Hari ini mulai kutuliskan sepucuk surat untukmu lagi, Al.
Jangan tanya ini surat ke berapa, karena aku pun sudah tak ingat ke mana perginya surat-suratku yang telah lampau.
Hari ini, Al...entah bagaimana anganku selalu terpaut pada pandangan dan senyummu.
Seolah pandanganmu telah terkunci pada setiap gerak tubuhku.
Al...sungguh tidak bisa kujabarkan sebuah rasa yang begitu menusuk hati pagi ini.
Mengapa kau pergi begitu cepat, Al?
Mengapa tak kau sempatkan untuk membaca dan mengerti perasaan sayangku.
Mengapa dan mengapa?
Ini bukan soal jarak maupun waktu Al-ku.
Kini aku pun mengerti betapa Tuhan telah memilihmu sebagai kesayanganNya.
Tak perlu kuragukan lagi, Al...karena yang kuyakini Tuhan tidak akan pernah keliru untuk menitipkan kasih dan sayangmu.