Lihat ke Halaman Asli

Buku "Aku" dalam "Ada Apa Dengan Cinta" Adalah Cikal Bakal Anak Muda Membeli Buku

Diperbarui: 17 Mei 2019   15:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Scene Rangga Membaca Buku "Aku"

Di awal kemuculan film ada apa dengan cinta di tahun 2002, pasti sudah tidak asing lagi kan bagaimana cerita Rangga dna Cinta yang saling mencintai, namun akhinrya terpaksa dipisahkan karena rangga harus pergi ke amerika, dan cinta yang punya geng ceweknya di sekolah sebagai anak mading yang sangat hits pada masa itu.  

Tapi tahu kah kalian bahwa ada yang lebih hits dan malahan mempengaruhi penontonnya yang membius para penonton film ada apa dengan cinta, salah satunya adalah buku "Aku", karangan Sjuman Djaya, yang dimana banyak penonton film ini membeli bukunya hanya sekedar untuk menjadi rangga yang keren, dan menjadi pria misterius karena selalu membaca buku di jam istirahat dan menyendiri, seperti anak yang sangat pintar. Namun saat kita akhirnya membeli bukunya dan membacanya di sekoah malah jadi kayak siswa tidak jelas dan akhirnya malah malu sendiri, pernah ada yang seperti ini kan?.

Tapi dari sini, buku "aku" yang bercerita tentang perjalanan hidup Chairil Anwar dan karya nya sebagai penyair adalah cikal bakal dari kita anak muda yang akhirnya membeli buku, walau hanya sekedar ajang gaya gayaan saja, tapi setidaknya kita bisa memahami dan mengerti isi buku tersebut dan pastinya yang paling penting bagi anak muda di masanya bisa menjadi rangga dalam sehari dan mungkin bisa menggaet wanita seperti cinta lewat puisi puisi ala rangga.

Dokpri

Bahkan, pasti ada yang membacanya hingga berkali kali, mungkin kalau dahulu sudah ada yang namanya instagram pasti bakal kita posting, dengan caption yang mendayu dayu, atau akan mengutip puisi yang ada di dalam buku untuk kode kepada gebetan.

Tapi balik lagi, pada masanya buku ini sangat sulit untuk didapatkan, bahkan jarang banget untuk didapatkan. Bahkan untuk membelinya itu harus berjuang mencari dimanapun karena toko buku pada saat itu masih sedikit, begitu pun toko buku yan eceran juga kadang sudah habis, karena diburu oleh anak muda laiinnya yang ingin keren seperti Rangga. Namun ada hal postif yang dapat kita bisa ambil, yaitu kita bisa memahami buku, mengerti isi buku dan mengenal tentang buku.

Jadi pernah kah anda menjadi rangga pada zaman itu, terima kasih rangga karena kau telah mengenalkan kita dengan buku. Selamat hari buku nasional.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline