Adalah yang menarik dari kebiasaan yang bisa sudah disebut budaya, karena sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan secara rutin setiap hari raya. Baik hari raya Idul Fitri maupun hari raya Idul Adha, masyarakat Palembang melakukan ziarah kubur.
Jika di daerah lain ziarah dilakukan menjelang Ramadhan, maka di Palembang dilakukan menjelang Ramadhan dan saat hari raya. Maka tempat paling ramai setelah Sholat Ied adalah kuburan atau pemakaman.
Para keluarga ziarah kubur ke keluarga seperti orang tua, atau saudaranya. Baru, melakukan sanjo. Budaya mendoakan orang tua yang telah meninggal merupakan kewajiban setiap anak. Agar dapat menjadi anak yang sholeh dan berbakti adalah mengirim doa kepada orang tuanya atau saudaranya yang telah meninggal dunia.
Hal lain banyak juga masyarakat Palembang sebagai perantau maka pada saat pulangg menyempatkan diri untuk ziarah.
Ada banyak dampak positif seperti para penjual bunga dan pembersih kubur mendapatkan rejeki, mereka menawarkan jasa untuk membersihkan dan menerima upah seikhlasnya.
Demikian juga para petugas parkir, hal ini tentu positif untuk masyarakat yang hidup dengan keseharian di pemakaman.
Manfaat bagi para peziarah agar tidak terjebak. dalam syirik, benar benar hanya mendoakan para almarhum dan alhargumah bukan meminta sesuatu kepada yang sudah meninggal dunia.
Budaya positif ini bahkan bisa dijadikan sebagai salah satu ciri yang harus dijaga karena mendoakan orang yang Sudan meninggal kewajiban bagi kita semua yang masih hidup. Karena kita semua akan meninggal, kelak juga berharap didoakan oleh anak keturunannkita. entah sejak kapan budaya ini dilakukan yang jelas semakin ke belakang semakin ramai saja saat lebaran orang melakukan ziarah kubur di berbagai pemakaman umum di Palembang. bagaimana di tempat Anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H