Lihat ke Halaman Asli

Pentingnya Konsumsi Gratis bagi Mahasiswa Miskin

Diperbarui: 20 Juni 2024   01:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada suatu acara terkhususnya yang diadakan di kampus biasanya peserta yang datang akan diberikan konsumsi sebagai camilan ataupun makan berat tergantung pada durasi serta skala acaranya itu sendiri, disini saya ingin membahas tentang pentingnya konsumsi-konsumsi tersebut terhadap para mahasiswa yang bisa dibilang kurang dalam ekonomi, topik ini saya angkat karena saya secara pribadi merasakannya dan sengaja mengangkatnya agar bisa memastikan bahwa saya tidak sendiri dalam pemikiran ini dan yang terpenting saya ingin memastikan bahwa pemikiran saya ini bukanlah sikap egoisme atau rakus melainkan perasaan untuk tidak membuang makanan serta suatu cara untuk bertahan hidup.

Topik ini bisa saya angkat karena muncul suatu pertanyaan di hati saya dimana disaat konsumsi dibagikan ada oknum-oknum yang tidak habis memakannya ada juga yang bahkan meninggalkannya, mengapa mereka melakukan itu? Saya pun sering menanyakan hal ini kepada orang-orang tersebut dan beberapa jawaban yang saya terima cukup masuk akal seperti orang itu kenyang karena baru saja makan atau dia punya agenda makan lainnya, akan tetapi ada satu jawaban yang membuat saya terheran-heran yakni konsumsi yang diberikan tidak sesuai dengan seleranya, ketika mendengar jawaban itu saya pun tercengang dan mulai menilai kembali keadaan saya, maksud saya apakah saya beneran tinggal di kota yang sama berkuliah di kampus yang sama? Karena jujur salah satu alasan saya menghadiri acara tersebut adalah karena konsumsi itu sendiri tetapi ada orang-orang yang menganggap konsumsi itu tidak penting, selain itu lupakan dengan selera mereka mahasiswa seharusnya juga sudah paham yang terpenting itu adalah asupan gizi, akan tetapi semakin saya pikirkan semakin saya tersadar, jawabannya adalah kesenjangan ekonomi yang begitu jauh.

Bagi saya dengan mendapatkan konsumsi pada acara maka saya bisa menghemat uang sarapan ataupun makan siang saya, selain itu karena biasanya acara itu diadakan di hari sabtu dan minggu dimana perkuliahan sedang libur maka hal ini dapat mengurangi pengeluaran saya di hari libur, berbeda dengan orang pada umumnya yang mengahabiskan hari liburnya untuk healing atau hiburan menurut saya hal itu hanya buang-buang duit saja, hal-hal seperti nongkrong, pergi ke gunung atau nonton bioskop menurut saya tidak ada manfaatnya, mereka bilang mereka hanya menikmati masa mudanya namun saya rasa mereka sudah harus memikirkan masa tuanya namun kembali lagi dengan perbedaan ekonomi saya rasa pemikiran kami berbeda, sesuai dengan pendapat saya tadi maka pada hari sabtu dan minggu jika tidak ada agenda saya hanya mengistirihatkan diri di kamar, sedikit olahraga dan menonton hiburan di laptop selebihnya saya habiskan untuk tidur, biasanya saya hanya makan 1 kali sehari pada hari tersebut, dari sini harusnya sudah tergambarkan mengapa konsumsi pada acara itu penting sekali bagi saya sebagai seseorang yang ekonominya tidak bercukupan.

Perbedaan pemikiran ini saya rasa cukup wajar dan tidak mengeherankan jika saya pikirkan lebih dalam, saya rasa sekarang pun masih banyak orang yang mengemis makanan ataupun mengambil makanan sisa di tong sampah bahkan dari pengalaman saya sendiri saya melihat petugas cleaning kampus membuka satu persatu kotak kue dan mencari apakah masih ada kue yang bisa dikonsumsi, saya rasa itu hal yang mulia karena sudah menghargai makanan dan tidak menghiraukan egonya, namun apakah perbuatan itu rakus atau tidak? Untuk ini saya rasa menghargai konsumsi bukanlah sikap rakus, akan tetapi saya juga sering menjumpai oknum-oknum yang saya bisa nilai dia rakus akan konsumsi, untuk perbedaannya saya bisa lihat dari waktu pengambilannya, jika ia mengambil konsumsi lebih dari porsinya dan diambil ketika acara belum selesai atau dalam kata lain belum semua peserta yang hadir sudah mengambil konsumsi maka orang tersebut saya katakan rakus dan tidak patut untuk dicontoh berbeda dengan yang mengambil makanan sisa setelah acara atau yang membuka kotak-kotak kue untuk mengambil makanan yang masih layak, saya rasa mereka adalah orang-orang yang menghargai makanan.

Saya sendiri sudah beberapa kali menjalankan acara yang memberikan konsumsi dan memang dipenghujung acara sering kali terdapat konsumsi sisa hal ini dikarenakan banyak peserta yang tidak hadir pada acara walaupun sudah mengkonfirmasi hadir di hari sebelumnya, biasanya konsumsi tersebut akan kami bagikan ke petugas gedung dan jika masih berlebih maka akan panitia ambil namun biasanya masih tetap sisa beberapa bungkus makanan nah untuk biasanya akan kami berikan ke teman kos kami atau satpam-satpam yang berada di sekitar kampus, hal ini saya rasa sudah sangat bijak akan tetapi saya rasa kurang tepat sasaran karena saya yakin diluar sana banyak para pelajar yang kelaparan, maka dari itu saya mengharapkan dibuatkannya suatu forum yang menginformasikan mengenai makanan sisa acara sehingga para pelajar yang kelaparan tersebut dapat datang dan mengambil makanan-makanan sisa tersebut, hal ini saya rasa akan cukup efektif karena saya rasa para pelajar yang berkucupan akan lebih menghargai ego dan harga diri mereka sehingga tidak datang berkebalikan dengan yang tidak becukupakan saya yakin mereka akan berlomba-lomba untuk datang.

Berbicara dengan ego dan harga diri saya rasa pemikiran saya sudah sejalan dengan teori milik Abraham Maxlow terkait segitiga kebutuhan, dimana orang-orang akan mempedulikan kebutuhan fisoilogis mereka sebagai kebutuhan utama mengalahkan rasa aman dan psikososial mereka. Lalu jika hal ini sudah wajar mengapa saya angkat sebagai topik dalam tugas saya, jawabannya dalah karena banyak teman-teman saya yang mengaggap bahwa orang-orang yang sudah kuliah itu pasti bercukupan setidaknya tidak sampai ke ekonomi level bawah, tapi faktanya saya sendiri bisa dibilang berada di ekonomi bawah dan keluarga saya sendiri memiliki masalah juga sehingga saya harus menyiapkan tabungan untuk berjaga-jaga akan keadaan darurat diman saya harus pulang kerumah. Hal ini juga berlaku sebaliknya banyak orang yang berkonomi rendah tapi malu mengakuinya dan malahan bersikap seakan-akan dirinya berasal dari keluarga bekucukupan, alhasil dia ingin ikut pergaulan yang bukannya menghemat uang malahan memberikan pengeluaran tambahan bagi dirinya sendiri.

Kesimpulannya adalah bagi para pembaca yang biasanya sering meninggalkan konsumsi acara atau bahkan membuang-buang makanan karena perbedaan selera harap perbuatan tersebut ditinggalkan, karena saya yakin kalian juga sadar bahwa kesenjangan ekonomi kita begitu besar maka dari itu marilah kita menghemat makanan dan jangan membuang-buangnya, lalu untuk teman-teman yang sebelumnya ragu apakah dirinya termasuk kedalam rakus maka sadarlah bahwa dirimu tidak itu hanyalah insting untuk bertahan hidup lagipula kamu mengambil makanan sisa yang berarti tidak ada pihak yang dirugikan, semoga paparan opini saya ini dapat memberikan pandangan baru ke teman-teman semua, sekian dari saya terima kasih telah membaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline