Lihat ke Halaman Asli

Friedrich Heinrich Jacobi, Subjektivitas Absolut dan Krisis Rasionalisme

Diperbarui: 12 September 2024   13:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.alamy.com/

Friedrich Heinrich Jacobi (1743--1819) adalah salah satu filsuf Jerman yang memainkan peran penting dalam perdebatan filosofis pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19. Meskipun tidak seterkenal Immanuel Kant atau Hegel, pemikiran Jacobi menempati posisi penting dalam sejarah filsafat, khususnya terkait dengan kritiknya terhadap rasionalisme dan penekanan pada subjektivitas absolut.

Jacobi dikenal karena kritik tajamnya terhadap filsafat rasionalis, yang menurutnya gagal menyentuh esensi manusia yang paling dalam. Baginya, keyakinan pada penalaran dan logika sebagai sumber pengetahuan tertinggi, sebagaimana dijunjung oleh para pemikir seperti Descartes dan Spinoza, mengabaikan dimensi subjektif dari pengalaman manusia yang tak dapat direduksi menjadi konsep-konsep rasional.

Kritik Terhadap Rasionalisme dan Panteisme

Jacobi pertama kali mendapatkan perhatian luas melalui kritiknya terhadap Spinoza, khususnya dalam esai terkenalnya yang diterbitkan pada 1785, ber die Lehre des Spinoza in Briefen an den Herrn Moses Mendelssohn (Tentang Ajaran Spinoza dalam Surat kepada Tuan Moses Mendelssohn). Di dalamnya, Jacobi menuduh filsafat Spinoza sebagai panteisme yang mereduksi kebebasan manusia dan subjektivitas menjadi bagian dari mekanisme alam semesta yang deterministik.

Menurut Jacobi, Spinoza menyajikan dunia sebagai sistem tertutup yang diatur oleh hukum-hukum alam yang ketat dan tak terhindarkan, di mana Tuhan tidak lebih dari substansi alam itu sendiri. Dalam pandangan Jacobi, posisi ini berbahaya karena menghapuskan segala bentuk kebebasan individu dan subjek, menjadikannya hanya sekadar objek di bawah kuasa hukum alam.

Pandangan ini membawa Jacobi kepada kesimpulan bahwa filsafat rasionalis pada akhirnya berujung pada nihilisme, karena ia menghapuskan keberadaan yang hidup dan menggantinya dengan sistem mekanistik. Jacobi menegaskan bahwa rasionalisme, jika dibawa ke kesimpulan akhirnya, akan mengarah pada ateisme dan penghapusan kebebasan manusia, yang menurutnya sama saja dengan penghapusan makna hidup itu sendiri.

Subjektivitas Absolut dan Kepercayaan Langsung (Glaube)

Sebagai tanggapan terhadap krisis yang ia lihat dalam filsafat rasionalis, Jacobi mengajukan gagasan tentang "subjektivitas absolut" dan "kepercayaan langsung" (Glaube). Baginya, satu-satunya cara untuk menyelamatkan kebebasan dan martabat manusia dari determinisme rasional adalah dengan kembali kepada apa yang ia sebut sebagai "kepercayaan langsung" terhadap eksistensi dan pengalaman subyektif yang mendasar.

Kepercayaan ini bukanlah hasil dari penalaran atau argumentasi filosofis, melainkan bentuk keyakinan yang lebih mendalam dan primal, yang berasal dari kesadaran langsung akan eksistensi diri sendiri dan dunia di sekitarnya. Menurut Jacobi, ini adalah inti dari subjektivitas absolut: kesadaran akan diri sebagai entitas bebas yang tidak dapat direduksi menjadi bagian dari sistem rasional atau alam.

Di sini, Jacobi menentang tradisi besar filsafat modern yang menekankan penalaran sebagai jalan menuju pengetahuan. Ia percaya bahwa ada batasan yang tak dapat dilalui oleh akal budi, dan bahwa upaya untuk memahaminya melalui penalaran hanya akan membawa kita pada ketidakpastian dan skeptisisme.

Hubungan dengan Filsafat Kant

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline