Lihat ke Halaman Asli

Dimas Jayadinekat

Author, Freelance Script Writer, Public Speaker, Enterpreneur Coach

Pemahaman Takdir dalam Islam dan Sains Dipandang dari Perspektif Penulis Skenario

Diperbarui: 30 Januari 2025   18:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemahaman Takdir dalam Islam dan Sains Dipandang dari Perspektif Penulis Skenario, Photo by cottonbro studio: pexels.com

Takdir adalah konsep yang sering menjadi bahan perdebatan, baik dalam kajian agama maupun ilmu pengetahuan. 

Dalam Islam, takdir adalah ketetapan Allah yang telah ditentukan sejak awal penciptaan. 

Namun, manusia tetap memiliki kebebasan untuk memilih, sehingga takdir bukanlah sekadar nasib yang harus diterima secara pasif.

Sebaliknya, Islam mengajarkan bahwa takdir dapat berubah dengan doa dan usaha, sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih.

Takdir dalam Islam: Ketetapan dan Pilihan

Dalam ajaran Islam, takdir terbagi menjadi dua: takdir mubram (ketetapan yang tidak bisa diubah) dan takdir muallaq (ketetapan yang bergantung pada usaha dan doa manusia). 

Dikutip dari kitab Shahih Muslim, Rasulullah SAW bersabda:

"Tidak ada yang dapat menolak takdir kecuali doa, dan tidak ada yang dapat menambah umur kecuali kebaikan." (HR. Tirmidzi, no. 2139, dinyatakan hasan shahih oleh Al-Albani).

Hadits ini menegaskan bahwa takdir bukan sesuatu yang kaku. Allah telah menetapkan segala sesuatu, tetapi Dia juga memberikan manusia kesempatan untuk berusaha dan berdoa agar takdir yang dijalaninya menjadi lebih baik. 

Pemahaman ini sejalan dengan ayat Al-Qur'an:

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (QS. Ar-Ra'd: 11)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline