Dalam perjalanan sejarah kemanusiaan, agama telah menjadi pilar utama dalam membimbing nilai-nilai moral dan etika yang membentuk masyarakat kita. Dengan ajaran-ajaran tentang kebaikan, kasih sayang, dan keadilan, agama telah menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang dalam menciptakan dunia yang lebih baik.
Namun, dalam pandangan agama tentang sosok penyelamat, mungkin saatnya bagi kita untuk merenung. Apakah sosok penyelamat itu benar-benar datang dari luar, atau mungkin, ia ada di dalam diri kita sendiri?
Mari kita meretas masa lalu dan melihat sejarah dalam melihat beragam sosok penyelamat yang dinubuatkan dalam masing-masing aliran kepercayaan yang ada saat ini.
Umat Hindu telah menunggu Kali selama 3.700 tahun, dewi yang diharapkan akan datang untuk mengakhiri kejahatan dan menegakkan kebenaran.
Begitu juga umat Buddha telah menantikan kedatangan Maitreya selama 2.600 tahun, sebagai Buddha masa depan yang akan membimbing mereka ke arah pencerahan.
Umat Yahudi menantikan Mesias selama 2.500 tahun, yang diharapkan akan memulihkan kedaulatan Israel dan membawa perdamaian.
Kristen telah menanti kedatangan Yesus selama 2.000 tahun, sebagai Mesias yang dianggap menebus dosa manusia.
Umat Muslim, termasuk umat Sunni, menantikan kedatangan Imam Mahdi selama 1.080 tahun, sementara umat Syiah juga menantikan kedatangannya.
Umat Druze, di sisi lain, telah menanti Hamza ibn Ali selama 1.000 tahun sebagai penolong spiritual yang akan mengakhiri ketidakadilan.
Semua agama memiliki keyakinan pada sosok penyelamat yang akan datang, membawa kebaikan dan keadilan ke dunia. Namun, mungkin masalah kita di planet ini adalah bahwa kita mengharapkan orang lain datang untuk menyelesaikan masalah mereka daripada melakukannya sendiri.