Mungkin teman-teman yang sering berseluncur di internet, kata "konten" sudah sangat akrab di telinga kita. Hampir setiap hari, bahkan setiap saat ketika kita membuka smarthphone kita dan membuka media sosial favorit atau platform media streaming, kita pasti akan melihat, membaca, atau mendengar kata konten. Bahkan, nyatanya setiap hal yang kita lihat di media-media tersebut dapat dikatakan sebagai konten itu sendiri. Bagaimana dengan konten kreator atau pembuat konten? Walaupun sejatinya setiap orang dapat membuat konten, namun titel dari "konten kreator" ini lebih ditujukan sebagai profesi. Istilah ini lazim digunakan pada orang-orang yang memang bekerja untuk membuat konten tersebut, apapun platform ataupun media yang mereka gunakan. Di sini, kita akan membahas bagaimana profesi ini berkembang di Indonesia hingga mempunyai banyak peminat pada saat ini. Awalnya media sosial hanya dinilai sebagai sarana untuk terhubung dengan teman atau orang lain yang memiliki ketertarikan yang sama. Namun, seiring perkembangannya dan penambahan fiturnya serta kegunaannya yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan marketing membuatnya menjadi semakin populer. Terlebih lagi ketika kemunculan smartphone dan internet yang semakin mudah diakses oleh siapapun, di manapun, dan kapanpun. Banyak orang ingin meningkatkan jumlah pengikutnya di sosial media untuk berbagai hal, mulai dari personal branding hingga marketing. Hal ini membuat para pemilik akun ingin menarik sebanyak-banyaknya perhatian orang untuk mengikuti mereka di media sosial. Di sinilah para konten kreator berperan, Di media sosial seperti Youtube, Instagram dan platform lainnya yang sangat menonjolkan visual misalnya, para konten kreator berlomba-lomba membuat video, foto, gambar, atau bahkan desain dari feed yang tampak menarik bagi para pemilik akun lain. Caption-caption dan Thumbnail yang menyertainya pun juga dibuat sedemikian rupa agar dapat relevan dan relatable dengan target dari postingan tersebut.
Konten kreator sendiri dalam konteks ini bukanlah selebriti ataupun blogger. Tentu saja selebriti ataupun blogger maupun orang biasa bisa saja masuk kedalam kategori konten kreator. Namun, tidak semua pencipta konten adalah selebriti maupun blogger keamanan. ketika kamu memutuskan untuk membuat video mengenai tata tutorial chord gitar dasar, lalu mengunggahnya di channl youtube atau instagram kamu, makan kamu sudah bisa dianggap konten kreator. Tidak perlu menjadi Publik Figur untuk bisa menajdi konten kreator. Pasalnya, pada dasarnya pembuatan konten ini melibatkan kreativitas seseorang. Kreativitas ini kelak, akan menjadi alat bagi seorang konten kreator untuk membuat orang-orang mau melihat konten yang mereka buat. Terlepas dari itu, proses pembuatan konten juga tidak sekedar mengandalkan kreatifitas semata. Ada logika yang perlu dipahami agar bisa menggaet audiens. Maka, ada yang menyebut jika proses penciptaan konten melibatkan otak kanan dan kiri seseorang. Hal ini tentu penting ditengah maraknya digital marketing dewasa ini. Konten Kreator sekarang dianggap sebagai sesuatu yang penting, termasuk oleh perusahaan-perusahaan besar. Itu wajar, mengingat konten menjadi kunci dari semua aksi marketing yang dilakukan olh perusahaan. Ada istilah yang menyebut bahwa di balik dari konten yang viralk, selain strategi yang apik, ada juga konten yang menarik.
Seorang Konten Kreator bisa menghasilkan cuan lewat pendaftaran iklan dari iklan display, overlay, dan video. Adapun persyaratan mendapatkannya adalah berusia minimal 18 tahun, atau memiliki wali sah berusia lebih dari 18 tahun yang dapat menangani pembayaran melalui adsnse. Membuat konten yang memenuhi pedoman konten yang cocok untuk pengiklanan. Lewat cara ini konten kreator dapat menghasilkan uang dengan pembayaran langganan bulanan yang dilakukan subscriber atau pelanggannya. Imbalannya, para subscriber akan mendapatkan konten yang dibuat khusus di kanal tersebut yang tidak ditayangkan bagi subscribr lainnya. Syaratnya adalah berusia minimal 18 tahun dan memiliki lebih dari 1.000 subscriber.
Menjadi Youtuber bukanlah suatu hal yang mudah dan secara instan bisa berpenghasilan, melainkan membutuhkan proses-proses dan perjuangan yang sungguh-sungguh dibalik semua kesuksesan itu. Saya Dimas Ulinnuha Sadewa Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan ingin menceritakan pengalaman saya menjadi konten kreator, dahulu saya pernah menjadi konten kreator dengan membuat cover video menggunakan gitar lalu di upload di platform seperti youtube dan instagram. Dengan seringnya membuat cover lagu di instagram dan youtube justru juga bisa membikin followers dan suscriber kita bertambah. Karena adanya kendala teknis yaitu seringnya bikin video sampai RAM HP saya penuh akhirnya saya berhenti menjadi konten kreator dan timbul rasa bosan. Itu adalah salah satu kesalahan saya yang segampang itu putus asa dalam berkarya. Menjadi Youtuber sekarang ini banyak sekali diminati oleh sebagian orang. Bukan hanya orang biasa, kalangan selebritas juga seolah-olah berlomba membuat konten video yang menarik. Tidak sedikit yang menekunidunia video digital ini menjadi sebuah profesi baru yang menghasilkan pundi-pundi uang. Menjadi youtuber bukan perkara mudah. Proses demi proses tentunya harus dilakukan. Termasuk dalam subscriber yang harus mencapai 1000 dan waktu tayang yang harus ditempuh hingga 4000 jam tayang. Pengalaman ini sudah saya buktikan sendiri dan haslinya masih belum maksimal. Silahkan menjadi youtuber, saya tidak bohong, asal ada niat dan semangat keras semuanya pasti bisa tercapai cita-cita anda. Sepupu saya bernama Nanak dengan channel YouTube nya ialah Nanak Romansa baru saja menempuh 100.000 Suscriber di bulan Mei kemarin sehingga ia meraih penghargaan dari pihak youtube yaitu Silver Play Button, hal itu membuat saya kagum olehnya karena ia memulainya sendiri dari nol dengan sungguh-sungguh tanpa berpaling kebelakang dan mengabaikan apa kata omongan orang-orang disaat Nanak masih berproses mengejar 100.000 suscribernya. Berawal dari iseng-iseng cover lagu dengan gitar akustik satunya itu di instagram lalu sempat kepikiran untuk membuat channel youtube sehingga saat ini salah satu konten video covernya mencapai 5 juta viewers. Hal itulah yang membuatnya lebih bersemangat untuk menekuni dan menjadi seorang konten kreator.
Kelemahan dari digital konten yakni masih terlalu bebas dan tidak adanya batasan norma. Dan yang paling parah lagi adalah belum dewasanya masyarakat Indonesia dalam membuat konten. Bisa dilihat pada massa pilpres 2018 dengan tersebarnya konten buruk konten panas yang tersebar di media digital. Dan yang parah lagi, sampai ada kasus prank tong sampah dari Ferdinan Paleka beberapa waktu lalu. Hal ini sangat berbahaya, Kemudahan akses untuk pembuatan konten digital ini menjadikan konten menjadi bias, susah dipercaya karena source yang kurang, mudah tersebar, pembuatan judul yang click bait sehingga hanya digunakan untuk mengejar traffic dari web itu sendiri yang seringkali tidak berhubungan dengan isi dari konten dan banyak hal lain yang bisa terjadi dan sangat merugikan bagi user yang literasi membaca dan sangat malas dalam mencari source dari konten yang dihasilkan tersebut yang bisa berdampak sangat besar. Hal ini sangat tidak patut di contoh untuk para konten kreator lainnya, dimana para konten kreator itu tujuannya untuk membuat konten-konten yang kreatif, bermanfaat dan mendidik.
Impian anak sekaran jika boleh saya sarankan, agar sebisa mungkin kreatif. aoa pun kontennya harus dari hasil sendiri, dioah sendiri, dan hasil konten kreator sendri. Sehingga pada akhirnya dirasakan sendiri manfaatnya oleh orang lain yang menonton video kita. semoga diera digital literasi ini impian anak muda milenial apapun dapat terlaksana sesuai bakat dan skill masing-masing yang dimiliki. Jadikan media sosial sebagai ajang untuk berkreatif untuk ladang pencari ilmu agar dapat ikut andil dalam mencerdaskan anak bangsa lewat literasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H