Pernahkah Anda merasa ada yang hilang dalam percakapan? Atau mungkin, tanpa sadar, Anda menyimpulkan sesuatu yang sebenarnya tidak pernah dikatakan dan menimbulkan salah paham?
Ketika sudah terjadi salah paham, seringkali keadaan meningkat menjadi perdebatan dan pertengkaran yang tentu saja ini akan mengganggu kehidupan Anda.
Kesalahan berpikir manusia, seperti delesi, distorsi, dan generalisasi, adalah penyebab utama timbulnya salah paham dalam komunikasi yang sering terjadi, terutama di era digital saat ini.
Dan Neuro-Linguistic Programming (NLP) adalah pendekatan dalam psikologi yang mempelajari bagaimana bahasa memengaruhi pikiran dan perilaku manusia, sehingga dengan mempelajarinya, kita dapat terhindar dari kondisi tersebut.
NLP dikembangkan pada tahun 1970-an oleh Richard Bandler dan John Grinder, yang mengamati pola komunikasi para terapis sukses dan merumuskan teknik untuk meningkatkan efektivitas komunikasi.
Dilansir dari berbagai studi NLP, konsep ini membantu memahami bagaimana manusia memproses informasi, termasuk dalam hal kesalahan berpikir yang sering terjadi seperti delesi, distorsi, dan generalisasi.
Apakah yang dimaksud dengan delesi, distorsi dan generalisasi itu? Mari kita bahas secara singkat di artikel ini.
1. Delesi: Informasi yang Hilang dalam Komunikasi
Di era digital, orang semakin terbiasa dengan komunikasi singkat dan efisien.
Dilansir dari penelitian psikologi komunikasi, manusia cenderung menghapus detail tertentu saat berbicara atau menulis agar lebih efisien. Namun, akibatnya, banyak informasi penting yang hilang.
Contoh nyata terjadi di media sosial. Sebuah unggahan singkat "Hari ini kacau!" bisa berarti banyak hal: apakah karena kemacetan, pekerjaan yang menumpuk, atau masalah pribadi?