Berbeda dari tulisan sebelumnya yang selalu berasal dari keresahan sendiri atau dari buku yang baru saja di baca. Tulisan kali ini berasal dari tweetan akun twitter yang bernama @suriresutari_ yang merupakan guru BK di salah satu sekolah di Bandung.
Pada tweetannya ia membagikan pengamalan sebagai guru BK yang mencoba untuk memahami perasaan siswanya dan akhirnya ia melakukan riset sederhana yang bernama "teknik Journaling". Dengan Teknik Journaling siswa diminta mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka melalui selembar kertas tapi tidak menulis nama di kertas tersebut. Sehingga bisa disimpulkan bahwa kertas ini merupakan pesan anonim (tanpa nama) yang mana didalamnya berisis pikiran dan perasaan siswa.
Hingga pada akhirnya penulis (yang kebetulan seorang guru di salah satu sekolah swasta di kabupaten Bogor) dan ditemani oleh pustakawan sekolah bernama Dicki Abdullah. Lalu kami berdua membagi tugas untuk memulai Teknik Journaling tersebut. Penulis bertugas untuk mencari berita di sosial media atau kanal berita tentang keresahan, permasalahan, kesehatan mental yang sedang dialami oleh kalangan remaja yang berusia 12 -- 24 tahun, dan Dicki bertugas untuk melakukan teknik Journaling di beberapa kelas dengan menggunakan metode presuasif.
Penulis mendapati beberapa survey tentang kesehatan mental atau gangguan mental pada remaja, divisi psikiatri anak dan remaja fakultas kesehatan di Universitas Indonesia pada tahun 2021 mempublikasikan hasil penelitian. Mereka menemukan bahwa remaja Indonesia usia 16 -- 24 tahun rentan mengalami ganguan kecemasan.
Lalu ada juga penelitian yang dilakukan oleh The Conversation, University of Queensland, dan Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health di Amerika yang menyatakan bahwa generasi Muda Indonesia tengah berada dalam darurat kesehatan mental, terutama pada rentang usia 10 -- 17 tahun
Dalam beberapa hari terakhir juga, penulis mendapatkan dua informasi tentang kesehatan mental remaja. Nahasnya dua berita ini tentang kasus Bunuh Diri, pertama pada tanggal 15 Februari 2023 pukul 11:45 WIB ada salah satu pengguna twitter yang mengirimkan 'menfess' di akun Twitter @tanyakanrl yang berisi tentang salah satu temannya di Surabaya hendak melakukan Bunuh Diri, ia pun meminta siapa saja untuk mendatangi kostan temannya.selang beberapa jam, tepatnya pada pukul 14:12 ada balasan dari @Commandsurabaya memberi Informasi bahwa pengecekan sudah dilakukan oleh petugas pada pukul 09:40 WIB dan didapati penghuni Kost tersebut sudah ditemukan dalam keadaan meninggal dunia. Dan motifnya masih dalam penyelidikan
Lalu, berita kedua tentang kasus Pelajar SMK berusia 19 tahun di Sleman Gantung Diri. Kasus ini terungkap berawal dari korban yang sempat update status story whatsapp dengan foto tali tambang dan tulisan "see you man teman". Lalu teman-teman korban yang melihat status tersebut langsung menuju rumah korban, akan tetapi pintu kamar korban dalam keadaan terkunci sehingga harus mendobrak pintu kamar.
Setelah mendobrak pintu kamar, terlihat korban dalam posisi duduk serta leher korban terikat tali tambang warna biru, dari hasil pemeriksaan Puskesmas Turi dan tim identifikasi Polresta Sleman korban dinyatakan meninggal dunia dan pada tubuh korban tidak ditemukan tanda-tanda penganiayaan. Bunuh diri bisa terjadi pada siapa saja yang mengalami depresi atau mungkin kesehatan mental.
Teknik Journaling pun sudah selesai dilakukan oleh rekan penulis, dari hasil teknik Jorunaling ditemukan hampir seluruh siswa memiliki masalah pribadi, dimulai dari masalah keluarga, pertemanan, dan lingkungan. Dan ada beberapa pesan yang cukup serius datang dari permasalahan keluarga dan ejekan teman sebayanya. Lalu dapat disimpulkan bahwa benar adanya gangguan mental atau kesehatan mental yang dialami oleh para siswa.
*dan masih banyak tulisan dari siswa yang tersimpan
Tak sampai situ saja, kami pun mencoba mencari tanda-tanda orang dengan gangguan mental, dan ditemukan beberapa tanda-tanda orang dengan gangguan kecemasan atau kesehatan mental diantaranya: