Lihat ke Halaman Asli

Cuci Tangan, Istana Enggan Bela Martabat Bangsa dari Fitnah Asia Sentinel

Diperbarui: 19 September 2018   15:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Moeldoko saat bertemu dengan Lin Neumann, Ketua AmCham Indonesia bersama wakil dari ExxonMobil, Ernst & Young, Coca Cola, GE, CastleAsia, Freeport, GM yang merupakan anggota AmCham President Advisory Council. (Foto: www.jawapos.com)

Istana akhirnya buka suara terkait pemberitaan fitnah yang dilakukan media online Asia Sentinel terhadap Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sayangnya, alih-alih membela kehormatan bangsa dari 'serangan' media asing, penguasa justru hanya berupaya menyelamatkan diri sendiri. Ingin berlepas-tangan dengan membantah tuduhan keterlibatan.

Ini jelas tidak meredakan persoalan. Malahan yang ada, kecurigaan kian meningkat lantaran pemerintah seakan tak peduli, jika tidak mau disebut bersenang hati, dengan pencemaran nama baik yang dilakukan pihak luar terhadap mantan kepala negara.

Baru-baru ini, Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko mengklarifikasi foto dirinya bersama co-founder Asia Sentinel, Lin Neumann, yang beredar luas di media sosial. Menurut politikus Hanura itu, foto tersebut diambil pada 2 Mei 2018 lalu. Saat itu, ia menerima delegasi American Chamber of Commerce (AmCham) Indonesia. Kebetulan, Neumann merupakan ketua AmCham Indonesia.

Moeldoko mengaku tidak pernah berbicara secara personal dengan Neumann. Dengan demikian, mantan Panglima TNI tersebut membantah bahwa Istana, terlebih dirinya, terlibat di dalam pemberitaan Asia Sentinel terhadap sosok SBY dan Partai Demokrat.

Hanya sebatas itu pembelaan Istana. Mereka seperti cuma peduli dengan citra diri, namun tak hirau dengan nama baik bangsa ini. Pemerintah seolah hanya takut jika tangan mereka terlihat kotor, akibat dianggap terlibat dalam upaya fitnah terhadap kelompok oposisi.

Harapan publik sebenarnya lebih dari itu. Rakyat sangat ingin pemerintahnya berdiri di garda terdepan dalam menjaga kehormatan bangsa. Seperti yang dulu dilakukan SBY dalam menyikapi hinaan mantan Menteri Penerangan Malaysia, Tan Sri Zainuddin Maidin, terhadap Presiden RI ke-3, B.J. Habibie, pada 2012 silam.

Dulu, SBY protes keras lantaran tidak berkenan dengan artikel yang dibuat eks pejabat negeri jiran tersebut. Baginya, hal itu tidak sepatutnya dilakukan karena melukai perasaan bangsa Indonesia dan dapat mengganggu hubungan kedua negara. Bagaimanapun juga, Habibie merupakan tokoh yang dihormati, mantan pemimpin di negeri ini.

Kasus Asia Sentinel ini mirip dengan penghinaan kepada Habibie. Disadari atau tidak, berita fitnah terhadap SBY itu, jelas merendahkan martabat bangsa karena sudah mengolok-olok simbol negara dan lembaga pemerintahan.

Sebab, dalam pemberitaan itu, SBY selaku kepala negara dituding melakukan pencucian uang senilai Rp 177 triliun berkaitan dengan bailout Bank Century 10 tahun yang lalu.

Padahal, berdasarkan hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), hasil Pansus di DPR, serta penyidikan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), tidak ditemukan adanya keterlibatan SBY dan juga Partai Demokrat dalam kasus tersebut.

Sudah sewajarnya pemerintah bereaksi dengan fitnah media asing ini. Jangan hanya cuci tangan menyelamatkan diri sendiri, tapi nama baik bangsa harus dibela juga. Sebagai bangsa berdaulat, selayaknya kita lebih menunjukkan kecintaan terhadap negeri ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline