Lihat ke Halaman Asli

Dilif Sanjev

Mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Komputer Indonesia

Di Sana, di Majalengka

Diperbarui: 19 Maret 2024   02:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

Dua puluh sekian tahun lalu, di Majalengka, Bumi kehadiran penyair baru yang siap menumpahkan tinta. Semua orang tersenyum, semua orang tertawa bahagia menyambut kehadirannya. Kabut malam ikut merayakan, ia turun membungkus bulan yang tengah bersemayam bersama awan-awan kelabu di tengah malam. 

Tunggu, terlalu puitis. 

Dilif Sanjev, seorang anak yang sejak kecil tidak pernah diberikan mainan oleh orang tua, melainkan buku. Ia masih ingat buku pertamanya, berjudul “Buku Pintar Seri Senior” karya Iwan Galo, keluaran tahun 90-an. Buku itu sudah usang. Kertasnya menguning, jahitan yang menyatukan semua halamannya pun terurai. Namun buku lain yang paling berkesan baginya adalah terjemahan karya Kahlil Gibran berjudul “Sayap-Sayap Patah” yang diterjemahkan oleh Sapardi Djoko Damono. Dari situ ia mulai belajar menulis syair dan puisi. 

Menulis baginya adalah cara untuk hidup. Sama seperti bernapas. Dari kecil ia mulai merangkai kata demi kata, kalimat demi kalimat, enjambemen demi enjambemen. 

Tunggu, masih terlalu puitis.

Baiklah. 

Itu adalah foto lama

Dilif Sanjev sekarang sangat suka membaca buku dan menulis. Mulai dari buku fiksi hingga non-fiksi. Dari puisi hingga novel-novel atau tulisan-tulisan yang tidak kunjung terbit. 

 

Berikut daftar buku fiksi favoritnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline