Lihat ke Halaman Asli

Dhimas Ramdan

1% of my life

Menurutku Tuhan Maha Asyik

Diperbarui: 5 November 2022   15:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

"Buku tuhan maha asyik" merupakan karya dari Sujiwo Tejo dan Dr. MN. Kamba. Yang diterbitkan pertama kali pada Desember 2016 dan Imania sebagai penerbit buku ini.

Mbah Tejo sapaan akrab dari  Sujiwo Tejo atau Agus Hadi Sudjiwo, kelahiran Kota jember Jawa Timur. Mbah Tejo merupakan seorang seniman, pemeran, dalang, budayawan, penyanyi dan penulis Indonesia. Sedangkan Dr. Muhammad Nursamad Kamba, kelahiran Pinrang, Sulawesi Selatan. 

Namun, beliau telah berpulang pada yang Maha Memberi Kehidupan pada hari Sabtu tanggal 20 juni 2020. Semasa hidupnya Dr. M.N Kamba atau yang akrab disapa Buya MN Kamba ini merupakan dosen Tasawuf pada Jurusan Tasawuf Psikoterapi (TP) Fakultas Ushuluddin UIN SGD Bandung sejak 1998 hingga 2020.

Dalam buku ini kita seakan mengajak kita untuk "bermain-main" dengan ke-Maha Asyik-an Tuhan" melalui dialog-dialog polos anak kecil dan dengan sudut pandng yang berbeda.

Pada tokoh utama di buku ini ialah Buchori, Kapitayan, Christine, Samin, Parwati, Dharma, dan Pangestu. Ketujuh tokoh ini adalah sahabat, teman sekolah sekaligus teman bermain.

Isi buku ini menceritakan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan mereka bertujuh yang diselingi makna mendalam tentang kehidupan dan keTuhanan.

Misalnya saja pada bab "utusan". Bab ini diawali dengan mencari perbedaan dan kesamaan, baik itu dalam berpakaian atau apapun. Misalnya saj Buchori yang sedang memakai topi dengan warna yang sama dengan Pangestu, gambar dan tulisannya pun sama. Dan Pangestu menemukan perbedaan di benang jahitnya.

Sehingga mencari perbedaan dan persamaan sudah makanan sehari-hari mereka. "jadi, ayat tertulis dan ayat tidak tertulis  itu sama saja, ya? Kalau dimain-mainin  bisa bikin berabe  tapi bisa juga tidak bisa bikin berabe. Terus perbedaannya apa, dong?" tanya Christine suatu hari ketika bosen dengan mencari kesamaan dan perbedaan pada pakaian. 

"kalau menurutku, ayat tertulis dan ayat tak tertulis, dua-duanya sama-sama memakai utusan" sambung Christine yang membuat kaget Samin

Lalu, perbincangan mengenai mencari kesamaan dan perbedaan pun berlanjut. Dan di akhiri dengan  dalam bahasa agama, utusan sering disebut Rasul atau Nabi. Namun, sejatinya, utusan tidak terbatas pada bentuk pemilihan seseorang di antara umat manusia. 

Sebab, jika melihat kepentingannya sebagai sumber inspirasi dan pembawa petunjuk jalan, terdapat juga ketukan atau bisikan nurani dari lubuk jiwa yangjuga memberi petunjuk atau inspirasi tentang berbagai hal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline