10 Agustus. Tanggal yang tak begitu tenar dibandingkan tanggal 17 Agustus. Memang 10 Agustus tidak relevan jika dibandingkan dengan tanggal 17 Agustus. Namun, pada kenyataannya ada peristiwa penting pada tanggal 10 Agustus bagi bangsa Indonesia.
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebasnya telah berhasil mencatat rentetan peristiwa yang terjadi pada tanggal 10 Agustus. Tak hanya peristiwa yang terjadi di bangsa Indonesia tentunya. Peristiwa tersebut antara lain adalah:
- 1511 - Pasukan Portugis di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque menyerangMalaka. Sultan Malaka melarikan diri ke Riau.
- 1846 - Kongres AS menyetujui didirikannya Institusi Smithsonian.
- 1920 - Wakil Sultan Mehmed VI menanda tangani Perjanjian Svres, sehingga mengakui pembagian wilayah Kerajaan Ottoman setelah Perang Dunia I.
- 1973 - Pemugaran Candi Borobudurdiresmikan Presiden Indonesia, Soeharto. Pemugaran tersebut selesai tahun 1984.
- 1982 - Indeks Harga Saham GabunganBursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) ditetapkan dengan nilai dasar 100, saat itu tercatat 13 saham.
- 1995 - Akhir penayangan acara TV The Crystal Maze di Channel 4, Inggris.
Entah luput atau belum tercatat, salah satu peristiwa penting pada 10 Agustus yang terjadi di bangsa Indonesia tidak masuk ke dalam rentetan peristiwa tersebut. 10 Agustus adalah tanggal penting bagi sejarah transportasi di Indonesia, kereta api.
150 tahun Jawa Berkalung Besi
Kenal dengan Sri Maharaja Jayabhaya? Seorang raja yang pernah memerintah di Kerajaan Kediri pada tahun 1135 - 1159 M. Selain tersohor sebagai raja, beliau juga tersohor akan tulisannya yang akrab disebut Kitab Jayabhaya. Beliau menuliskan: "Besuk jen wis ono kereta mlaku tanpa djaran. Tanah Djawa kalungan wesi. Prau mlaku ing awang-awang. Kali ilang kedunge. Pasar ilang kumandhange. Iku tanda jen tekane Djaman Djojobojo wis tjedak". Entah kalimat tersebut adalah sebuah ramalan atau sebuah visi beliau.
Pada 28 Agustus 1861, pemerintah Hindia-Belanda akhirnya memutuskan untuk membangun jalur rel yang ditetapkan melalui Semarang - Vorstenlanden, yaitu daerah kerajaan Surakarta dan Yogyakarta serta pusat militer di Ambarawa. Pemerintah Hindia-Belanda saat itu memikirkan transportasi apa yang cocok untuk mengangkut hasil perkebunan tebu dan logistik militer.
2 tahun berselang, 27 Agustus 1963 pemerintah Hindia-Belanda membentuk perusahaan kereta api bernama Naamloze Venootschap Nederlandsch-Indische Spoorwegmaatschappij (N.V.N.I.S). Pemrakarsa pembentukan perusahaan tersebut antara lain: Tuan W. Poolman, Tuan Alex Frazer serta Tuan E.H. Kol di Amsterdam, Belanda.
17 Juni 1894, pencangkulan tanah pertama kali dilakukan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Tuan Ludolph Anne Jan Wilt Sloet van de Beele di desa Kemijen, Semarang menjadi babak baru bagi dunia transportasi di Hindia Belanda (Indonesia).Mega proyek tersebut bukan berarti tak mengalami kendala. Bermacam kendala serta hambatan muncul. Mulai dari masalah di lapangan terkait dengan kondisi alam serta kesulitan finansial.
Sabtu, 10 Agustus 1867, N.I.S meresmikan jalur kereta api dari stasiun Semarang - halte Alas Toea - halte Broemboeng sampai halte Tanggoeng (Grobogan, Jawa Tengah) sejauh 26km dengan menggunakan lebar sepur 1.435mm. Setelah N.I.S berdiri, maskapai-maskapai kereta api dan tram uap mulai bermunculan.
Pada era Hindia Belanda, ada 19 maskapai kereta api dan tram uap, berbeda dengan era kini. Jalur rel yang awalnya sepanjang 26km, menjadi kurang lebih 6.000km seiring dengan pesatnya perkembangan transportasi kereta api dan tram uap pada saat itu. Kini, jalur kereta yang ada kurang lebih sepanjang 4.000km saja, entah ke mana sepertiganya.
Berangkat dari hobi dan kegemaran akan kereta api, tiga pemuda Indonesia berbagi koleksi buruannya. Mereka adalah Yoga Bagus Prayoga, Diaz Radityo dan Y. Sapto Prabowo. Buku berjudul Kereta Api di Indonesia; Sejarah Kereta Uap telah berhasil mereka luncurkan. Buku setebal 146 halaman tersebut berisi koleksi-koleksi dokumentasi kereta api uap sejak pertama mengular di Hindia Belanda (Indonesia) hingga dibesituakan.
Tak tanggung-tanggung, buku tersebut pun penuh warna, tak hanya hitam putih saja. Dokumentasi lokomotif uap yang berhasil mereka himpun kurang lebih 85%, hampir seluruh lokomotif uap yang pernah ada di Indonesia ada di dalam buku tersebut. Tak hanya itu saja, buku yang berhasil mereka luncurkan adalah referensi terlengkap pertama lokomotif uap di Indonesia dalam bahasa Indonesia.Hal tersebut menjadi angin segar untuk literasi kereta api di Indonesia, terutama kereta api uap.