Lihat ke Halaman Asli

Dimas Hayon

Mahasiswa

Semangat Gemohing dan Plan International di Lembata

Diperbarui: 14 Januari 2022   18:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Plan International adalah salah satu organisasi non-pemerintahan yang bekerja secara khusus untuk anak-anak, orang muda dan masyarakat di seluruh dunia. Organisasi yang telah bekerja di Indonesia sejak 1969 sudah tidak asing di telinga masyarakat Indonesia terkhusus di Kabupaten Lembata. Plan hadir dan berkarya dalam semangat gemohing atau kerja sama, ciri khas masyarakat Lembata. Gemohing dalam istilah yang sering kita dengar adalah gotong-royong. Salah satu identitas dari bangsa kita. Sejalan dengan arti di atas, Zainudin (2009) memandang kerja sama sebagai kepedulian satu orang dengan yang lainnya dalam suatu kegiatan yang menguntungkan semua pihak. Plan hadir sebagai bentuk kepedulian akan situasi yang terjadi di daerah ini.

Secara umum, Plan bergerak dalam bidang kemanusiaan terkhusus bagi anak-anak yang "kurang diperhatikan" baik dari segi pendidikan, ekonomi, social, dan sebagainya. Hak belajar seringkali terhambat lantaran situasi ekonomi keluarga yang mengharuskan mereka juga menjadi seperti kepala keluarga yang membantu orang tua mencari nafkah. Potensi-potensi dari segi akademik dan non-akademik yang ada pada setiap anak seringkali tidak tersalurkan dengan baik. Jika dibiarkan, semua hal itu akan terkubur. Mimpi mereka untuk menjadi siapa di kemudian hari harus pupus dengan situasi seperti ini. Kondisi kritis ini ditanggapi Plan secara cepat. Tak heran jika organisasi ini merambah sampai ke tingkatan daerah-daerah yang tertinggal. Menyentuh lapisan masyarakat yang paling rendah. Merangkul anak-anak yang berpotensi, mendukung pendidikan mereka dan lainnya. Peran nyata ini memberi harapan akan cita-cita dari anak-anak yang  tertolong oleh tangan ikhlas dari mereka.

Selain itu, ada gerakan kampanye yang mulai diserukan secara global yang diprakarsai oleh Plan International untuk menyerukan kepada anak perempuan dan remaja putri untuk dapat membuat keputusan tentang kehidupan mereka sendiri dan membentuk lingkungan di sekitar mereka. Di Indonesia, kampanye Girls Get Equal ditujukan untuk 1 juta gadis muda di 1000 desa di Indonesia untuk mendapatkan hak-hak mereka.

Di Nusa Tenggara Timur, selama 50 tahun ini, Plan telah mensponsori 36.000 ribu anak perempuan dan laki-laki. Secara khusus, mereka menjangkau anak-anak yang tertimpa bencana, kondisi ekonomi rendah, dan sebagainya. Melalui berbagai program kerja, mereka berhasil mengangkat martabat anak-anak yang dalam kelompok masyarakat tertentu dianggap kurang berada. Akses pendidikan disediakan, lapangan pekerjaan, akses kesehatan, dan sebagainya.  

Di Kabupaten Lembata, Plan International hadir sejak 2006 dan memberi pengaruh nyata dalam keterlibatan mereka membantu anak-anak juga masyarakat dalam masalah-masalah social yang dihadapi. Beberapa di antaranya ialah sanitasi berbasis masyarakat, perlindungan anak, dan masih banyak lagi. Tidak hanya itu, Plan memberi bantuan tidak  sebatas tentang misi dan program kerja yang direncanakan tetapi juga turut serta dalam mendukung berbagai kegiatan-kegiatan kemanusiaan seperti membantu warga yang terdampak badai siklon tropis Seroja April 2021, juga turun langsung ke tempat-tempat pengungsi akibat erupsi gunung Ile Lewotolok, menyalurkan bantuan berupa alat kebersihan diri, perlengkapan sekolah bagi anak didik, dan sebagainya. Peran nyata mereka ini harus diacungi jempol. Kegigihan dan semangat juang yang tinggi membuat mereka tidak hanya mengulurkan tangan dalam koridor yang artinya berkorban untuk mencapai misi organisasi itu saja tetapi juga terlibat dalam situasi mendesak dan kritis di tanah Lembata.

Kehadiran mereka sejalan dengan tujuan dari organisasi non pemerintahan yang bekerja tanpa mencari profit atau keuntungan. Fokus mereka pada masalah-masalah sosial dan bergerak secara global tanpa memandang teritori negara. Contoh yang jelas nampak terlihat dalam Plan Internasional yang berkiprah hingga pelosok daerah di Kabupaten Lembata.

Tidak dapat dipungkiri bahwa Plan di satu sisi memberi keringanan dan kemudahan kepada pemerintah daerah dalam menangani dan mengayomi masyarakatnya. Karena itu, pemerintah Lembata sudah sepatutnya memberi apresiasi yang tinggi kepada Plan dengan menyalurkan bantuan-bantuan secara finansial maupun operasional guna membantu proses pelaksanaan kegiatan dan rencana kerja mereka. Bahkan jika perlu, turut serta dalam kegiatan kemanusiaan yang direncanakan oleh Plan Internatioanal atau juga dari pemerintah. Pada intinya bahwa semangat gemohing atau kerja sama harus ditingkatkan guna membantu mereka yang miskin dan berkekurangan.

Tentu saja, uluran tangan Plan tidak berhenti pada penyelesaian semua rencana kerjanya. Sebab di Lembata ada masalah kritis yang kronis dan menjadi sesuatu yang lazim terjadi dalam masyarakat. Di tempat-tempat tertentu akses air bersih sangat minim. Orang harus berjalan dengan waktu tempu yang cukup lama untuk mengambil air minum demi kebutuhan keluarga mereka. Selain itu, anak-anak yang putus sekolah terbilang cukup banyak. Alasannya karena keterbatasan biaya. Lingkungan tempat tinggal yang kurang mendukung  membuat mereka juga terpengaruh untuk tidak melanjutkan sekolah. Karena itu, Plan harus terus menggaungkan tentang pentingnya pendidikan bagi masa depan anak-anak agar mereka menyadari bahwa tempat di kehidupan mereka tidak terbatas pada rumah dan sekolah. Artinya bahwa, dengan hadirnya Plan kiranya bisa membantu anak-anak menemukan hak-hak mereka, mengembangkan potensi dan sebagainya. Pernikahan dini  juga mulai marak terjadi di daerah ini. Pergaulan anak-anak muda tergolong bebas dan tanpa kontrol yang ketat dari orang tua. Situasi ini harus disadari  oleh Plan agar dapat bertindak  untuk menghindari terjadinya pernikahan dini di kalangan anak-anak muda.  

Semua hal ini tentu membutuhkan suntikan dana yang tidak sedikit. Karena itu, pemerintah Kabupaten Lembata sudah seharusnya memberi perhatian kepada Plan dalam menjalankan program-programnya. Pemerintah tidak boleh membiarkan Plan berjalan sendiri walaupun pada kenyataannya, organisasi non pemerintahan bekerja tanpa campur tangan dari pemerintah atau negara. Namun, situasi yang terjadi di Lembata, hemat saya, kedua lembaga ini harus bergandeng tangan untuk menjangkau mereka yang membutuhkan. Mengandalkan pemerintah saja rasa-rasanya sukar sebab pemerintah seringkali kurang memerhatikan hal ini. Sebaliknya mengandalkan Plan International dan anggota tentu juga sulit karena keterbatasan biaya, angkutan-angkutan umum, tenaga kerja dan sebagainya. Melalui pemerintah, diharapkan bisa menghimbau kepada masyarakat untuk menjadi volunteer yang bekerja sebagai bagian dari pengorbanannya untuk tanah Lembata.

Selain itu, secara internal ada beberapa hal yang menjadi hambatan mengapa program-program Plan sulit terealisasi dengan baik. Selain keterbatasan dana tetapi juga Plan memiliki keterbatasan SDM. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa proyek kerja yang dirancang membutuhkan tenaga dan sumbangsi pikiran untuk membantu proses jalannya program. Plan kekurangan tenaga-tenaga itu juga volunteer. Selain itu, ada masalah lain yakni dalam lingkungan masyarakat. Komunikasi dengan masyarakat di pedesaan terbilang sulit karena acapkali mereka bersikap konservatif. Mau menerima kenyataan begitu saja tanpa mau berubah. Plan bergerak untuk meyakinkan bahwa di tangan mereka anak-anak dan orang muda punya harapan. Ini menjadi sesuatu yang tidak semudah kata. Untuk itu, selain merancang program, Plan juga harus menyusun kerangka dialog guna menciptakan model dialog yang berdaya guna. Artinya bahwa mempelajari budaya setempat, bergaul dengan anggota masyarakat adalah salah satu strategi yang bisa membantu dalam menciptakan pola dialog yang berdaya guna.

Terlepas dari semua itu, Plan International adalah angin segar bagi masyarakat yang membutuhkan. Kerja tanpa mencari keuntungan, pengorbanan tanpa pamrih adalah wujud nyata dari keseriusan Plan menangani kebutuhan masyarakat di Kabupaten Lembata. Pemerintah juga masyarakat Lembata, harus melihat dan peka dengan kinerja dan kerja keras dari Plan di Lembata. Semangat gemohing yang menjadi pemantik dalam menjalankan aktivitas di lingkungan masyarakat harusnya juga disalurkan dengan terlibat dalam kegiatan yang diprogramkan Plan International.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline