Masjid Raya Al-Jabbar, yang terletak di Gedebage, Bandung, adalah salah satu proyek besar Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Dibangun dengan anggaran lebih dari Rp1 triliun, masjid ini dirancang sebagai ikon religius sekaligus destinasi wisata keagamaan. Namun, di balik kemegahan fisiknya, proyek ini dilanda berbagai dugaan penyelewengan yang menjadi sorotan publik. Masalah ini tidak hanya mengusik hati masyarakat tetapi juga menimbulkan tanda tanya besar terkait transparansi pengelolaan anggaran pembangunan fasilitas publik.
Fakta dan Isu Terkini
1. Anggaran Fantastis
Masjid ini menelan biaya hingga Rp1 triliun yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Jawa Barat. Proyek ini dilaksanakan secara bertahap, mencakup konstruksi bangunan utama, lanskap, dan fasilitas tambahan seperti museum sejarah Islam di lantai bawah. Tahap finalisasi proyek selesai pada Desember 2022, dan masjid diresmikan pada awal 202389.
2. Museum Sejarah Islam
Salah satu aspek kontroversial dari proyek ini adalah pengadaan konten museum yang menghabiskan biaya hingga Rp20 miliar. Konten ini meliputi diorama interaktif, video mapping, dan bahan-bahan edukatif terkait sejarah Islam. Meski dianggap modern dan canggih, banyak pihak menilai biaya ini tidak transparan, terutama terkait proses tender yang sempat mengalami kegagalan beberapa kali9.
3. Tender Bermasalah
Proses tender pengadaan konten museum mendapat sorotan. Setelah gagal beberapa kali, kontrak akhirnya diberikan kepada PT Sembilan Matahari dengan nilai Rp15 miliar. Proses ini menimbulkan spekulasi bahwa terdapat ketidakwajaran dalam pengelolaan proyek9.
4. Dugaan Penyelewengan Dana
Meskipun tujuan awal proyek ini adalah untuk memperkuat simbol religiusitas masyarakat, berbagai indikasi penyelewengan anggaran muncul ke permukaan. Pembengkakan biaya, kurangnya pengawasan, serta ketidaktransparanan dokumen anggaran menjadi sorotan berbagai pihak, termasuk aktivis antikorupsi.