Banjir menjadi fenomena yang sering menghantui Jakarta, terutama pada musim penghujan seperti sekarang ini, apalagi dengan meningkatnya curah hujan dalam beberapa hari belakangan.
Namun, beberapa hari terakhir, berita banjir juga datang dari Mekkah, kota suci yang notabene diketahui merupakan wilayah gurun pasir, tentunya secara logika jarang mengalami curah hujan tinggi.
Fenomena ini memicu pertanyaan: apa penyebab utama banjir di kedua kota ini, dan bagaimana langkah antisipasi yang dapat dilakukan?
Situasi Banjir di Jakarta
Dilansir dari laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), hujan lebat yang mengguyur Jakarta dalam tiga hari terakhir mencapai intensitas lebih dari 150 mm/hari, termasuk kategori hujan ekstrem.
Hal ini diperparah oleh sistem drainase yang tidak mampu mengalirkan air secara optimal dan tingginya alih fungsi lahan hijau menjadi kawasan beton.
Mengutip dari data BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), sebanyak 12 titik di Jakarta terendam, menyebabkan lebih dari 5.000 warga harus mengungsi.
Kawasan yang paling parah terdampak adalah Jakarta Timur dan Jakarta Barat. Beberapa wilayah mengalami ketinggian air hingga 1,5 meter.
Penyebab banjir di Jakarta tidak hanya karena faktor alam, seperti hujan lebat dan pasang air laut yang meningkat, tetapi juga ulah manusia.
Perubahan tata guna lahan yang masif mengurangi kemampuan tanah untuk menyerap air. Selain itu, budaya membuang sampah sembarangan turut menyumbat saluran air.
Situasi Banjir di Mekkah