Lihat ke Halaman Asli

Dimas Aji Putupraja

Jangan berhenti belajar

Memaknai Pengorbanan di Hari Idul Qurban

Diperbarui: 12 September 2016   12:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

12 September kali ini bertepatan dengan 10 Dzulhijjah 1437 H. Dimana hari tersebut adalah peringatan Hari Raya Idul Adha bagi seluruh umat islam diseluruh dunia. Kita juga mengenal hari itu sebagai hari raya qurban yang ditandai dengan pemotongan hewan qurban kemudian dagingnya dibagi-bagikan kepada masyarakat yang membutuhkan.

Tentunya ajaran berqurban ini bermula dari sejarah peradaban Nabi Ibrahim. Ketika itu beliau mendapatkan wahyu melalui mimpinya untuk menyembelih anaknya, yaitu Nabi Ismail dan diserahkan kepada Allah. Dari sini kita belajar makna sebuah ketaatan dan kepatuhan dari Nabi Ismail. Dengan tanpa ragu-ragu Nabi Ismail bersedia untuk disembelih oleh ayahnya karena memang ini adalah perintah dari Allah SWT. 

Apakah Nabi Ismail benar-benar disembelih? Tentu saja tidak. Sebenarnya melalui peristiwa Allah ingin menunjukkan kepada para Malaikat bahwa Nabi Ibrahim layak mendapatkan gelar ulul azmi dan al-khalil (kekasih Allah). Mala pada saat proses penyembelihan Nabi Ismail diganti oleh Allah melalui Malaikat Jibril dengan seekor domba. Inilah yang kemudian dikenal sampai saat ini dengan Idul Qurban.

Pada Idul Adha kali ini saya berkesempatan mengikuti sholat idul adha di sebuah kompleks perumahan di Dusun Sadang, Desa Cibeusi, Jatinangor, Sumedang. Tempat dimana saya saat ini sedang berjuang menyelesaikan pendidikan yang jika dihitung tidak sampai setahun lagi. Tentu sebagai seorang mahasiswa tingkat akhir butuh perjuangan dan pengorbanan yang lebih berat lagi dari tahun-tahun sebelumnya. jika disemester sebelum-sebelumnya masih bisa bersantai-santai tetapi tidak untuk disaat-saat terakhir ini. Setiap manusia pasti punya nasib sial dan kita tidak akan pernah tahu kapan nasib sial itu akan menghampiri kita. Bisa saja besok atau bahkan setelah menyelesaikan tulisan ini nasib sial itu bisa menghampiri saya. Tentu saja saya tidak menginginkan hal tersebut terjadi. Begitu juga dengan Anda yang juga tidak ingin menemui kesialan dan ketidak beruntungan.

Lalu apa yang harus dilakukan? Tentunya dengan mengorbankan semua kenyamanan yang kita miliki saat ini. Saya harus fokus pada tujuan saya untuk menyelesaikan pendidikan yang kurang selangkah lagi ini. Lupakan sejenak pikiran untuk bersenang-senang dan harus selalu berjuang tanpa pantang menyerah.

Harus diingat juga pengorbanan orang tua. Mungkin sudah tak terhitung berapa banyaknya materi yang dikeluarkan dari semenjak awal masuk pendidikan sampai saat ini. Belum lagi pengorbanan perasaan mereka untuk sejenak melupakan hidup mewah karena tanggungan anak-anak mereka tidak sedikit. 

Sebuah keharusan dan tidak boleh kita lupakan tentang perjuangan dan pengorbanan. Lebih baik lelah saat ini daripada lelah dikemudian hari karena kita tidak mau berusaha saat ini. Setiap apa yang kita tanam pasti akan kita petik hasilnya dikemudian hari. Lebih baik lelah diawal, karena pada saat prosesnya kita tinggal memelihara hingga pada akhirnya kita juga yang menuai hasilnya.

Sudah sepantasnya jika di Idul Adha kali ini kita belum bisa berqurban, tidak ada salahnya kita berkorban demi masa depan kita. Tentunya dilandasi dengan ketaatan kepada Allah SWT dan selalu mengharap ridha-Nya. 

Selamat Hari Raya Idul Adha 1437 H. 

Menjelang Dzuhur di Bumi Manglayang, 10 Dzulhijah 1437 H.

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline