piala UEFA U-17 2003 dan 2004, serta juara UEFA U-19 tahun 2007. Kejenuhan para pemain karena tur merah putih yang begitu panjang memang menjadi salah satu penyebab menurunnya performa timnas U19, namun menurut penulis penyebab utamanya adalah keputusan PSSI yang mengecewakan.Jika dikatakan bahwa PSSI tidak menduga akan akan diundang ke HBT rasanya kurang masuk akal, mengingat timnas Indonesia menjadi ‘langganan’ peserta turnamen tersebut apalagi Indonesia merupakan runner-up 2 tahun lalu, sehingga seharusnya PSSI sudah mempersiapkan tim khusus untuk turnamen tersebut. Argumen mengenai lawan yang dihadapi di COTIF juga kurang bisa diterima, karena walaupun berhadapan dengan klub Barcelona U19 dan Levante U19 bukankah lndonesia juga berhadapan dengan timnas Argentina U20 yang terkenal sebagai ‘raja’ dari ajang Piala Dunia U20 karena prestasinya, dan wakil dari Afrika Mauritania U20. Sebagai catatan walaupun ‘hanya’ melawan klub, namun Barcelona U-19 adalah juara Liga Champions UEFA U19 dan terkenal karena reputasi akademi sepak bolanya.

Sebenarnya tidak hanya kekecewaan yang ditimbulkan oleh PSSI, namun juga ada ‘kecurigaan’ dari alasan yang dikemukakan PSSI mengenai keputusan tersebut. Kecurigaan tidak hanya berasal dari argumen PSSI melalui BTN (Badan Tim Nasional) mengenai keputusan diambil, namun juga berkaitan dengan batasan usia dari Turnamen COTIF. Turnamen COTIF yang diperuntukan untuk tim nasional maupun klub U-20 justru diikuti oleh timnas “U-21”.Jika diasumsikan bahwa batasan usia pemain yang dapat bermain di COTIF L’Acudia adalah mereka yang setidaknya lahir pada Januari 1994 seperti peraturan pada Piala Dunia U-20, maka seharusnya timnas “U-21” yang berpartisipasi di COTIF sebagian besar akan diisi oleh pemain-pemain U-21 yang lahir pada Januari 1994 atau rata-rata berusia 20 tahun.Kenyataan yang ada ternyata tidak sesuai, timnas “U-21” yang dilatih oleh Rudy Keltjes dan dipersiapkan secara ‘instant’ justru dilihat dari komposisi usia lebih pantas dikatakan sebagai timnas U-19B.18 Pemain yang dipanggil untuk mengikuti COTIF memang sebagian besar berasal dari klub peserta ISL U-21, namun usia mereka rata-rata berkisar antara 18-19 tahun.Hal ini ditambah dengan komposisi pemain yang sangat dominan berasal dari klub Sriwijaya FC U-21.Timnas “U-21” atau bisa kita sebut sebagai timnas U-19B ini juga seperti yang diprediksi tidak mampu berbuat banyak, selain karena persiapan yang instant, strategi yang diterapkan hanya seputar bertahan dan serangan balik.  Dari 3 laga yang telah dilalui, timnas U-19B kebobolan 7 gol tanpa mampu mencetak 1 gol pun, dan hanya keberuntungan yang membuat timnas U19B ini hanya kalah 0-1 dari Argentina U-20. Di lain pihak timnas U-19 di bawah asuhan Indra Sjafrie karena belum sepenuhnya pulih dari rasa kecewa karena ‘gagal’ berpartisipasi dalam Turnamen Internasional akhirnya mengalami penurunan performa.Hal ini menjadi tanggung jawab PSSI terutama BTN untuk mengatasi permasalahan ini (bukan lagi pada Indra Sjafrie maupun Rudy Keltjes).

Tanggung jawab PSSI yang tidak memperhitungkan dampak psikologis dari membatalkan partisipasi timnas U-19 secara mendadak, dan lupa bahwa para pemain timnas U19 itu masih pada usia muda yang walaupun mempunyai kemampuan teknis yang mumpuni, namun masih sangat rentan dengan efek psikologis karena dikecewakan.Pelatih Indra Sjafrie sendiri tidak bisa disalahkan begitu saja, karena dengan kondisi yang dialami para pemainnya, perubahan strategi apapun yang diterapkan akan menjadi kurang maksimal.Pergantian pelatih sekalipun, menurut penulis tidak akan berpengaruh, walaupun Indra Sjafrie misalkan digantikan oleh pelatih sekelas Joachim Loew sampai PSSI mampu mengatasi kekecewaan yang saat ini masih hinggap pada para pemain timnas U-19.Dalam 2 bulan ke depan, ada 2 kompetisi yang harus diikuti oleh timnas U19, yaitu AFF Cup U-19 pada bulan September dan AFC Cup U-19 pada bulan Oktober yang juga sebagai Kualifikasi untuk Piala Dunia U20 tahun 2015.Kita nantikan bagaimana keputusan PSSI terhadap kedua ajang tersebut, timnas U-19 harus segera ‘diberikan obat’ dari kekecewaan mereka karena digagalkan ikut dalam Turnamen Internasional COTIF, dan di lain pihak PSSI tetap harus mengirimkan wakil pada ajang AFF Cup U-19.Timnas U-19 saat ini sedang membutuhkan tur ‘internasional’ seperti yang dialami oleh ‘kakaknya’ timnas U-23 yang melakukan tur di Italia, tidak peduli hasil yang akan diraih, hanya dengan tur ‘internasional’ saja timnas U-19 akan berada pada puncak performa-nya di AFC Cup U19, kecuali PSSI sekali lagi ingin menggantikan mereka dengan timnas U-19B yang dilatih Rudy Keltjes.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline