Lihat ke Halaman Asli

Tarian Kuli Bangunan

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

desahku menyamai hembusan angin
yang bermain di ujung ranting pepohonan,,
tangan ini menari di atas panggung reruntuhan puing,
menggengam godam menghantam tembok usang,,
tubuh ini meliuk mencumbu debu,
brutal,,liar,,!!!
gerakanku meremas batu,,

"hei....!!! apa yang kau lakukan,,?
pertunjukanmu belum usai,,!"

teriakanya memekakan telinga,
sa'at jemari ini berhenti menari,,

"ah...!
di mana kau waktu..?
ayo berputarlah,,
ganjal perutku mulai menipis,,
sebentar lagi pasti habis..!!"

tubuh ini mulai goyah,lemah,mungkin juga lelah,,,
lemas tak bergairah,,
kaki ini mulai bergetar,
menahan ngilu perihnya tusukan puing puing tajam,,
"hei...!!
ngapain lagi kamu..?
di sini bukan tempatnya orang lumpuh..!"
ayo menari lagi,..menggelinjanglah,,,
,meliuklah,,,
uangku bukan untuk pemancing yang menunggui umpanya di makan ikan,,
hahhh....!!!
mana jemarimu,
ayo hantam lagi dinding
usang itu,,,!"
teriakanya semakin keras,
menjebol gendang telingaku yang rapuh,,,!
"siap pak bos...!!!"

ku genggam godam yang terasa semakin memberat,
ku mainkan sendok semen yang mulai meruncing,
menata batu bata,
menyusun anyaman besi,,

aku terus menari hingga di ujung hari,
basah lepek memeras keringat,
ah....!
aku tak boleh patah semangat,,,.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline