Lihat ke Halaman Asli

Dimas

Profil Singkat

Pembuangan Limbah Nuklir "Aman" Kata Jepang

Diperbarui: 28 Agustus 2023   09:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Akhir-akhir ini media sosial dihebohkan dengan gonjang-ganjing rencana jepang membuang limbah nuklir dari PLTN Fukushima ke laut mereka. Berbagai negara menentang rencana tersebut, salah satu yang paling vokal adalah China. China beranggapan pembuangan limbah nuklir tersebut sangat berbahaya bagi ekosistem laut. Menurut mereka dampak dari pembuangan ini bukan hanya laut jepang saja, melainkan juga seluruh dunia. Akibat “KEEGOISAN” Jepang, China mulai memberlakukan boikot produk-produk laut dari Jepang. Jepang merupakan salah satu negara penghasil ikan terbesar di dunia. Makanan disana didominasi seafood, dengan adanya boikot ini tentunya menurunkan pendapatan ekspor Jepang terhadap hasil lautnya. Namun nampaknya Jepang tetap kekeh tidak “GOYAH” untuk tetap membuang limbah tersebut ke laut. Pada hari kamis 24 Agustus 2023 Jepang sudah mulai membuang limbah secara bertahap. Pembuangan ini akan dilakukan selama kurang lebih 12 tahun. Selama itupula laut akan mendapatkan limbah yang dihasilkan dari nuklir.

Pemerintah jepang melalui juru bicaranya menekankan bahwa limbah yang dibuang sudah melalui proses penyulingan yang terstandarisasi sesuai anjuran Badan Energi Atom Internasional (IAEA). IAEA sebelum menyetujui pembuangan tersebut sudah melakukan pengambilan sampel di Fukushima Daiichi. Hasil dari pengambilan sampel tersebut menurut IAEA, kadar tritirum yang terkandung di dalam air limbah yang dilepaskan ke laut masih dalam kategori normal, jauh di bawah batas operasional. Walaupun sudah mendapatkan persetujuan dari IAEA, namun pembuangan limbah ini masih menjadi polemik di dunia lantaran dampak radiologis dan ekologis yang bakal terjadi kedepannya. Robert Richmond ahli biologi kelautan dan profesor di Universitas Hawaii, menurut Robert rencana Jepang tersebut menimbulkan ke khawatiran, seandainya Jepang tidak mampu mendeteksi yang masuk ke dalam air, maka sangat berbahaya, jika sudah terjadi tidak bisa dipulihkan.

Dampak dari pembuangan limbah ini, terjadi panic buying oleh warga dari berbagai belahan dunia. Bahkan dari warga Jepang juga sudah terjadi panic buying dengan mereka berbondong-bondong membeli garam himalaya, yang menurut mereka lebih sehat. Tidak heran jika banyak warga yang takut, bahkan terjadi unjuk rasa (demo) warga Jepang terhadap pemerintah yang dinilai “GEGABAH” dan tidak memikirkan dampak kedepannya. Warganet pun ramai-ramai menentang Jepang, ada satu celetukan yang cukup menggelitik oleh warganet +62, celetukan tersebut berbunyi “Jepang negara dengan tingkat kebersihan tertinggi di dunia, selalu menjaga kebersihan dan tidak membuang sampah sembarangan, tapi sekali membuang sampah satu dunia terkena dampaknya”. Mungkin ini salah satu bentuk keresahan akibat pembuangan limbah tersebut. China dan Korea serta beberapa negara sudah mengecam langkah Jepang membuang limbah nuklir ke laut, kini giliran Indonesia bagaimana mengambil tindakan terhadap langkah Jepang tersebut. Karena jika limbah yang dibuang ternyata tidak “AMAN” maka yang terkena dampak tidak hanya Jepang, tetapi juga Indonesia dan seluruh dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline