Di masa injury time perhelatan Pilkada 2018, dua partai politik yang berkoalisi di pemerintahan, terlibat perseteruan. Partai Golkar dan PDI Perjuangan. Pangkal soal, lantaran kedua kubu saling mengklaim dukungan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk jagoan mereka masing-masing di Pilkada Jawa Timur.
Menurut Ketua Umum Golkar, Airlangga Hartarto, Jokowi telah memberi instruksi untuk memenangkan Khofifah Indar Parawangsa. Sedangkan kata Wasekjen PDIP, Ahmad Basarah, tak mungkin Jokowi tidak loyal pada Megawati Soekarnoputri, sehingga sudah pasti ia mendukung Puti Guntur Soekarno.
Publik jadi bingung, siapa yang berbohong? Kenapa para pemimpin parpol itu bisa saling klaim kebenaran? Atau jangan-jangan keduanya memang berkata jujur, lantaran Jokowi bermain dua kaki? Ini yang lebih gawat lagi.
Kekisruhan ini tidak bisa dianggap sebagai persoalan sepele. Jokowi harus memberikan klarifikasi, lantaran kedua kubu saling mempertahankan argumentasi masing-masing. Jika berdiam diri, publik akan menilai bahwa "petugas partai" dari PDIP ini ingin menang sendiri, karena main dua kaki.
Ini tentu saja berbahaya. Pemimpin yang tak punya pendirian, tidaklah layak memimpin negara sebesar ini. Bagaimana rakyat bisa percaya jika partai dan rekan koalisinya saja bisa dengan mudah dibohongi.
Empat tahun memimpin negeri, Pemerintahan Jokowi memang telah kehilangan banyak hal. Satu yang terpenting adalah kepercayaan dari rakyatnya sendiri. Jika dalam masa setahun tersisa ia tak kunjung berubah, niscaya tahun depan pemimpin bangsa ini akan berganti. Sebab, rakyat sudah muak terus-menerus dikhianati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H