Tak banyak hari ini yang berbicara lagi soal beliau selain mengaitkannya lagi lagi soal Peristiwa 27 Juli 1996. Sekitar 1-2 tahun kebelakang saya kaget terperanjat melihat dokumen PNI tertulis ada nama beliau sebagai Ketua Umum DPP GmnI pada awal era Orde Baru 1966-1976. ternyata saya baru tahu.
Beliau memimpin sebuah partai dalam keadaan pontang panting. Selalu mempunyai kursi dibawah angka 30. Namun sekejap Pemilu 1987 dan Pemilu 1992, PDI tampil gagah dan diperhitungkan.
Biar dikata beliau "Antek" daripada Soeharto tapi ternyata bila kita lihat sejarah nya bahwa beliau pernah bersebrangan pemikiran politik dengan Presiden Ke-2 RI tersebut. Lihat saja Pada Pemilu 1992, semua orang dikagetkan dengan ucapan beliau agar masa jabatan presiden sebaiknya dibatasi 2 kali periode saja. Jelas hal itu, membuat kuping penguasa Cendana itu memerah, yang sayangnya belakangan Bung Soerjadi menyerah atas tekanan orang orang terdekat Soeharto untuk mendukung kembali yang bersangkutan sebagai Presiden pada Sidang Umum MPR 1993. Padahal waktu itu PDI sudah hampir tetap akan mencalonkan Rudini sebagai Presiden selanjutnya.
Penguasa gerah pada Bung Soerjadi, maka ada serangkaian cara untuk menjegalnya pada Kongres PDI Ke-4 di Medan, Juli 1993: beliau dituduh menganiaya 2 orang anggota Pemuda Demokrat Indonesia, yang belakangan tuduhan itu tidak terbukti. di Kongres itu beliau memenangkan kembali Pemilihan Ketua Umum yang sayangnya dianulir secara sepihak.
1996, beliau tampil lagi namun ternyata ditengah situasi yang "kurang beruntung". beliau naik kembali, padahal namanya kurang diperhitungkan di Kongres Medan. Padahal nama calon sudah muncul kala itu: Bung Budi Hardjono dan Sudaryanto. PDI Pecah, dan serangkaian upaya Bung Soerjadi untuk tetap pertahankan Bahtera PDI Bersama Megawati Soekarnoputri, yang pada 1987 direkrut beliau masuk ke Partai itu, atas saran Benny Moerdani.
Sayangnya Peristiwa Sabtu Kelabu 27 Juli 1996, membuyarkan upaya perdamaian di PDI. PDI Ambruk di Pemilu 1997, digempur ketidakpercayaan. Serangkaian upaya agar PDI berhasil naik suaranya seperti Pemilu 1992 atau setidaknya tidak merosot terlalu dalam dengan ingin menampilkan ide atau gagasan Soekarnoisme kala itu tidak berhasil.
Saya jadi teringat di salah satu media, bahwa beliau akan membuka tabir peristiwa mengerikan yang menimpa PDI itu secara luas dan tidak satu persatu, ternyata kandas. beliau sudah tiada tepat satu bulan menjelang 20 Tahun Peringatan Penyerbuan Kantor Partai Berlambang Banteng dalam segilima itu.
Satu hal yang bisa saya pelajari dari beliau: kesederhanaan, anti-korupsi, dan menolak kultus individu dalam organisasi. Dan Sekali Lagi, biar banyak orang mencapnya jelek, toh beliau apa adanya selama menjabat sebagai Ketua Umum Sebuah Partai: oposisi diam diam. Ya bisa dimaklumi kala itu sistem orde baru mengkungkung semuanya termasuk PDI, Yang didalamnya Ada Mega, Soerjadi, dan lain lain.
Damailah disana Bung Soerjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H