Brothers Home adalah salah satu bab gelap dalam sejarah Korea Selatan yang menyisakan luka mendalam.
Lembaga ini, yang beroperasi di Busan antara tahun 1975 hingga 1987, awalnya didirikan sebagai pusat rehabilitasi bagi tunawisma dan mereka yang dianggap sebagai "anggota masyarakat tidak produktif."
Namun, seperti yang dilansir dari The Korea Times, Brothers Home berubah menjadi tempat eksploitasi dan penyiksaan yang tak terbayangkan.
Pada 1970-an hingga 1980-an, pemerintah Korea Selatan berada di bawah tekanan untuk menunjukkan stabilitas sosial dan ekonomi.
Mengutip dari laporan Human Rights Watch, pemerintah saat itu memiliki kebijakan "membersihkan jalanan" sebagai bagian dari upaya modernisasi.
Polisi dan pejabat setempat diberi kuasa untuk menangkap siapa saja yang dianggap sebagai gangguan, termasuk tunawisma, pengemis, anak yatim, bahkan orang yang tidak bersalah.
Ribuan orang dikirim ke tempat seperti Brothers Home tanpa proses hukum.
Dilansir dari investigasi The New York Times, pada puncak operasinya, Brothers Home menampung lebih dari 4.000 penghuni.
Di balik klaim sebagai tempat rehabilitasi, institusi ini ternyata lebih menyerupai kamp kerja paksa. Para penghuni dipaksa bekerja di pabrik atau pertanian tanpa bayaran yang layak.
Mereka juga menghadapi kekerasan fisik dan mental setiap hari. Laporan menyebutkan adanya penyiksaan brutal, kelaparan, dan penganiayaan seksual.
Salah satu kisah tragis adalah laporan kematian yang mencapai ratusan orang selama masa operasinya.