Lihat ke Halaman Asli

Strategi Terbaru Shaka Butik & Batik Ponorogo dalam Menarik Minat Seni Membatik kepada Gen-Z

Diperbarui: 17 Januari 2025   07:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wirausaha Muda Camp, Shaka Butik & Batik Ponorogo, Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Ekonomi Syariah

Generasi Z atau yang kerap disebut Gen-Z, merujuk pada kelompok individu yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an. Menurut Agung (A & Dkk, 2020) menjelaskan generasi Z atau Gen Z atau iGen atau centennials, mengacu pada generasi yang lahir antara 1996-2010, setelah generasi milenium atau gen Y. Generasi Z telah dibesarkan oleh internet dan media sosial, sudah menjalani pendidikan tinggi di perguruan tinggi dan sebagian telah menyelesaikannya dan memasuki dunia kerja pada tahun 2020. Mereka tumbuh di era digital yang penuh dengan kemajuan teknologi dan akses informasi instan, sehingga membentuk pola pikir yang cenderung pragmatis, multitasking, dan terhubung secara virtual. Namun, di tengah keunggulan ini Gen-Z sering dianggap memiliki minat yang rendah terhadap warisan budaya tradisional, salah satunya adalah seni membatik. Sebagai salah satu warisan budaya Indonesia yang diakui UNESCO, membatik memerlukan kesabaran, ketelitian, dan waktu yang tidak sebentar, sesuatu yang terkadang sulit diselaraskan dengan gaya hidup Gen-Z yang serba cepat dan instan. Ketidaktertarikan ini juga diperkuat oleh persepsi bahwa membatik adalah aktivitas kuno yang kurang relevan dengan kehidupan modern mereka, ditambah dengan kurangnya eksposur terhadap proses kreatif membatik di lingkungan pendidikan maupun keseharian mereka. Hal ini memunculkan kekhawatiran terhadap keberlanjutan seni membatik di masa depan apabila generasi muda tidak lagi tertarik untuk melestarikannya.

Shaka Butik & Batik Ponorogo, sebagai salah satu pelaku usaha batik yang peduli terhadap pelestarian budaya, telah menunjukkan komitmen dengan menghadirkan berbagai strategi kreatif untuk menarik minat Gen-Z. Artikel ini bertujuan untuk mengungkap lebih dalam mengenai strategi-strategi inovatif yang diterapkan oleh Shaka Butik & Batik Ponorogo, serta menganalisis efektivitasnya dalam membangkitkan minat generasi muda terhadap seni membatik. Dengan mengacu pada prinsip keilmuan dalam Islam yang menekankan pentingnya menjaga tradisi, berinovasi, dan memberikan manfaat bagi sesama, artikel ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi pengembangan industri batik Indonesia.

Proses pemberian piagam penghargaan kepada Shaka Butik & Batik Ponorogo oleh Kaprodi Ekonomi Syariah

Pak Widodo sebagai narasumber sekaligus owner Sakha Butik & Batik Ponorogo, mengungkapkan berbagai strategi yang diterapkan untuk menarik minat generasi muda, khususnya Gen Z, terhadap produk batik. Salah satu langkah inovatif yang dijalankan adalah pendirian Lembaga Khusus dan Pelatihan (LKP) yang berfokus pada pelatihan keterampilan membatik dan desain fashion berbasis batik. Melalui LKP ini, generasi muda diberikan kesempatan untuk mengenal lebih dalam budaya batik sambil mengasah kreativitas mereka. Selain itu Sakha Butik & Batik juga menjalin kerjasama dengan Generasi Berencana (GenRe), sebuah komunitas yang aktif dalam pemberdayaan anak muda, untuk mengadakan berbagai program kolaboratif. Strategi ini tidak hanya memperkenalkan nilai-nilai budaya batik kepada Gen Z, tetapi juga mendorong mereka untuk turut serta melestarikan warisan budaya dengan pendekatan yang relevan dan menarik.

Proses kegiatan pembelajaran membatik di Shaka Butik & Batik Ponorogo

Secara lebih rincinya Pak Widodo memaparkan dalam wawancaranya : "Salah satu upaya kami adalah mendirikan LKP, yaitu Lembaga Khusus dan Pelatihan. LKP ini berada di bawah naungan Dinas Pendidikan, sehingga keberadaannya legal dan resmi karena telah memiliki NIP dan NPSN untuk menyelenggarakan kegiatan pendidikan. Kami memiliki visi besar, yaitu pada tahun 2028 mengadakan event membatik di alun-alun Ponorogo. Event ini direncanakan melibatkan siswa dari tingkat SD, SMP, SMA, hingga mahasiswa, yang sebagian besar merupakan generasi Z. Harapannya, mereka bangga dengan karya batik mereka sendiri. Langkah awalnya sudah dimulai pada tahun 2023, di mana kami mengadakan pelatihan membatik tingkat mahasiswa, khususnya bagi mahasiswa jurusan PGMI di IAIN Ponorogo. Nantinya, setelah mereka menyelesaikan pelatihan, mereka dapat melanjutkan untuk berkontribusi di institusi-institusi pendidikan, seperti MI (Madrasah Ibtidaiyah) di Ponorogo atau daerah sekitarnya. Dengan demikian, keterampilan membatik dapat berkembang melalui jalur pendidikan formal. Selain itu, kami juga bekerja sama dengan Generasi Berencana (GenRe) untuk meningkatkan ketertarikan generasi muda terhadap batik. Salah satu programnya adalah kunjungan membatik yang melibatkan anak-anak muda. Contohnya, pada tanggal 26 Januari mendatang, kami akan berangkat ke Jakarta untuk mengadakan sebuah event nasional. Dalam kesempatan ini, anak-anak muda akan membawa nama Ponorogo sekaligus memperkenalkan batik Sakha di tingkat nasional. Hal ini menunjukkan bahwa batik Ponorogo tidak hanya dikenal secara lokal, tetapi juga diakui di kancah nasional. Upaya ini bertujuan untuk membentuk kesadaran dan ketertarikan generasi Z terhadap batik. Kami ingin menunjukkan bahwa batik bukan hanya cocok untuk orang tua, tetapi juga bisa menjadi pilihan busana yang keren untuk anak muda dan bahkan anak-anak. Inilah langkah-langkah yang telah dan terus kami lakukan untuk melestarikan serta mempopulerkan batik di kalangan generasi muda." 

Tidak hanya berhenti pada pelatihan dan event nasional saja, Sakha Butik & Batik Ponorogo juga mengintegrasikan seni membatik dengan tren fashion yang digemari oleh generasi muda. Melalui pendekatan ini, batik dikreasikan menjadi produk-produk yang lebih modern, seperti baju hingga aksesoris yang relevan dengan gaya hidup Gen-Z. Kolaborasi dengan desainer muda dan influencer lokal juga menjadi bagian dari strategi untuk meningkatkan daya tarik batik di kalangan anak muda. Dengan memanfaatkan media sosial sebagai platform promosi utama, Sakha Butik & Batik berhasil menjangkau audiens yang lebih luas, mengemas batik sebagai sesuatu yang fashionable, unik, dan mudah diterima oleh generasi muda. Program seperti lomba desain batik digital dan pelatihan online juga telah diluncurkan untuk menjangkau Gen-Z yang terbiasa dengan teknologi. Langkah-langkah ini memberikan harapan baru bagi pelestarian seni membatik, sekaligus membuka peluang bisnis yang berkelanjutan.

Komitmen Sakha Butik & Batik Ponorogo dalam melestarikan seni membatik melalui berbagai strategi kreatif menunjukkan bahwa seni tradisional ini masih memiliki potensi besar untuk berkembang di tengah era modern. Dengan memadukan inovasi, kolaborasi, dan adaptasi terhadap gaya hidup Gen-Z, Sakha Butik & Batik tidak hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga membangkitkan rasa bangga generasi muda terhadap batik sebagai identitas bangsa. Langkah-langkah ini menjadi bukti bahwa dengan pendekatan yang relevan, warisan budaya seperti membatik dapat terus lestari dan relevan di masa depan. Semoga upaya ini menjadi inspirasi bagi pelaku usaha dan komunitas lain untuk bersama-sama melestarikan seni dan budaya Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline