Saya tertegun ketika melihat di twitter sebuah bangunan bergaya lama dengan sedikit unsur art deco dengan tulisan bernuansa retro. Tulisan pada bangunan itu berkata, "Kedai Es Teh Jaya Abadi."
Bukan bermaksud apa-apa, namun sekarang ini yang banyak menjamur di sekitar kita adalah booth es teh kekinian dan tempat minum kopi.
Mungkin, saya norak dan agak berlebihan karena merasa kegirangan ada tempat yang menyajikan teh dengan konsep "tradisional", namun modern.
Kedai tersebut menggoda untuk dihampiri. Kelihatannya begitu estetik membuat rasa penasaran orang-orang muncul saat melihatnya. Sebuah rasa yang kadang dilupakan orang-orang dalam menjaga sebuah hubungan.
Setelah melihat beberapa akun Twitter menceritakan pengalamannya berkunjung ke sana, saya memutuskan untuk mendatanginya pada akhir pekan.
Saat melangkah mendekat dan masuk kedai tersebut, saya merasakan suasana yang sama seperti saat melangkah di kawasan kota tua dan kemudian masuk ke dalam museum di sana.
Tempat ini memang sedikit seperti museum, menyimpan hasil kebudayaan manusia; dari poster-poster iklan yang menempel di dinding, karya-karya pada bungkusan teh yang bertumpuk, sebuah televisi tabung, hingga desain arsitekturnya.
Pintu, jendela, kursi-meja, serta meja bar dan lemari yang dihadirkan bernuansa serupa. Semuanya tampak seirama. Selain itu, bentuk jendelanya mengingatkan saya pada rumah-rumah lama di Yogyakarta atau Surakarta.
Kedai tersebut menarik dan mata saya jatuh hati. Rasanya seperti berdiri di depan rumah nenek di kampung. Pada bagian teras ada tempat duduk.