Lihat ke Halaman Asli

Dimas Ageng Pratama

Mahasiswa Universitas Negeri Semarang

Mahasiswa UNNES Giat 5 Ikut Optimalkan Pengolahan Sampah

Diperbarui: 31 Juli 2023   18:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi: mahasiswa UNNES giat 5 berkunjung ke omah limbah

Klaten – Sampah menjadi permasalahan serius yang dihadapi oleh masyarakat, termasuk di Desa Gempol. Namun, salah satu tokoh yaitu Bapak Edy Nugroho di Desa Gempol menggunakan solusi yang unik dan inovatif untuk mengurangi masalah sampah. Magot, larva serangga kecil yang mampu mendaur ulang sampah organik, digunakan sebagai alat bantu dalam pengolahan dan penanganan sampah di desa tersebut.

Bapak Edy Nugroho sudah menjalin kerja sama dengan dinas kesehatan, dinas lingkungan, dan berbagai mitra swasta dalam menjalankan serta mengembangkan program ini. Magot diambil dari jenis serangga Black Soldier Fly (Hermetia illucens), yang secara alami mampu mencerna dan mengubah sampah organik menjadi kompos yang berguna.

Magot banyak dianggap sebagai solusi yang cerdas karena mampu mengatasi masalah sampah organik, yang biasanya sulit diolah dan dapat mencemari lingkungan jika tidak ditangani dengan baik. Para ahli juga mengatakan bahwa magot memiliki potensi besar untuk mengurangi limbah makanan dan memberikan dampak positif pada lingkungan.

Mahasiswa UNNES Giat 5 yang bertempat di Desa Gempol juga ikut mendukung program tersebut dan berkunjung ke omah limbah untuk mengetahui bagaimana sistem yang diterapkan di omah limbah. Mahasiswa UNNES mengikuti dari mengambil sampah dari rumah ke rumah, memilah memilih untuk pakan magot dan barang yang dapat dimanfaatkan kembali, memantau keadaan magot, dll.

Proses pengolahan sampah dengan menggunakan magot sangatlah sederhana. Sampah organik dikumpulkan, lalu digiling menjadi halus, difermentasi, dan ditempatkan dalam wadah khusus yang ditempatkan dalam kandang magot. Larva magot kemudian memakan sampah tersebut, dan dalam waktu kurang dari dua minggu, sampah organik akan diubah menjadi kompos yang kaya nutrisi.

Selain menghasilkan kompos yang bermanfaat, magot juga memiliki nilai ekonomi. Setelah terkumpul dalam jumlah yang cukup, magot dapat diolah menjadi pakan ternak yang mampu memberikan nilai gizi tinggi. Beberapa peternak di Desa Gempol sudah mulai memanfaatkan magot ini untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak mereka, bahkan produk tersebut sudah sampai luar kota.

Program pengolahan sampah dengan magot ini telah menuai keberhasilan yang signifikan di Desa Gempol. Dalam beberapa bulan terakhir, volume sampah organik yang diolah menjadi kompos dan pakan magot meningkat secara signifikan, membantu mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir.

Pemilik Omah Limbah, Bapak Edy Nugroho, berharap bahwa program ini dapat terus berkembang dan diterapkan di berbagai kota lain. “Magot adalah solusi yang tepat untuk menghadapi masalah sampah, mengingat dampak positifnya terhadap lingkungan dan ekonomi. Kami berharap program ini dapat diadopsi oleh kota-kota lain untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan,” katanya.

Dengan adanya program pengolahan sampah menggunakan magot, Omah Limbah dan Desa Gempol berada di jalur yang benar dalam mengatasi masalah sampah. Diharapkan, inisiatif ini akan menjadi langkah awal dalam mengubah pandangan masyarakat tentang sampah, dan mendorong mereka untuk berperan aktif dalam menjaga kebersihan dan keberlanjutan lingkungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline