Dewasa ini intensitas komunikasi begitu dinamis, dengan seperangkat teknologi artifisal kita dapat saling bertukar informasi, bercanda, berdebat, dan bahkan memaki. Realitas yang tercipta berdasarkan ruang-ruang yang faktual mengalami keusangan karena gaya hidup masyarakat modern yang dinamis dan berorientasi pada efisiensi waktu dan sesuatu yang praktis. Sesuatu yang dikatakan sebagai ruang publik kini dialihkan kepada suatu perangkat keras yang menciptakan virtual, chatting, browsing, dan video call adalah istilah-istilah sehari-hari yang dipergunakan sebagai jalan melakukan transmisi pesan dan menjaga relasi dalam ruang virtual.
Semenjak pandemi covid-19 melanda, perlahan teknologi komunikasi ini membawa arahnya menjadi hal essensi yang semakin penting dan utama, dengan adanya social distancing yang membatasi pergerakan manusia dan mempersepit perjumpaan secara langsung tatapmuka, semakin mempertegas dan membuat seakan-akan perjumpaan secara langsung mengalami pengurangan pada kualitas dan nilainya. Disatu sisi juga bahwa berkat perkembangan teknologi komunikasi ini, dapat meminimalisir penyebaran virus dan mengurangi jumlah orang-orang yang akan terinfeksi.
Bahkan saat ini, Elon Musk pendiri SpaceX dan pencipta mobil listrik Tesla, sedang mengembangkan sesuatu yang dinamakan Neuralink, Neuralink ini bahkan beberapa waktu lalu telah merilis suatu video yaitu hewan monyet yang bermain pingpong menggunakan komputer. Neuralink sendiri adalah sebuah gadget yang dimasukan ke dalam otak, dalam prosedurnya, sebuah chipset ditanamkan kedalam otak lalu berfungsi menjalankan smartphone dan komputer tanpa menyentuh. Dimana semakin dekatnya era umat manusia memasuki tahap posthuman.
Dalam kehidupan sehari-hari pada penggunaan teknologi yang ada, dalam media sosial dan aplikasi chatting. Kita kerap mempunyai ruang-ruang publik yang terbagi-bagi, mulai dari grup keluarga, grup pertemenan, grup kerja, grup sekolah, grup alumni, dst. Lalu suatu ruang private yang terbagi-bagi di dalam ruang chat. Bersama teman, orang tua, pacar, suami, istri, selingkuhan?.
Dalam proses transmisinya, ini terjadi ditengah-tengah antara kemungkinan langsung dan tidak langsung. Dan apabila diamati lebih dalam lagi jika dikembalikan pada istilah ilmu komunikasi, prosesnya adalah kombinasi antara komunikasi verbal yang diubah dalam bentuk teks dan komunikasi non verbal yang dikemas dalam emoji/emoticon. Prosesnya yang kompleks tidak hanya berhenti disitu, dapat juga diperhatikan apa yang dinamakan umpan balik.
Umpan balik ini yang menentukan dan mematikan makna, karena kepraktisan dan kemudahan akses dalam menjalin komunikasi, sebagian dari kita ada yang cenderung menyepelekan notifikasi yang berbunyi sebagai tanda pesan baru masuk dalam chat, dengan banyak ragam faktor mulai dari menumpuknya notifikasi atau pemberitahuan dari smartphone para penggunanya, rutinitas yang sibuk, ruang chat yang saling tumpuk dan tumpang tindih antara ruang grup dan chat pribadi, dan kesulitan menentukan mana yang prioritas.
Apabila kita tarik kembali kebelakang saat dimana teknologi komunikasi belum berkembang pesat, bagaimana pesan-pesan diubah juga dalam teks dan dikemas dalam surat. Surat-surat yang diantarkan melalui petugas pos dan singgah di kantor pos, menempuh jarak jauh dan memakan waktu berhari-hari. Betapa gembirannya si penerima akan kedatangan surat dan menunggunya si pengirim akan balasannya, bahkan pada film-film yang menceritakan era sebelum berkembangnya teknologi komunikasi, kerapkali meromantisasi adegan saling menyurat sepasang kekasih.
Mungkin kita harus memikirkan kembali rentan dan rentetan sejarah bagaimana perubahan dan perkembangan teknologi komunikasi berlangsung, tentu untuk memperingati kita dan membentuk rasa saling menghargai orang yang memberikan pesan kepada kita, bukannya kita malah menjadi apatis dan merepresentasikan keegoisan diri dan rasa acuh tak acuh. Karena dalam era serba modern dan praktis kita harus sadar dan menebar kembali umpan balik yang positif untuk memperbaiki makna, kembali menghidupkannya, mengembalikan nilai dan kualitasnya atau kita akan pasrah yang membuat semakin jauh dari kesadaran dan bertransisi kedalam Posthuman.
RUJUKAN