Lihat ke Halaman Asli

Dimas Jayadinekat

Author, Freelance Script Writer, Public Speaker, Enterpreneur Coach

Membenahi Masa Depan Bangsa Dimulai dari Terciptanya Kepedulian Bersama

Diperbarui: 25 Januari 2025   17:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membenahi Masa Depan Bangsa Dimulai dari Terciptanya Kepedulian Bersama, Photo by Markus Spiske: pexels.com

Keresahan akan masa depan bangsa kerap muncul ketika kita melihat kondisi anak dan remaja saat ini. 

Banyak dari mereka tumbuh tanpa figur orang tua yang mampu memberikan komunikasi yang sehat dan membangun sehingga membuat masa depan bangsa ini seolah suram.

Fenomena ini memunculkan istilah seperti "generasi stroberi," "fatherless generation," hingga tekanan yang dialami "sandwich generation." 

Namun, alih-alih menyalahkan satu pihak, kita perlu memahami bahwa ini adalah masalah kolektif yang membutuhkan perhatian bersama.

Generasi Stroberi: Rentan Tapi Berharga

Istilah "generasi stroberi" pertama kali diperkenalkan di Taiwan untuk menggambarkan anak muda yang tampak mengilap di luar tetapi rapuh di dalam. 

Generasi ini sering dianggap kurang tahan banting terhadap tekanan hidup. Dalam konteks psikologi, hal ini bisa dikaitkan dengan pola asuh yang overprotektif. 

Menurut teori perkembangan Erik Erikson, tahapan psikososial yang dilalui seorang anak memengaruhi kemampuan mereka menghadapi tantangan di masa dewasa. 

Jika anak tidak diberi kesempatan untuk menghadapi kesulitan atau gagal secara mandiri, mereka mungkin akan kesulitan mengembangkan kemandirian dan ketahanan mental.

Fatherless Generation: Ketika Figur Ayah Tak Hadir

Fenomena "fatherless generation" atau generasi tanpa kehadiran figur ayah menjadi isu serius di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline