Manusia itu berpotensi salah bahkan bisa dikatakan sumbernya masalah di muka bumi ini. Melakukan suatu aktivitas yang berpotensi pada kemaksiatan itu hampir sulit untuk kita hindari di setiap hari kita. Ada yang secara sadar kita lakukan, ada juga yang secara tanpa sadar kita melakukannya. Keduanya sudah pasti memiliki resiko yaitu mendapat hukuman dari Allah. Karena Allah tidak menyukai perbuatan maksiat yang dilakukan oleh manusia. Maka dari itu tidak ada yang benar-benar bersih dari dosa di dunia ini kecuali Muhammad SAW. Namun jangan salah meski demikian ada seorang pelaku maksiat yang tetap Allah senangi walaupun sebesar apapun kemaksiatan yang ia perbuat. Saya harap itu adalah saya dan juga anda.
Berikut merupakan sebuah ringkasan terkait hal yang hendak saya bahas sesuai dengan headline tulisan ini yang saya buat dan bersumber dari ceramahnya Ust Adi Hidayat, Lc.M.A di channel youtube beliau. Saya selipkan juga pengalaman pribadi terkait poin-poin yang dibahas oleh beliau yang saya tulis dengan bahasa non formal. Hal tersebut pula menjadi disclaimer atas tulisan saya ini. Semoga anda mendapatkan manfaat setelah membaca tulisan ini. Terimakasih telah membaca tulisan saya
Pelaku maksiat yang tidak mendapatkan hidayah dari Allah apalagi ada istidraj, tidak sadar dia berbuat salah dan mempertahankan kesalahannya kemudian terus berbuat salah itu yang berbahaya. Tapi yang paling di senangi adalah, jika pelaku masiat yang sejahat apapun, tiba-tiba ada getaran jiwanya untuk kembali. Disarankan cepat ambil itu karena itu tanda sayang Allah yang pertama. Allah sangat mencintai pelaku maksiat yang taubat dibandingkan dengan orang sholeh yang tidak pernah merasa salah. Dalilnya Qs Al-baqarah di akhir ayat. " Allah sangat cinta orang yang selalu untuk berusaha taubat."
Al-Ankabut ayat 69 "Orang-orang yang serius menjemput petunjuk kami, kami akan tunjukkan jalan-jalan terbaik menuju kami." Yang Allah berikan pada orang yang demikian itu bukan dunia dulu tapi ketenangan hati dulu. Jadi kalo aku hijrah yang diberikan pertama kali itu ketenangan jiwa. Qs. 4 ayat 100 " Orang yang mau berhijrah kejalan Allah akan diberikan oleh Allah itu pertama kelapangan dalam jiwanya." Hati dan jiwaku itu akan terasa tenang gitu, yang tadinya begadang hingga subuh, ini tidur lebih awal untuk melaksanakan tahajud, tadinya main dari ashar hingga isya, ini dateng ke majlis ilmu. Nah kalo aku sudah mendapat kenikmatan iman itu aku rasanya kayak aaah kemana aja aku selama ini ketika aku sudah mulai rutin melakukan amalan kebaikan. Tadinya ketinggalan shalat fardhu biasa aja ini malah ketinggalan sholat sunnah aja udah ada perasaan menyesal. Gitu tuh kalo aku udah mendapatkan kenikmatan iman.
Naik turunnya keimanan aku itu sesuatu yang biasa yang artinya dirasakan oleh semua orang muslim. Di kitab hadits imam Bukhori di sebutkan "Al imanu yazidu wayankus." " iman itu kadang naik dan kadang turun." Dan rumusnya kalo iman kita pengen naik terus (walaupun sepertinya sulit mengatakan mungkin untuk hal itu) maka kuatkan iman itu dengan mengerjakan banyak ketaatan. Ketaatan itu buahnya amal sholeh. Jadi kalo iman aku sedang terjun bebas turun, cara menaikkannya adalah dengan banyak mengerjakan ketaatan walau terkadang aku harus memaksakannya. Semua didunia ini berpasang-pasangan. Qs 51 ayat 49 " Semua selain Aku, Aku ciptakan berpasangan." Laki-laki lawannya perempuan, jantan lawannya betina, siang lawannya malam, putih lawannya hitam. Sama persis "baik lawannya buruk".
Ada sholeh ada salah. Amal kebaikan itu sholeh amal keburukan itu salah dan diantara kedua itu yang mana yang paling sering dikerjakan pasti yang satunya akan tenggelam. Kalo aku sering mengerjakan amal sholeh sudah pasti amal salahnya akan tenggelam. Qs 17 ayat 81. Sebaliknya kalo aku sering mengerjakan amal salah sudah pasti amal sholehnya akan tenggelam. Jadi balik lagi kalo imanku terasa sedang turun maka kata nabi rumusnya itu ayo berburu ketaatan, bahkan bila perlu paksakan. Walapun terkadang disaat seperti itu, imanku terasa sedang turun namun bukannya aku membiarkannya saja tapi aku malah berburu ketaatan hingga memaksakan, aku merasakan ketidaknyamanan tapi tetap lawan saja perasaan itu karena yakin, perasaan itu muncul dari bisikan setan kayak "udahlah kalo udah nyemplungmah ngapain naik lagi" dan bentuk godaan lain sebagainya yang membuat merasa aku tidak layak untuk kembali kepada Allah. Juga Allah berkata di QS surat Az-zumar ayat 53 "Katakanlah "wahai hamba-hambaku yang telah melampaui batas terhadap diri mereka sendiri. Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa. Sungguh Dia-lah yang maha pengampun lagi maha penyayang"."
Do'a dari ustadz Adi Hidayat untuk menguatkan hati kalo ketika aku sedang malas -- malasnya melakukan ketaatan InsyaAllah.
Allahumma ajbirna
"Allahumma paksain"
dibagian tersebut aku udah serius banget memperhatikan eh ternyata doa ini, wkwkwk. Dulu pas nenek dari ibu aku masih adapun pernah bilang soal do'a ini.
Di setiap bacaan sholat itu banyak kalimat-kalimat taubat. Kayak do'a iftitah entah itu versi yang biasa aku baca "Allahu Akbar kabiro..." atau versi lain yang aku belum ketahui tapi dibahas oleh ust Adi Hidayat itu kalo aku hafal arti dan paham maknanya itu luarbiasa. "Ya Allah aku pasrahkan diriku sepenuhnya pada saat ini kepada penguasa langit dan bumi. Kalau aku sholat selama ini atau aku ibadah ya Allah atau aku hidup sampai dengan sekarang atau bahkan Engkau wafatkan aku dalam sholat ini aku ikhlas ya Allah. Berikan bimbingan kepadaku untuk meningkatkan ibadah dengan itu aku diperintahkan jauhkan dari sifat musyrik. Mulai sekarang aku berjanji ya Allah aku akan lebih patuh kepadamu". Itu terjemah dan makna dari do'a iftitah yang biasa aku baca saat sholat. Jadi kalau aku mengatakan kalimat itu (Do'a iftitah) habis sholat berbuat maksiat lagi maka aku berkhianat dengan kalimat aku sendiri. Aku akan merasakan nikmatnya sholat ketika aku memahami makna di setiap bacaan-bacaan sholat yang biasa ku baca pada saat melaksanakannya.