Lihat ke Halaman Asli

Yuwono Dimas Prasmiwardana

Praktisi Kehidupan

Berlari, Bersepeda, dan Aplikasi Penunjang Olahraga

Diperbarui: 3 Juli 2021   19:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Tidak perlu menunggu hingga akhir tulisan ini untuk menyatakan kesimpulan dari tulisan saya, yaitu: saya suka olahraga ini.

Saya terhitung masih pemula dalam olahraga bersepeda, baru sekitar satu minggu saya menggunakan sepeda. Sepedanya juga hasil kebaikan dari teman yang sedang hamil dan libur menggunakan sepedanya sampai batas waktu yang tidak ditentukan.

Olahraga yang saya geluti sebelumnya berkaitan erat dengan latar belakang kenapa saya pada akhirnya memilih bersepeda. Olahraga yang sering saya lakukan sebelumnya yaitu berlari. Namun hanya lari casual yang hanya bermodal jersey, sepatu dan beres, saya tinggal berlari tanpa menggunakan aplikasi apapun yang biasa digunakan orang ketika berolahraga.

Bahkan jika saya tidak mengikuti event lari yang diadakan oleh kantor saya, sampai sekarang saya tidak pernah menginstal aplikasi Strava di ponsel saya.

Dulu saya memang kurang tertarik menggunakan aplikasi untuk mengetahui seberapa jauh saya telah berlari. Patokan saya sederhana saja, kalau saya sudah capek ya sudah berhenti. Jika masih jauh dari tempat tujuan, sisanya saya lanjutkan dengan berjalan kaki.

Ternyata setelah saya menginstal aplikasi Strava demi keperluan juri untuk mencatat jarak dan pace dalam event lari yang saya ikuti, muncul perasaan semacam adiksi untuk terus berolahraga. Melihat pencapaian yang saya dapatkan, saya jadi termotivasi untuk meningkatkan jarak dan pace lari atau kecepatan saya ketika bersepeda.

Seperti hari ini, saya berhasil mencapai jarak 24,2 km dengan waktu tempuh 1 jam 26 menit. Bagi banyak orang mungkin jarak ini masih terlalu dekat dan kecepatannya masih terlalu rendah tapi bagi saya ini merupakan pencapaian yang harus dirayakan dengan semangkuk bubur ayam “Bang Jack”.

Beberapa saat setelah saya mem-posting pencapaian saya di status WhatsApp, teman saya memberi komentar dengan mengajak saya untuk bersepeda dengannya. Dia memamerkan pencapaiannya yaitu bersepeda sejauh 76 km dengan waktu tempuh di bawah 3 jam. Untung bubur saya sudah habis, kalau belum, pasti jadi bersisa karena saya tidak nafsu makan setelah orang lain mengganggu pencapaian saya.

Saya mengatakan ke teman saya bahwa saya masih butuh waktu untuk membiasakan diri dengan sepeda karena ini olahraga yang baru bagi saya. Saya bahkan tidak menggunakan celana khusus yang ber-padding dan helm khusus untuk bersepeda. Jersey yang saya gunakan untuk bersepeda ya jersey lari karena saya hanya memiliki itu dan saya hanya memakai topi untuk melindungi saya dari silaunya sinar matahari pagi.

Saya merasakan perbedaan yang cukup signifikan antara berlari dan bersepeda. Salah satu yang paling terasa adalah jangkauan jarak yang lebih jauh ketika saya bersepeda dibanding ketika saya berlari.

Jika dulu ketika saya masih berlari, saya sudah kelelahan begitu menempuh jarak di atas 5 km. Dengan sepeda, saya malah baru merasa “panas” ketika jarak yang ditempuh sudah di atas 10 km. Mungkin kaki saya ini berjenis diesel karena lama “panasnya”.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline