Lihat ke Halaman Asli

DIMAS SUNGWINARTA

Mahasiswa FEB Untar

Transfer Teknologi pada Hubungan Antara Universitas dengan Industri

Diperbarui: 29 Mei 2022   18:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Langrish et al (1982) mengatakan bahwa transfer teknologi merupakan suatu penerapan penggunaan dan pengguna baru suatu teknologi. Ini merupakan proses dimana teknologi dikembangkan untuk satu tujuan yang digunakan baik dalam pengaplikasian yang berbeda atau pengguna baru. Kegiatan tersebut pada prinsipnya melibatkan peningkatan pemanfaatan basis IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) yang ada di bidang aplikasi baru yang bertentangan dengan perluasannya melalui penelitian dan pengembangan lebih lanjut (Trott, 2017). Transfer teknologi mengacu pada proses penyampaian suatu hasil dari sebuah penelitian ilmiah dan teknologi kepada masyarakat luas bersamaan dengan keterampilan serta prosedur yang terkait. Transfer teknologi sendiri memiliki proses yang kompleks dan melibatkan banyak factor non ilimiah ataupun non teknologi dengan banyak pemangku kepentingan (stakeholder) yang berbeda . Hasil penelitian yang memiliki kualitas yang baik tidak cukup untuk mendukung keberhasilan dari transfer teknologi, namun juga perlu didukung dengan keterampilan dan aspek-aspek tertentu yang mendukung seperti pembiayaan risiko dan pengelolaan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). (European Commission, n.d.). Berdasarkan artikel yang ditulis oleh TWI Global menyatakan bahwa transfer teknologi merupakan perpindahan suatu data, desain, penemuan, material, perangkat lunak, pengetahuan teknis, atau rahasia dagang dari suatu organisasi ke organisasi lain atau dari satu tujuan ke tujuan lainnya. Proses ahli teknologi tidak dapat dikerjakan sembarangan, namun memerlukan panduan (guidelines) serta nilai-nilai dari setiap organisasi yang terlibat dalam proses transfer teknologi (Global, n.d.).

Transfer teknologi atau yang biasa disebut dengan transfer of technology (ToT) dapat juga terjadi antara universitas, bisnis, dan juga pemerintah baik secara formal maupun non-formal untuk berbagi keterampilan, pengetahuan, teknologi, metode, manufaktu, atau banyak hal lain. Transfer teknologi ini dapat terjadi baik secara horizontal melintasi area yang berbeda atau vertikal dengan memindahkan teknologi seperti pusat penelitian kepada tim penelitian dan pengembangan dalam suatu lembaga riset atau universitas. Transfer teknologi dipromosikan pada konferensi yang diselenggarakan oleh kelompok seperti Asosiasi Manajer Teknologi Universitas sehingga investor dapat menilai prospek komersialisasi untuk suatu produk atau layanan baru yang inovatif. Komersialisasi pada transfer teknologi ini dapat dibuat dengan metode joint ventures, perjanjian lisensi dan kemitraan untuk berbagi risiko dan kebermanfaat atas produk atau jasa yang dikomersialisasikan. Bagian dari transfer teknologi adalah perlindungan kekayaan intelektual atau Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) terkait dnengan inovasi yang dikembangkan oleh suatu lembaga atau organisasi (Global, n.d.). Kegiatan transfer teknologi secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu persiapan, pemasangan, dan pemanfaatan. Namun, sebagian orang menunjuk pada enam langkah dalam proses transfer teknologi, yaitu:

  • Pengungkapan penemuan produk atau jasa (Invention Disclosure)
  • Evaluasi (Evaluation)
  • Aplikasi Paten (Patent Application)
  • Penilaian dan Pemasaran (Assessment and Marketing)
  • Lisensi Paten (Patent Licensing)
  • Komersialisasi (Commercialisation)

Langkah-langkah diatas membawa inovasi pada masa yang akan datang untuk produk komersial melalui evaluasi pasar, perlindungan dan lisensi kekayaan intelektual, serta promosi dan komersialisasi untuk segmentasi pasar (Global, n.d.). Komersialisasi transfer teknologi yang diproduksi dan dibayar oleh orang lain dapat digunakan serta dimanfaatkan oleh perusahaan lain untuk mendapatkan penghasilan dan dengan demikian terjadi pertumbuhan ekonomi bagi perekonomian suatu lingkungan hingga negara (Trott, 2017).

Dalam pengembangan dan pengaplikasian transfer teknologi harus menggunakan inovasi kreatif agar dapat menjadi penyelesaian atau alat pendukung untuk menyelsaikan permasalahan yang ada di masyarakat baik dari lingkup kecil hingga lingkup paling besar. Proses inovasi saat ini telah bergeser jauh dari sistem tertutup, internal ke perusahaan, ke model baru sistem terbuka yang melibatkan banyak pihak yang didistribusikan atas hingga bawah suatu rantai pasokan. Lebih mudahnya tahap pendekatan inovasi dalam transfer teknologi dapat dilihat dari ilustrasi gambar 2 dibawah ini (Trott,2017).

photo-2022-05-29-18-15-57-629356c9bb448646b57b2793.jpg


Pada gambar 2 diatas menggambarkan terdapat hubungan yang kuat dalam proses inovasi antara lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Proses mengakses dan mentransfer teknologi kemudian menjadi semakin penting dalam suatu inovasi dan pengembaran produk baru (Trott, 2017).

Transfer teknologi juga dimanfaatkan oleh sejumlah pihak seperti pemerintah, akademisi, dan industri untuk meningkatkan pembagunan ekonomi dan sosial pada suatu daerah atau negara. Untuk menghadapi tantangan baru diperlukan kebijakan dan manajemen yang lebih terbuka dan sistematis serta harus melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) terkait pengguna inovasi (Miller et al., 2018). Hubungan antara ketiga lembaga penting ini disebut dengan model Triple Helix seperti gambar 3 diatas. Triple Helix muncul disebabkan oleh terjadinya perkembangan dunia secara bersamaan, yaitu :

  • Interkoneksi Penghasil dan Pengguna Pengetahuan
  • Interkoneksi ini ditunjukkan dengan interaksi antara ilmuwan dengan industriawan untuk melakukan penelitian sebagai piroritas utama dalam hubungan mereka (Diana & Hakim, 2021).
  • Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang Masif
  • Perkembangan teknologi ini dapat dilihat dari metamorfosa telepon genggam yang diawali dari komputer kotak ke portable computer (laptop) (Diana & Hakim, 2021).
  • Tumbuh Kembang Informasi dan Komunikasi yang Cepat
  • Terjadi perubahan bentuk koordinasi antara pemerintah, universitas, dan industry dari vertikal menjadi lateral dengan memutus rangkaian birokrasi yang rumit sehingga tercipta manajemen yang terpadu dan sistematis (Diana & Hakim, 2021).

Untuk mengidentifikasi kecenderungan literatur mengenai kolaborasi antara ketiga lembaga tersebut menjadi empat kelompok, yaitu Kelompok 1 (Kapasitas Penyerapan, Pengetahuan dan Daya Saing pada Hubungan Universitas – Industri), Kelompok 2 (Dampak Luapan Pengetahuan pada Hubungan Universitas – Industri),  Kelompok 3 (Aliansi Strategis untuk Inovasi Industri), dan yang terakhir adalah Kelompok 4 (Kerja Sama Universitas – Industri) (Mascarenhas et al., 2018).

  • Kelompok 1 (Kapasitas Penyerapan, Pengetahuan dan Daya Saing pada Hubungan Universitas – Industri)
  • Tautan antara universitas dan industri sangat penting untuk melakukan pengembangan dan transfer teknologi baru serta melakukan penciptaan produk baru. Tautan ini juga merupakan sumber pendapatan dan pengetahuan baru yang penting bagi beberapa lembaga Pendidikan seperti universitas. Hubungan ini memiliki tujuan penting yaitu meningkatkan reputasi perusahaan dan meningkatkan akses kepada sumber inovasi yang penting. Hubungan bisnis dengan universitas ini memiliki misi penelitian agar dapat menjadi kebermanfaatan secara strategis bagi suatu organisasi atau perusahaan. Tedapat elemen lain yang berkaitan dengan kapasitas penyerapan yang mengacu pada mekanisme integrase sosial yang digunakan oleh perusahaan atau organisasi untuk memfasilitasi dan difusi pengetahuan (Mascarenhas et al., 2018).
  • Kelompok 2 (Dampak Luapan Pengetahuan pada Hubungan Universitas – Industri)
  • Pengetahuan yang dimiliki universitas secara komersial dapat meningkatkan investasi riset dan pengembangan perusahaan tetapi juga biaya penelitian yang dikeluarkan oleh universitas. Namun, luapan pengetahuan yang diberikan oleh universitas ini berfungsi sebagai katalis untuk kegiatan bisnis yang inovatif dapat ditentukan dengan menggunakan ukuran langsung dari kegiatan inovatif dalam model yang diusulkan (Mascarenhas et al., 2018).
  • Kelompok 3 (Aliansi Strategis untuk Inovasi Industri)
  • Faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan bisnis untuk penelitian universitas dan cara dalam mengekstraksi kegiatan inovatif. Perusahaan yang mengadopsi strategi penelitian terbuka dan berinvestasi pada kegiatan riset dan pengembangan yang bekerja sama dengan universitas dapat mencapai hasil yang memuaskan (Mascarenhas et al., 2018).
  • Kelompok 4 (Kerja Sama Universitas – Industri) (Mascarenhas et al., 2018)
  • Inovasi model Triple Helix yang berkaitan dengan hubungan antara Universitas – Industri terdapat dua tren utama yang mempengaruhi peran kewirausahaan universitas di masa yang akan datang. Pertama adalah pergeseran ketergantungan ekonomi yang meningkat pada produksi pengetahuan serta upaya untuk mengidentifikasi dan memandu tren masa depan dalam produksi ini serta implikasinya bagi masyarakat. Yang kedua adalah pergeseran ekonomi produksi ke proses sosial ekonomi sistem inovasi kontenporer dengan universitas menhadi bagian dari infrastruktur baru (Mascarenhas et al., 2018).

Daftar Pustaka

Diana, D., & Hakim, L. (2021). … Kolaborasi Antara Perguruan Tinggi, Industri dan Pemerintah: Tinjauan Konseptual Dalam Upaya Meningkatkan Inovasi Pendidikan dan Kreatifitas Pembelajaran di …. Prosiding Konferensi Nasional Ekonomi …, 1177.

European Commission. (n.d.). What is Technology Transfer? European Commission Website. https://knowledge4policy.ec.europa.eu/technology-transfer/what-technology-transfer_en

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline