Gonjang ganjing Revolusi Industri Keempat saat ini memaksa setiap individu untuk terus belajar dan mengatualisasikan diri di depan gerbang zaman yang terus bergerak. Perubahan demikian cepat dan tak terelakkan. Secara tiba -- tiba banjir digitalisasi dan android menjadi keharusan yang tidak bisa ditolak.
Bagaimana mungkin untuk menjaga watak efisiensi, seorang guru harus berkomunikasi secara jadul, berjalan kaki dalam puluhan kilometer hanya sekadar untuk menyampaikan pesan singkat seseorang. Butuh waktu dan energi yang cukup besar, bukan? Justru kontraproduktif dan lamban. Dalam hal ini, android telah mengambil alih semuanya. Andoid menjadi penyampai pesan yang bijak dan cepat dalam waktu yang serba terbatas.
Kecepatan pengiriman pesan, data, dan informasi telah membongkar pemahaman lama dari hidup konvensional dan tradional bergerak secara digitalis, cepat dan akurat. Interes terhadap kehadiran peranti teknologi, menjadi keniscayaan dari hidup kita. Dalam hidup modern, sudah tak berani hidup tanpa handphone.
Orang -- orang sudah begitu gelisah jika keluar rumah disakunya tidak dilengkapi kotak ajaib itu. Semua akan merasa takut untuk bermufakat dengan kelambanan, ketertinggalan, dan keterpencilan. Dengan handphone yang jauh terasa dekat, yang tidak mungkin menjadi sesuatu yang masuk akal.
Prof.Richardus Eko Indrajit menyebut era disrupsi perubahan ini dengan, the future is now. Sebuah terminal pemberhentian sementara, untuk selanjutnya kita akan memasuki sebuah fase yang lebih rumit dan kian canggih. Apakah masa depan itu disebut Revolusi Industri Kelima atau apapun istilahnya, itu lain soal.
Yang jelas, setiap individu harus menyiapkan diri agar mampu beradaptasi di dalamnya. Sejak dari budaya, gaya komunikasi, layanan, tatanan birokasi pemerintahan, hingga melakukan proses pembelajaran, semua akan terasa baru. Internet of think ( IoT ), telah mengantarkan manusia pada keadaan untuk berprilaku mengakrabinya.
Berada di tengah - tengah era Revolusi Industri Keempat, dalam serba ketidaksiapan, semua profesi dan pekerjaaan menjadi terancam. Tidak ada jaminan sebuah kursi empuk seorang direktur, jabatan manis seorang guru, akan terus dipertahankan. Buktinya, semua jabatan strategis bisa saja didelete dari pandangan kita dalam kurun waktu begitu singkat.
Kasak kusuk penghapusan jabatan eselon yang menjadi perbincangan hangat beberapa waktu lalu bisa menjadi realitas masa depan jika formasi itu tak dibutuhkan lagi. Tenaga padat karya yang berbasis tenaga manusia ( fisik ), secara evolutif mulai diambil alih oleh kehadiran tenaga mesin, digital, dan kecerdasan buatan.
Pada sisi ini kita harus bersungguh -- sungguh mereduksi dampak negatif kehadiran mesin - mesin yang menjadi pemangsa manusia. Kehadirannya memberikan efek kian bertambah panjangnya gerbong pengangguran. Keadaaan paling mengancam, ketika anak manusia tidak memiliki kesiapan dengan skill ( keterampilan ) yang memadai.
Pada sebagian masyarakat, tenaga kerja yang lebih mengandalkan otot dari pada otak, kian mengalami peminggiran masif, kalah bersaing dengan tenaga kerja yang mulai mempersiapkan diri dengan ragam keterampilan. Dari sudut salary dan kesejahteraan akan ditingal jauh oleh para pekerja yang berbasis keterampilan.
Munculnya sekolah -- sekolah dengan spesialisasi dan vokasi, sesuai dengan minat bakat, dan para lulusannya sudah diorder jauh -- jauh hari oleh beberapa perusahaan yang membutuhkannya. Hampir setiap perusahaan akan menanyakan tentang pengalaman dan keahlian yang dimiliki setiap pencari kerja. Perusahaan sedikit abai terhadap kekarnya fisik sang pencari kerja.