Lihat ke Halaman Asli

Pong Kencing Berdiri, DPR Hedonis Berlari

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_149708" align="aligncenter" width="620" caption="Pong Harjatmo (KOMPAS/INGGRIED DWI WEDHASWARY)"][/caption]

PONG KENCING BERDIRI, DPR HEDONIS BERLARI

Pong Harjatmo bikin ulah lagi! Kali ini artis tahun 80-an itu memprotes atas gaya hidup hedonis anggota DPR yang seolah menafikan kesengsaraan rakyat yang masih banyak melanda saat ini.

Pong dan DPR seperti air dan minyak, seolah-olah tak pernah bisa bersatu dan bersetuju. Tetapi benarkah demikian? Seperti kita tahu para artis pun banyak yang hidup hedonis. Bahkan artis adalah avant-garde contoh gaya hidup hedonis yang akhirnya banyak ditiru dan dimimpi orang banyak. Apakah Pong yang mantan artis berarti juga mantan hedonis namun kini menafikan gaya hidup demikian setelah tak laku lagi?

Konon hedonisme sebenarnya adalah sebuah sekte keagamaan di Yunani kuno yang lebih mirip dengan ajaran agama biasa dibanding dengan cap negatif yang ada sekarang. Hedonisme dimaksudkan agar pengikutnya mempunyai jalur transedental dengan Sang Pencipta namun dengan metodologi yang memuaskan nafsu birahi manusia hingga melewati titik yang memuakkan sehingga pelakunya tak lagi ingin dengan duniawi dan mulai berkonsentrasi untuk merenung tentang Sang Pencipta. Jadi siapa lagi yang menginginkan duniawi ketika semua nafsu dan keinginan telah dipenuhi dengan sangat berlebihan.

Lawan dari ajaran ini adalah Orphis dimana penganutnya  malah berpikir bahwa untuk mendekatkan diri dengan Sang Pencipta manusia haruslah hidup menderita dan merasakan serba kekurangan. Mungkin Orphis mirip dengan ajaran Sidharta Gautama diawal penyebarannya atau cara hidup Sufi pada abad pertengahan di Timur Tengah.

Kini kita semua tanpa tersadari telah hidup hedonis, tanpa gadget, laptop, provider, tas kulit bermerek, sepatu import seolah kita bukan siapa-siapa. Sehingga eksistensi kita benar-benar tergantung dengan brand dan atribut social yang menempel padanya.

Padahal tanpa kita sadari orang-orang yang menciptakan barang-barang yang kita puja sebagai symbol hedonis kita adalah orang-orang penganut orphis. Konon alm. Steve Jobs suka berpuasa dan menganut ajaran Zen diakhir hidupnya. Ia tidak suka makan-makanan mewah dan bajunya pun hanyalah baju kasual yang dibeli dari departemen store biasa.

Almarhum Soiciro Honda, pendiri Honda adalah orang yang tinggal dirumah yang terbuat dari kayu dan mempunyai hobi membuat kaligrafi menggunakan tinta jepang.

Bahkan banyak yang sudah mendengar anak muda terkaya didunia saat ini yaitu Mark Zukenberg, pencipta situs Facebook hanya tinggalk diapartemen biasa dengan kekasihnya dan memilih berjalan kaki ketempat kerjanya.

Jadi seharusnya spanduk yang dibentangkan Pong lebih tepat dibentangkan didepan wajah kita semua. Karena kita pendukung hedonis paling wahid cap jempol dan Pong Harjatmo hanya mengingatkan kita. Bahwa bukan kloset tempat satu-satunya untuk kencing. Auuchhh!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline