Lihat ke Halaman Asli

Politik dan Agama (Kisah Amir bin Ash)

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Politik terlihat seperti sesuatu yang kotor dan menjijikkan bagi sebagian orang. Namun tak ada kehidupan bernegara tanpa politik. Politik adalah medium awal untuk mencapai kesepakatan berbangsa dan bernegara.

Lalu bagamaina dengan agama dan politik? Bagi sebagian orang agama dan politik akan sulit untuk bercampur seperti air dan minyak. Tetapi sejarah membuktikan peradaban yang maju selalu saja mempunyai corak percampuran antara agama dan politiknya.

Dari zaman yunani hingga romawi. Tidak terkecuali Islam.

Islam mempunyai pandangan akan politik seperti dua sisi mata uang. Syariah adalah mata uangnya dan akidah politik danadalah sisi-sisinya.

Sejarah Islam telah membuktikan akan lahirnya politikus besar seperti salah satunaya Amr bin Ash.

Nama sesuai hisabnya adalah Amru bin Ash bin Wa'il bin Hisyam. Ia dilahirkan sekitar tahun 583 Masehi. Ia lebih muda 13 tahun dari Nabi Muhammad.

Amr bih Ash adalah seorang yang berpikiran cerdas dan cemerlang sejak kecil. Bakat memimpinnya terlihat bahkan dari postur tubuh dan cara berjalannya. Hingga Umar bin Khatab r.a pun mengakuinya.

Awalnya ia adalah salah satu penentang Nabi Muhammad yang paling gigih seperti Khalid bin Walid dan Abu Sufyan. Namun ternyata hidayah menghampirinya dan ia menjadi salah satu sahabat Nabi yang paling dikenang karena prestasinya atas pembebasan mesir.

Ia adalah seorang diplomat Mekah sebelum menjadi muslim. Ia sering bolak-balik ke Habsyi menemui Raja Negus mempersembahkan hadiah-hadiah sebagai bukti hubungan diplomatik.

Habsyi adalah sebuah negeri yang saat ini dikenal sebagai Etopia. Tapi jangan bayangkan negeri itu gersang seperti Etiopia saat ini. Habsyi saat itu adalah sebuah negeri agraris yang subur dan mempunyai politik luar negeri yang maju. Negeri tersebut menjadi negara terbuka bagi para imigran dan pencari suaka. Rajanya bijak dan adil.

Raja Negus adalah seorang Nasrani yang percaya akan kedatangan Nabi terakhir.

Ia telah mendengar dari Jafar bin Talib salah satu pemimpin rombongan dari Mekah yang mencari suaka ke Habsyi akan kedatangan seorang Nabi di tanah arab. Sehingga Raja Negus tertarik dan ingin mendengarkan lebih lanjut. Namun Amr bin Ash yang saat itu belum masuk Islam menghasutnya dengan kecerdikannnya. Tetapi Raja Negus yang sangat percaya dengan ramalan tentang kedatangan Nabi terakhir malah menasihatinya untuk pulang dan mengikuti Nabi tersebut.

Amr bin Ash pun akhirnya pulang dan menimbang perkataan Raja tersebut. Dijalan ia bertemu Khald bin Walid dan Utsman bin Thalhah yang juga mempunyai pikiran yang sama tentang Nabi Muhammad. Akhirnya mereka bertiga berbai’at pada Nabi Muhammad menjadi muslimin dan menjadi salah satu Panglima Islam yang gemilang.

Salah satu kegemilangan Amr bin Ash ketika ia berhasil mengalahkan Romawi dan Persia yang saat itu menaklukan mesir.

Mesir adalah sebuah negeri yang telah lama dijajah baik oleh Romawi ataupun Persia. Bahkan sejak Raja Iskandar dari Macedonia menaklukan mesir negeri tersebut seolah menjadi bulan-bulanan bangsa asing yang tertarik akan keindahan dan ketinggian peradabannya.

Umar bin Khatab yang saat itu menjadi khalifah kedua agak ragu akan ide Amir bin Ash. Mengingat angkatan perang muslim saat itu belum cukup memadai. Namun Amir bin Ash mempunyai pandangan lain. Membebaskan mesir berarti mengamankan langkah awal untuk membebaskan afrika dan semenanjung arab dari ancaman Romawi Byzantium.

Mungkin mirip seperti strategi sekutu pada perang dunia II yang berusaha mengamankan kepulauan Guadalcanal untuk menyelamatkan Philipina dan menyerang Jepang.

Akhirnya Umar bin Khatab setuju dengan usulan tersebut dengan memberikan Amir bin Ash 4.000 tentara muslimin untuk berperang melawan Romawi di mesir. Jumlah yang sebenarnya sangat tidak sepadan namun dengan kecerdikan Amir bin Ash ia dapat mengalahkan Romawi yang jumlahnya empat kali lipat.

Amir bin Ash diangkat menjadi Gurbernur mesir oleh Umar bin Khatab namun sempat dicopot ketika masa pemerintahan Usman bin Affan. Ia tidak menunggu lama hingga Muawiyah bin Abu Sufyan kembali mengangkatnya menjadi Gurbernur mesir ketika ia berkuasa.

Kecerdikannya dan pengalaman berpolitiknya membuatnya disegani oleh musuh-musuh Islam. Ia seperti contoh tepat dari konsep ’Pangeran-Serigala’ Machiavelli. Ia dapat menjadi seorang Pangeran bagi sekutunya namun mempunyai kecerdikan serigala bagi musuh-musuhnya.

Demikian sepenggal cerita tentang Amir bin Ash, salah satu politikus, panglima, dan pemimpin Isam yang disegani dan diingat dalam sejarah Islam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline