Lihat ke Halaman Asli

Melihat Keburukan Dunia

Diperbarui: 10 Januari 2024   01:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Bumi yang luas dengan manusianya yang diperkirakan berjumlah 8 milliar, tersebar di seluruh penjuru dunia. Bermacam-macam  ras, suku, agama tersebar di berbagai macam negara, kota, dan benua. Beragam manusianya, beragam pula alamnya. Tiap daerah mempunyai keunikan alam dan budayanya masing-masing.

Waktu kecil, saya selalu melihat dunia sebagai tempat bermain yang besar yang selalu saya ingin eksplore. Tergantung dari kartun yang saya lihat pada saaat itu, saya selalu ingin mengunjungi tempat-tempat itu. Upin-ipin dengan negara Malaysia nya, Doraemaon yang berlatar di Jepang, hingga spongebob di Bikini Bottom. Walau yang terakhir saya rasa tidak memungkinkan.

Saya waktu kecil sangat membenci acara berita. Karena bagi saya, berita adalah acara yang membosankan. Lebih asik menonton kartun bukan?. Hingga pada suatu titik saya perlahan menyukai acara berita.

Hingga dititik dimana saya sadar alasan saya tidak suka menonton berita. Karena berita adalah alat penghubung realita dunia ke ekspetasi saya saat kecil.

Hal yang paling saya ingat adalah berita mengenai tsunami Jepang tahun 2011. Dimana saat itu jepang luluh lantah akibat tsunami. Ribuang orang meninggal dan ratusan bangunan hancur dalam bencana tersebut.

Selain itu, di tahun 2011 saya juga ingat berbagai macam berita perang. Mulai dari Suriah, perang saudara di Libya, hingga Sudan. Entah berapa banyak korban yang berjatuhan dari konflik-konflik teresebut.

Mana dunia seperti yang di gambarkan dikartun. Dimana kedamaian. Mana tempat diaman kita semua bergandengan tangan satu sama lain diantara perbedaan. Bukannya orang jahat selalu kalah seperti di kartun-kartun. Atau setidaknya orang baik akan berakhir manis.

Setidaknya begitulah yang ada dipikiran saya saat kecil. Tentu di umur yang sudah memasuki kepala dua ini saya melihat dunia berbeda, tak seperti dulu. Banyak kematian, kejahatan, dan bencana. Hal-hal buruk selalu terjadi tiap detiknya. Dimanapun itu.

Bisa kah kita berbuat sesuatu?. Kita seorang biasa. Bukan militer, bukan penegak hukum, bukan pula orang yang dengan gagah berani menghadang orang jahat dihadapan. Perlukah kita terus berusaha?.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline