Penulis bersama dengan 2 orang Pembimbing Kemasyarakatan (PK) Balai Pemasyarakatan (Bapas) Klas II Serang yakni Yusup Sulendra dan Sartono, mengikuti kegiatan pelatihan Conflict Management and Life Management Training (CMLMT). Perhelatan dilakukan dari tanggal 2,3 dan 4 Juni 2021 bertempat di hotel The 101 Suryakencana Kota Bogor. Bertindak sebagai penyelenggara adalah Direktorat Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak (Bimkemas & PA) pada Direktorat Jenderal (Ditjend) Pemasyarakatan. Adapun bertindak sebagai penyandang dana kegiatan adalah Search For Common Ground.
Peserta berasal perwakilan PK Ahli Madya, Ahli Muda dan Ahli Pratama dari Ditjend PAS dan Bapas yang ada di Jawa Barat dan Banten. Selain itu diikuti oleh peserta yang berasal dari Kementerian Luar Negeri. Bertindak sebagai fasilitator yaitu Tim dari Ditjend Pemasyarakatan dan Search For Common Ground. Pukul 15.30 WIB acara baru dimulai, fasilitator memberlakukan metode pembelajaran Andragogi yang bercirikan semua peserta diberikan kesempatan menjadi narasumber. Acara dibuka oleh Direktur Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak, Kepala Kantor Wilayah Kementeria Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) Jawa Barat dan Direktur Search For Common Ground.
Melalui tulisan ini penulis mencoba berbagai pengalaman atas kegiatan yang pernah penulis ikuti tersebut, berikut beberapa materi yang telah diberikan :
A. Percaya Diri
Fasilator memberikan materi bertemakan percaya diri. Diterangkan bahwa tujuan pembelajaran tersebut adalah memberikan gambaran kepada peserta hal-hal positif apa saja yang meningkatkan kepercayaan diri. Setiap peserta dipersilahkan untuk mengukur tingkat kepercayaan dirinya sendiri dengan rentang angka dari 1-10.
Nilai kepercayaan diri setiap peserta berbeda-beda berkisar antara 7,8 dan 9. Penulis sendiri memilih angka 9 alasannya bukan karena penulis berlebihan, melainkan sebagai seorang PK sejatinya modal utama dalam bekerja adalah percaya diri mengingat kita dituntut bisa tampil untuk memberikan pembimbingan kepada Klien Pemasyarakatan. Jika penampilan ragu-ragu maka nasihat/tindakan kita tidak dipercayai oleh mereka.
Peserta yang memberikan nilai 7/8 terhadap dirinya sendiri menyampaikan bahwa rasa minder terkadang muncul secara tiba-tiba pada saat berhadapan dengan Klien. Bekal pengetahuan sejatinya telah mereka kantongi namun tidak bisa diamalkan karena menurunnya rasa percaya diri. Fasilitator menyimpulkan sikap dan perasaan yang telah disampaikan oleh peserta menjadi sebuah nilai bahwa (1) kenali diri anda, (2) memperluas cakrawala, (3) menguasai skill, (4) tumbuhkan kehendak dan lakukan, (5) canangkan sasaran anda dan (6) berkomitmen.
B. Membangun Kepercayaan
Dalam buku modul disebutkan bahwa rasa percaya diri merupakan hal penting dalam konflik dan resolusi konflik khususnya didalam Lembaga Pemasyarakatan. Manusia terkadang lupa betapa sulitnya membangun rasa percaya diri dan betapa cepatnya kehilangan rasa percaya. Komunikasi yang jelas, terbuka dan empati adalah kunci yang membantu membangun dan mempertahankan rasa percaya. Selanjutnya didalam konflik orang membutuhkan keterampilan untuk menciptakan pilihan ketika dihadapkan dengan keterpaksaan.
Pada sesi latihan, penulis menuntun seorang teman yang matanya tertutup dengan sehelai kain gelap. Penulis memberikan aba-aba agar teman maju jalan, belok kiri-kanan, serong atau mundur . Teman mengikuti perkataan penulis mengelilingi ruangan tanpa terhambat halangan. Permainan dilanjutkan, giliran penulis yang matanya di tutup. Penulis mengikuti aba-aba yang yang diucapkan oleh teman, penulis mengelilingi ruangan tanpa terhambat halangan.