Lihat ke Halaman Asli

Dimas Anggoro Saputro

Engineer | Content Creator

Kami Juga Bisa 'Aksi' dan 'Demo'!

Diperbarui: 5 Mei 2016   09:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para mahasiswa berhadapan dengan apparat di depan Universitas Trisakti (sumber:faktanews.net)
Kenapa kami (mahasiswa) selalu menjadi sorotan ketika kami beraksi? Kenapa masyarakat lebih suka dengan pemberitaan tentang demonstrasi mahasiswa? Terlebih jika demonstrasi tersebut hingga ricuh bahkan terjadi bentrok dengan aparat. Selalu saja hal negatif justru menjadi tontonan asik dan menarik. Apakah karena masyarakat di negeri ini kurang hiburan bahkan kurang piknik?

Tak selamanya aksi ataupun demontrasi yang dilakukan oleh mahasiswa itu identik dengan nilai negatif. Banyak mahasiswa Indonesia berprestasi sebenarnya, hanya saja hal tersebut bukanlah hal yang menarik bagi masyarakat kebanyakan di negeri ini. Baik yang berprestasi dalam bidang akademik maupun non-akademik. Baik yang berprestasi di dalam negeri dengan skala regional maupun nasional, bahkan ada pula yang berprestasi di kancah internasional mengharumkan nama Indonesia. Mungkin jika hal tersebut di liput dan disoroti oleh media, akan menjadi berita yang garing, akan menjadi berita yang ‘cukup tau saja’.

Mau marah juga bagaimana? Mau tak marah juga bagaimana? Mau mengadu juga kepada siapa? Anggap saja apa yang saya lakukan ini adalah sebuah pencitraan seorang mahasiswa.

Berawal dari kejenuhan beraktifitas di kampus, yang hanya mendapatkan pengajaran dengan sedikit pendidikan di Perguruan Tinggi, akhirnya saya memutuskan untuk keluar dari zona nyaman saya. Aktif di organisasi kampus sudah saya jalani semenjak semester 1 hingga semester 5 sampai dengan sekarang (wisudanya entaran deh hehe).

Sepulang beraktifitas di kampus saya merenung dikamar dengan bermain gadget baru pemberian dari kakak tercinta. Kakak membelikanku gadget dengan alasan kasihan kepada adiknya karena masih memakai hp jadul dan sering error, dan karena alasan agar komunikasi lebih lancar serta dapat menunjang kegiatanku sehari-hari sebagai seorang mahasiswa (kakak yang baik dan pengertian bukan hehe). Saya tadinya aktif di Relawan Rescue (sudah lama tidak aktif). Saya berpikir, selama saya mendapatkan pengajaran dan pendidikan hingga duduk di Perguruan Tinggi saat ini, apa yang sudah saya berikan untuk orang disekitar saya? Bahkan untuk bangsa saya sendiri (ciye nasionalis hehe). Akhirnya saya browsing mengenai komunitas di Yogyakarta yang bergerak di bidang pendidikan dan tentu saja yang alirannya relawan. Ternyata banyak sekali komunitas relawan yang bergerak di bidang pendidikan di kota Yogyakarta. Satu komunitas yang membuat saya tertarik adalah Kelas Inspirasi Yogyakarta (KIY).


poster-pendaftaran-open-recruitment-relawan-penyelenggara-kiy-2016-igatki-yogyakarta-572a9bc4b69373c808069971.jpg

Poster open recruitment relawan penyelenggara KIY 2016 (sumber: IG:@ki_yogyakarta)

Kebetulan saat itu sedang dibuka perekrutan bagi relawan penyelenggara KIY 2016. Iseng-iseng berhadiah akhirnya saya pun mengisi form pendaftaran online relawan penyelenggara KIY 2016.

Hari demi hari saya lewati sambil menanti pengumuman penerimaan relawan penyelenggara KIY 2016.Gadgetku tuling-tuling dan lampu notifikasinya berkedip-kedip centil, ternyata ada pesan masuk di surel saya. Saat saya buka pesan tersebut, serasa nano-nano. Antara heran, senang, dan sambil senyum-senyum ra cetho (gak jelas). Saya dinyatakan lolos tahapan seleksi administratif relawan penyelenggara di KIY 2016! Di pesan tersebut ada undangan yang disertakan, undangan pertemuan perdana dalam Forum Group Dicussion (FGD) di Pasar Seni Gabusan Bantul. Tak sabar menunggu hari itu datang rasanya.

Di pagi hari ayam terlambat membangunkan saya, alhasil saya terlambat datang dalam FGD tersebut. Mungkin dikarenakan efek lembur semalam mengerjakan project mobil listrik di kampus untuk turut dalam Kompetisi Mobil Listrik Indonesia VII di Politeknik Negeri Bandung. Sesampainya di Pasar Seni Gabusan saya terkejut karena saya terlambat pake banget, sudah banyak teman-teman yang berkumpul disana. Dengan PD-nya saya ikut gabung saja, tak lupa mengucapkan maaf karena keterlambatan saya.

fgd-relawan-penyelenggara-kiy-2016-igatki-yogyakarta-572a9c8f717a610e08f811ec.jpg

FGD relawan penyelenggara KIY 2016 (sumber: IG:@ki_yogyakarta)

Kami pun di bagi dalam beberapa kelompok. Waktu itu saya ada dikelompok 6, dikawal oleh mas Dhita dan mbak Ida (akrab saya panggil bune hehe). Oiya, jumlah pendaftar relawan penyelenggara KIY 2016 saat itu sebanyak 414 pendaftar, jumlah yang tidak pernah dibayangkan oleh Panitia Lokal Kelas Inspirasi Yogyakarta. Dan yang di terima kalo tidak salah hanya 150 pendaftar. Saya merasa terhormat dan bangga bisa menjadi salah satu orang diantara 150 orang itu. FGD kala itu bagaikan piknik ceritanya, karena kami berdiskusi di alam terbuka dengan beralaskan tikar, anggap saja piknik keluarga lah hehe.

Ternyata, FGD adalah proses penyaringan tahap kedua untuk menjadi relawan penyelenggara KIY 2016, gokil! Deg-degannya udah kayak nunggu pengumuman penerimaan mahasiswa baru setelah menjalani FGD menanti hasil recruitment. Alhamdulillah saya lolos tahap FGD Lur dan dinyatakan sebagai relawan penyelenggara KIY 2016!

wefi-seusai-pertemuan-di-studio-tari-banjarmili-igatki-yogyakarta-572a9ce48623bd140a44eb8c.jpg

Wefi seusai pertemuan di Studio Tari Banjarmili (sumber: IG:@ki_yogyakarta)

Pertemuan berikutnya ada di Studio Tari Banjarmili, tempat yang belum pernah saya tau sebelumnya. Berbekal gadget, saya mencari lokasi tersebut menggunakan GPS. Eh dasarnya kebo dan semalem masih nglembur project mobil listrik, saya pun terlambat bangun lagi dan tentu saja telambat datang, haduh apalah mas ini dek.. Terlebih saya pake acara kesasar, tambah telat Lur. Saya pun memakai metode GPS yang sesungguhnya, yaitu Gunakan Penduduk Sekitar (GPS). Benar kata pepatah, ‘malu bertanya jalan-jalan’. Eh salah, ‘malu bertanya sesat di jalan’. Akhirnya saya sampai juga di lokasi yang di maksudkan, lega betul rasanya. Dengan rasa malu saya meminta maaf karena datang terlambat (lagi).

Aura kekeluargaan sudah saya rasakan semenjak FGD berlangsung, terlebih ditambah dengan pertemuan kedua di Studio Tari Banjarmili. Saya adalah orang baru di lingkungan tersebut, tapi saya merasa seperti orang lama di situ. Tau sendiri Lur namanya rasa susah di ungkapkan, bagaikan rasa antara Cinta dan Rangga. Oke kembali ke topik, saya tidak akan membahas rasa antara Cinta dan Rangga, biarlah penulis naskah, sutradara dan Tuhan yang menentukan. Saya pun masuk ke Divisi Recruitment, seperti pilihan saya awal ketika mengisi form pendaftaran. Padahal latar belakang saya adalah seorang engineer. Gak nyambung blas kanLur? Tapi bagi saya itu adalah tantangan baru dan pengalaman baru tentunya. Waktu itu divisi kami kelebihan orang, dan ada Divisi Fasilitator yang kekurangan orang. Akhirnya 2 orang teman saya berbesar hati untuk pindah divisi (saya lupa nama orangnya hehe). Saya egois sekali ya gamauk pindah divisi? Tapi itu sudah pilihan saya, maka saya tetap ada di divisi tersebut.

pelatihan-admin-web-kiy-dok-pribadi-572a9d2a2e977347048b4582.jpg

Pelatihan admin web KIY (sumber: dok.pribadi)

Dengan di koordinatori oleh mas Adrian (alumnus UGM), pembagian tugas di Divisi Recruitment pun berlangsung. Saya kebagian tugas menjadi penanggung jawab pembukaan dan penutupan recruitment Relawan Pengajar KIY 2016. Saya pun di percayai untukmenjadi salah satu admin website KelasInspirasi Yogyakarta. Disitulah saya berkenalan dan mengenal mas Arif Lukman Hakim, atau yang sering akrab di panggil Kakang Prabu di KIY. Saya bertugas untuk mengunduh data pendaftar relawan pengajar KIY 2016 setiap minggunya. Setiap hari Sabtu setelah jam 12 malam teng,saya mulai beraksi (jadi kalong nih). Data yang saya unduh kemudian saya berikan kepada Fauzy (salah satu mahasiswa UGM) dan Epril (salah satu mahasiswa UMY). Mereka berdua yang bertanggung jawab sebagai bank data. Kemudian Fauzy dan Epril membagikan data yang sudah mereka rapikan dan bagi-bagi ke seluruh kelompok kecil di divisi kami. Kelompok tersebut masing-masing berisikan 2 orang, yang bertugas menilai essai dari form yang telah diisi dan dikirim oleh pendaftar relawan pengajar KIY 2016. Kami menilai essai tersebut secara subjektif, tentu saja dengan panduan penilaian dari Kelas Inspirasi pusat yang berada di Jakarta (satu kantor dengan Indonesia Mengajar, kakak-adikan lah kurang lebihnya hehe).


selebrasi-seusai-perlombaan-dok-pribadi-572a9d69717a617308f811ee.jpg

Selebrasi seusai perlombaan (sumber: dok.pribadi)

Hal yang menarik adalah ketika saya harus berangkat ke Bandung untuk mengemban amanat tugas dari kampus berlaga di KMLI VII, saya harus tetap mengunduh data relawan dan harus saya kirimkan kepada kedua teman saya Fauzy dan Epril. Kalo orang lain jadi saya mungkin bisa jadi gila kali ya hehe. Singkat cerita, alhamdulillah saya dan tim berhasil mengharumkan nama almamater kampus kami Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta di kancah Nasional dengan membawa pulang Juara I Kategori Uji Daya Tanjak dan Juara III Kategori Uji Kecepatan. Akhirnya kami masih bisa mempertahankan gelar juara kategori uji daya tanjak, semoga tahun depan kami lebih baik lagi dan lagi. 

Hari demi hari kami lalui, akhirnya saat yang kami tunggu-tunggu datang juga, yaitu penutupan recruitment relawan pengajar KIY 2016 (yeay!). Bukan berarti tugas kami sudah selesai, justru setelah penutupan tersebut tugas kami menjadi lebih serius (bukan berarti sebelumnya main-main lho) dan lebih banyak. Karena kami harus menyamakan kaca mata pandang dengan masing-masing kelompok kecil dalam hal penilaian essai. Jika ditemukan hasil nilai dengan deviasi yang tinggi, maka kami harus menilai ulang hingga nilai deviasi tidak tinggi. Pusing ya? Hehe

gartjita-di-pagi-hari-dok-pribadi-572a9da24f7a6190048b4574.jpg

Gartjita di pagi hari (sumber: dok.pribadi)

Kami bersepakat untuk melakukan penilaian akhir di Ndalem Kajundanan (kini bernama Gartjita, dimana kita bertukar cerita). Tempat tersebut di kelola oleh kedua teman saya, mas Jundan (akrab di panggil pak Dukuh) dan mas Cahya Nugraha (seorang buruh seduh teh/kopi dan Kompasianer). Awalnya kita merencanakan penilaian akhir selesai dalam 1 hari, dikarenakan tidak memungkinkan, maka dari itu kami memutuskan untuk menginap dan menyelesaikannya esok hari. Ditempat ini memang asoy banget untuk mengerjakan pekerjaan yang membuat spaneng dan menguras pemikiran serta tenaga. Jauh dari pusat perkotaan, dikelilingi oleh persawahan, pokoknya kalo sudah kesini serasa berat kaki untuk melangkah pulang kerumah. Di malam hari disuguhi racikan teh yang menggugah selera dari mas Cahya Nugraha. Koleksi teh dia banyak, mulai dari yang produk lokal maupun luar negeri. Saya suka koleksi tehnya karena dia berburu sendiri koleksi tersebut, tentu saja limited edition dong hehe. Belum lagi alunan musik yang disuguhkan oleh alam, nyayian para jangkrik dan katak khas suasana pedesaan yang dikelilingi persawahan.


Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline