Hal paling menarik bila menyimak berita politik beberapa hari belakangan ini soal popularitas dan elektabilitas seorang tokoh di republik ini. Paska diangkatnya Sandiaga Salahudin Uno menjadi Menteri Pariwisata dan Kreatif Ekonomi oleh Presiden Joko Widodo banyak lembaga survei merilis ke media tanah air.
Berbagai statement atau pernyataan narasumber pun membuat saya terkejut. Sebagai anak muda pintar dan berdedikasi tinggi, nama Agus Harimurti Yudhono (AHY) melambung signifikan. Ya, survei yang dilakukan oleh Institut Riset Indonesia (INSIS) dan Indonesia Political Review menilai elektibilitas dan popularitas AHY semakin naik dari waktu ke waktu.
Padahal, baru beberapa bulan dilantik sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, AHY sukses mencuri perhatian rakyat Indonesia. Berperawakan ganteng, tinggi dan pintar, AHY tidak sombong. Tidak egois, memikirkan diri sendiri.
Sejak 2016 lalu, dirinya sudah berkeliling pulau dari Sabang hingga Merauke untuk menyapa, dan mendengarkan curhatan masyarakat setempat.
Wajar, bila masyarakat menilai yang dilakukan AHY bersama Partai Demokrat semata-mata memang untuk merubah nasib mereka. Terpuruk dalam segi ekonomi, kesehatan serta sosial. Terutama bagi mereka yang terkena imbas dari Covid-19.
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di mana-mana. Jumlah pengangguran bertambah hingga ribuan dalam satu bulan. Jangankan untuk beli HP dan kuota buat sekolah online anak meraka, makan sehari-hari pun sulit mereka peroleh.
Saya begitu ingat, AHY dalam perjuangan politiknya putra sulung Presiden RI ke- 6 ini berkeliling nusantara. Tentunya ini secara alami akan menambah popularitas dan elektabilitasnya.
Penilaian lainya, AHY punya ketulusan dan konsistensi pendirian dalam perjuangan politiknya. Tidak ada istilah bawa perasaan (baper) dalam kancah dunia yang tengah digeluti oleh AHY. Walau masyarakat menganggap AHY pantas untuk masuk kabinet namun AHY tidak "marah" saat takdir menyatakan dia harus berjuang di luar pemerintahan. Dia easy going saja terkait masalah "kekuasaan" seperti ini.
Kita semua tahu, AHY sebagai orang nomor satu di Partai Demokrat begitu peduli terhadap masyarakat sekitarnya.Tak malu untuk turun menyalami masyarakat, hingga memperjuangkan rakyat melalui penolakan RUU HIP dan RUU Omnibus Law.
Biar Partai lain mendukung, tapi tidak dengan keputusan bulat dari AHY dan Partai Demokrat. Bukan untuk cari muka, tapi memang naluri AHY melekat simpati duka. Terutama bagi buruh atau pekerja yang langsung terkena imbas atas peraturan semakin memperburuk kondisi ekonomi mereka bila Omnibus Law diberlakukan.
Kesimpulannya, popularitas dan elektabilitas AHY meningkat dengan baik bukan hanya karena semata-mata faktor AHY berada di luar pemerintahan tapi lebih karena AHY merupakan salah satu figur yang dapat memperjuangkan harapan rakyat secara tulus dan konsisten.