Lihat ke Halaman Asli

Kaum Marhaen Zaman Dulu Vs Kaum Marhaen Zaman Sekarang: Bagaimana Kita sebagai Marhaenis Menyikapinya?

Diperbarui: 24 September 2024   10:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://petani.id/maklumat-bung-karno-kepada-kaum-marhaen-indonesia/

Dalam perjalanan sejarah sosial-politik Indonesia, istilah Marhaen memiliki makna yang kuat dan sarat dengan nilai-nilai perjuangan. Marhaen adalah simbol dari kaum kecil yang tertindas, yang diperkenalkan oleh Bung Karno sebagai landasan ideologi perjuangan rakyat. Konsep ini merangkum cita-cita keadilan sosial, kemerdekaan, dan kedaulatan ekonomi bagi mereka yang kurang beruntung. Namun, pertanyaan yang sering muncul saat ini adalah, apakah kaum Marhaen zaman sekarang masih memiliki relevansi dan semangat perjuangan yang sama dengan kaum Marhaen di masa lalu? Bagaimana kita sebagai Marhaenis harus menyikapinya?

Marhaen Zaman Dulu: Penderitaan dan Perjuangan

Kaum Marhaen di zaman dulu, terutama di era sebelum dan sesudah kemerdekaan, adalah representasi dari rakyat kecil yang hidup dalam ketertindasan. Mereka adalah petani, buruh, dan nelayan yang menghadapi eksploitasi dari kekuatan kolonial dan kapitalis yang menguasai sumber daya alam dan tenaga kerja Indonesia. Kehidupan mereka penuh dengan kesederhanaan namun juga penderitaan akibat ketidakadilan yang terus-menerus.

Bung Karno, melalui ideologi Marhaenisme, mengangkat suara mereka. Marhaenisme menjadi alat perjuangan untuk memutus rantai ketidakadilan, memberikan mereka ruang untuk memperoleh hak atas tanah, kesempatan ekonomi yang adil, dan kebebasan dari penindasan. Marhaen zaman dulu bersatu dalam perjuangan kolektif yang menuntut perubahan, bersedia mengorbankan jiwa dan raga demi kemerdekaan bangsa dan keadilan sosial.

Marhaen Zaman Sekarang: Dinamika dan Tantangan Baru

Kaum Marhaen di zaman sekarang menghadapi konteks sosial-ekonomi yang berbeda. Meskipun penjajahan secara fisik telah berakhir, penjajahan dalam bentuk ekonomi, politik, dan sosial masih berlangsung. Eksploitasi sumber daya alam, ketimpangan distribusi ekonomi, dan ketidakadilan dalam akses terhadap pendidikan dan kesehatan masih menjadi persoalan utama yang dihadapi oleh kaum Marhaen masa kini.

Perubahan globalisasi, perkembangan teknologi, dan kapitalisme modern membawa tantangan baru bagi kaum Marhaen. Petani, buruh, dan kelas pekerja di era modern kini harus bersaing dalam ekonomi pasar yang lebih kompetitif, di mana kekuatan korporasi multinasional dan kebijakan ekonomi neoliberal sering kali memperparah ketimpangan. Reformasi agraria yang dahulu diperjuangkan masih belum sepenuhnya terwujud, banyak petani kehilangan tanah mereka akibat konflik agraria dengan korporasi besar. Buruh terjebak dalam sistem kerja kontrak yang tidak memberikan jaminan kesejahteraan. Nelayan kecil kesulitan menghadapi industri perikanan besar yang mendominasi pasar.

Di tengah semua tantangan ini, kaum Marhaen zaman sekarang sering kali terfragmentasi, terpecah dalam berbagai gerakan yang tidak selalu sejalan dengan semangat kolektivitas seperti yang ada di masa lalu. Gerakan sosial yang dulu solid dan terorganisir kini lebih sporadis dan cenderung tergantung pada momen tertentu, tanpa adanya platform ideologis yang kokoh seperti Marhaenisme di masa Bung Karno.

Sikap Marhaenis dalam Menyikapi Perubahan

Sebagai Marhaenis, kita perlu menelaah kembali prinsip-prinsip dasar yang diusung oleh Bung Karno dalam menghadapi perubahan zaman ini. Nilai-nilai keadilan sosial, kemandirian ekonomi, dan anti-imperialisme yang menjadi fondasi Marhaenisme tetap relevan. Namun, pendekatan dan strategi perjuangan harus disesuaikan dengan realitas zaman sekarang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline