Mungkin sudah banyak yang mengupas tentang drama Korea (drakor) dari berbagai aspeknya, mulai mengulik filmnya hingga membahas fenomena di seputarnya yang begitu bombastis.
Bisa jadi juga sudah banyak yang membahas tentang dunia produksi drakor, yang bagi saya sangat menarik disebabkan kesamaan profesi dan jalan hidup.
Dengan coba mengambil dari sudut pandang serta gaya saya dalam menulis, di artikel ini akan dibahas tentang hal itu berdasarkan beberapa sumber pendukung tulisannya.
Salah satunya adalah mengutip dari laman factsanddetails.com yang cukup membahas secara dalam dengan pembahasan menggunakan sekumpulan news brief alias informasi singkat.
Produksi drama dan serial Korea awalnya inhouse atau diproduksi sendiri oleh stasiun televisi itu, tetapi sejak tahun 2000-an, sebagian besar telah diserahkan kepada perusahaan produksi independen.
Hingga tahun 2012, sekitar tiga perempat dari semua drama Korea diproduksi dengan cara ini. Persaingan ketat di antara perusahaan produksi independen. Pada tahun 2012, dari 156 perusahaan yang terdaftar, hanya 34 yang memproduksi drama yang disiarkan.
Biaya produksi ditanggung bersama oleh perusahaan produksi dan pihak penyiaran, dengan saluran penyiaran biasanya menanggung sekitar 50 persen dari biaya.
Jika bintang papan atas dan penulis naskah terkenal dipekerjakan, mereka dapat menanggung lebih banyak lagi. Sisa anggaran harus ditanggung oleh perusahaan produksi, sering kali dengan bantuan dari sponsor.
Drama Korea pada umumnya menghabiskan biaya hingga US$250.000 per episode, sedangkan drama sejarah menghabiskan biaya lebih dari itu.
The Gu Family Book menghabiskan biaya hingga US$500.000 per episode. Produser Kim Jong-hak menghabiskan biaya hingga US$10 juta untuk Faith, yang dianggap sebagai kegagalan komersial.
Hal tersebut membuat Kim tidak mampu membayar gaji kru dan biaya lainnya. Kim, yang telah memproduksi drama sukses seperti "Eyes of Dawn" dan "Sandglass", bunuh diri setelah dituduh melakukan penggelapan.